Senin, 28 September 2009



MODFIKASI POWER WEEDER

BAB I. LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan dan melestarikan suasembada beras yang telah dicapai pada tahun 1984. Pemerintah Indonesia telah berupaya menyebarluaskan informasi tentang cara pengolahan dan perawatan Padi untuk peningkatan hasil panen. Salah satunya adalah dengan meningkatkan penanganan pra-panen.

Pra-panen merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil panen. Salah satu kegiatan pra-panen yang harus diperhatiakan adalah penyiangan. Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut rumput-rumput (gulma) yang berada di antara sela-sela padi dan sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat Padi berumur 3 dan 6 minggu.

Menurut “Harjono. 30 desember 2007” Kerugian hasil panen padi oleh gulma dapat mencapai 36 %, dan pengendalian gulma yang efektif dapat meningkatkan produksi gabah sampai 1,8 ton/ha. Pengendalian gulma tanaman padi sawah dengan tangan membutuhkan waktu 172 jam/ha dan penyiangan dengan landak membujur melintang 132 jam/ha.

Penggunaan alat penyiang system manual seperti landak membujur dan tangan mempunyai banyak sekali kekurangan, baik dilihat dari segi kinerja dan efisiensi alat karena itu perlu dibuat suatu terobosan teknologi yang dapat membantu memecahakan permasalahan penyiangan dan dapat diterima oleh petani. Alat penyiang bertenaga motor (power weeder) dengan desain yang telah disesuaikan untuk daerah-daerah di Indonesia yang berpetak sempit merupakan salah satu jawaban sehingga diharapakan dapat meningkatkan kinerja petani supaya lebih efektif dan efisien dibandingkan penyiangan dengan cara manual (landak), pacul kecil dan tangan.


B. Permasalahan
Adapun permasalahan dari power weeder ini adalah:
Power weeder yang ada tidak sesuai di Indonesia, karena lahan di Indonesia berpetak kecil dan sempit, sehingga power weeder dengan bobot yang berat dan ukuran besar tidak dapat dioperasikan.
Penyiangan secara manual (menggunakan landak/ tangan) kurang efektif dan efisien.

C. Tujuan
Adapun tujuan modifikasi power weeder ini adalah untuk:
1. Memodifikasi power weeder menjadi lebih sederhana agar bisa diterapkan di Indonesia
2. Meningakatkan kapasitas dibandingakan dengan cara manual
3. Meningkatkan kapasitas kerja

D. Manfaat
Adapun manfaat mesin dari pembuatan power weeder ini adalah:
1. Mempermudah kerja petani
2. Menyuburkan tanaman karena menggemburkan tanah



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Hakekat Padi.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau lumiflorae) dan merupakan tanaman berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang), urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa loret, floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Ing. grain) atau kariopsis.

Pada dasarnya Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.

Di indonesia padi juga merupakan komoditas utama yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyrakat Indonesia baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras.

1. Varietas Padi
Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan manusia: Oryza sativa yang berasal dari daerah hulu sungai di kaki Pegunungan Himalaya (India dan Tibet/Tiongkok) dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat (hulu Sungai Niger).

O. Sativa terdiri dari dua varietas, indica dan japonica (sinonim sinica). Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki “bulu” (Ing. awn), bijinya cenderung panjang. Varietas indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak ber-”bulu” atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun kedua varietas dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan varietas japonica (kultivar ‘Deegeowoogen’ dari Formosa dan varietas indica (kultivar ‘Peta’ dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal pula sekelompok padi yang tergolong varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua varietas utama di atas.

Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa. Budidaya padi yang telah berlangsung lama telah menghasilkan berbagai macam jenis padi akibat seleksi dan pemuliaan yang dilakukan orang diantaranya:
a. Padi Pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
b. Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
c. Padi Wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras ‘Cianjur Pandanwangi’ (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan ‘rajalele’. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.
d. Padi Gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.
e. Padi Rawa
Padi rawa atau padi pasang surut dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di rawa-rawa Kalimantan. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air.
Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar ‘IR5′ dan ‘IR8′, yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki ‘darah’ kedua kultivar perintis tadi.
B. Penganan Pra-Panen
Penanganan Pra-panen merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil panen. Banyak sekali kegiatan prapenen baik yang dilaksanakan rutin maupun tidak seperti pengolahan tanah (penggaruan, dan pembajakan penanaman dilanjutkan dengan penanaman, pemupukan, penyiangan dan penyemprotan pestisida guna pencegahan dan pemusnahan hama penyakit.

Salah satu kegiatan pra-panen yang harus diperhatiakan adalah penyiangan. Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut rumput-rumput (gulma) yang berada di antara sela-sela padi dan sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat Padi berumur 3 dan 6 minggu guna menjaga dan mencegah agar ketersedian air dan makanaan yang seharusnya diserap oleh padi diambil oleh gulma yang dapat menyebabkan kurusnya padi karena kekuarnan air dan ususr-unsur lainnya.

Proses penyiangan cukup sulit karena pencabutan rumpput yang berada diselah-selah padi perlu keterampilan tertentu agar tidak merusak dan mepenggunaan tenaga manusia dan hewan memerlukan waktu lama sehingga proses penyiangan sering tertundan, terutama pada daerah yang jarang penduduknya. Peralatan mekanis yang digerakkan oleh tenaga motor seperti traktor tangan sangat diperlukan untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja serta mengurangi biaya dan waktu. Penambahan peralatan Sweep Cultivator (alat penyiang) di depan traktor tangan diharapkan dapat menambah fungsi traktor sebagai mesin penyiang di samping untuk pengolahan tanah. Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama berupa penelitian pendahuluan untuk menguji rancangan alat penyiang sampai mendapatkan kelayakan teknis alat penyiang yang dilaksan

C. Power Weeder
Power Weeder berfungsi untuk mencabut atau membenamkan rumput (gulma) yang tumbuh diantara alur tanaman padi sawah, tanpa merusak tanaman padi atau menurunkan produksi. Penyiangan secara manual memerlukan curahan tenaga kerja yang besar yaitu 50 – 80 jam/ha. Mesin penyiang bermotor ini mempunyai kapasitas kerja 15 – 27 jam/ha. Dari data pengamatan dan penghitungan di lapangan diperoleh hasil efisiensi penyiangan rata - rata sebesar 80%. Alat tersebut dapat mengatasi masalah penyiangan di daerah yang kekurangan tenaga kerja, khususnya di luar jawa, namun kendala yang dihadapi adalah jarak tanam yang tidak pasti dan baris tanam tidak lurus.

1. Macam-macam Power Weeder
Ada berbagai macam terkonogi penyiangan gulma (power weeder) yang telah dibuat diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Power weeder untuk tanah basah
Mesin penyiang ini hanya dapat dioperasikan untuk penyiangan gulma pada tanah yang basah. pada jarak tanam 20 – 25 cm dengan baris yang lurus dengan kedalaman air sekitar 5-10 cm sehingga mesin dapat berjalan tanpa didorong.

b. Power weeder untuk tanah kering
Mesin jenis ini dapat dioprasikan untuk pencabut rumput liar. pada tanah kering dengan menggunakan mesin diesel 8.38 hp kekuatan mesin diteruskan ke roda tanah melalui v puli pita-mesin. mesin pencabut rumput liar berputar terdiri dari tiga baris piringan berjajar dengan 6 jumlah pisau yang lentur berlawanan Rata Penuharah sebagai alternatif pada setiap piringan. Pisau ini bila berputar mengaktifkan pemotong dan menggemburkan tanah.

0 komentar:

 

Blogroll

Site Info

Text

HIDUP ADALAH TANTANGAN Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template