tag:blogger.com,1999:blog-63627897628563173762024-03-05T02:36:45.490-08:00HIDUP ADALAH TANTANGANHIDUP ADALAH ANUGRAH YANG DIBERIKAN OLEH TUHUAN KEPADA KITA JADI GUNAKANLAH DENGAN SEBAIK-BAIKNYA. MANFAATKAN WAKTU DAN KESEMPATAN DAN YAKINLAH KAMU PASTI BISA.Unknownnoreply@blogger.comBlogger20125tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-67414367035261224102010-03-18T04:55:00.000-07:002010-03-18T04:56:31.726-07:00Manajemen Bengkel<div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(0, 0, 153);">MANAJEMEN BENGKEL</span><br /><br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><br />A. Prsoes Produksi<br />Dalam perancangan proses, kita perlu memperhatikan factor-faktor yang terkait dengan mekanis dan pengoprasian misalnya keadaan, karekteristi mesin, derajat mekanisasi, efisienn, keselamatan, kebutuhan tenaga kerja dan proses dasar satuan. Alasan penggunaan proses dasar satuan secara umum adalah mempermudah rancangan proses prduksi. Secara khusus, alas an penggunaan proses anatara lain:<br />1. Proses satuan lebih mudah dalam menentukan apa yang harus dilakukan pada bahan pengubahnya.<br />2. proses satuan menawarkan daar yang lebih mudah untuk mengatur informasi proses yang terperinci.<br />3. proses satuan memudahkan sintesis proses baru.<br />4. proses satuan mempermudah perbandingan anatar peruses karena karakteristik biaya dapat dibandingkan tanpa kesulitan.<br /><br />Untuk memudahkan dan mempercepat mengetahui proses-prses pokoknya, kita memerluakan informasi proses-proses baku yang dibutuhkan. Misalnya dengan mengetahui proses bakunya adalah milling, maka kita menindak lanjutinya dengan tipe milling yang diperlukan pada oerasi tertentu.<br />Penggunaan peta kerja bertujuan untuk membrikan dan memberikan kemudahan dalam analisis. Kompleksitas proses produksi sulit diatasi apabila tidak dipetakan secara terstuktur. Berikut ada beberapa peta kerja yang umum digunakan:<br />a. assembly chart (peta perakitan)<br />Assembly chart adalah grafik urutan-urutan aliran komponen dan rakitan bagian kedalam rakitan suatu product yang menunjukan keterkaitan antar komponen, yang dapat pula digambarkan dengan gambar terurai.<br /><br />b. operation process chart<br />Operation process chart adalah peta yang menggambarkan urutan operasi yang dilalui suatu product. Peta proses operasi memperluas peta rakitan dengan menambahkan setiap operasi kedalam gambaran grafis pola aliran pertama yang telah dikembangkan. Keuntungan dan kegunaan peta proses operasi adalah:<br />1. Mengombinasikan lintasan produksi dan peta perakitan sehingga memberikan informasi yang lebih lengkap.<br />2. Menunjukan operasi yang harus dilakukan setiap komponen.<br />3. Menunjukan urutan operasi tiap komponen<br />4. Menunjukan urutan pabrikasi dan rakitan tiap komponen<br />5. Menunjukan kerumitan nisbi fabrikasi setiap komponen<br />6. Menunjukan hubungna tiap komponen<br />7. Menunjukan panjang nisbi setiap lintasan fabrikasi dan ruang yang dibutuhkan<br />8. Menunjukan titik tempat komponen memasuki proses<br />9. Menunjukan tingkat kebutuhan tiap rakitan<br />10. Membedakan komponen yang dibeli dan dibuat<br />11. Membantu perencanaan tempat kerja mandiri<br /><br />c. Multi Product Process Chart<br />Peta ini merupakan bentuk khusus operation proses chart. Perbedaannya adalah menggambarkannya banyak proses membuat product atau komponen. Peta terdiri atas beberapa kolom dan baris.<br />Klom menunjukna jenis product atau komponen yang akan dibuat, sedang baris menunjukan mesin yang dibutuhkan untuk proses yang diperlukan.<br /><br />d. Flow Process Chart<br />peta proses aliran adalah peta yang menggambarkan informasi yang diperlukan setiap kmponen pembentuk sebuah product lengkap denganlebih terperinci. Kegunaan peta proses aliran adalah:<br />1. mengetahui aliran awal bahan masauk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktifitas terakhir<br />2. memberikan informasi penyelesaian suatu proses<br />3. mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan selama porses berlangsung<br />4. khusus untuk peta yang menggambarkan aliran yang dialami oleh seatu komponen secara lengkap, peta ini merupakan suatu alat yang akan mempermudah suatu proses analisis untuk mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidak efisienan atau ketidak sempurnaan kerja. Jadi dengan sendirinnya dapat digunakan untuk ongkos-ongkos yang tesembunyi.<br /><br />B. Perhitungan kebutuhan bahan dan mesin<br />Secara umum dan praktis prose penghitungan kebutuhan bahan dan mesindilakukan dengan perhitungan mundur (backward calculation). Perhitungan kebutuhan bahan dipengaruhi oleh factor scraf.scaraf merupakan buangan yang dihasilkan proses manufactur sebagai akibat spesifikasi komponen atau product yang direncanakan. Factor scraf dapat ditentukan dari dua presfektif, yaitu geometris dan kualitas. Penentuan scraf berdasarkan geometris dilakukan bedasarkan rasio antar volume bahan yang terbuang dari volume awal atau standar bahan. Penentuan scraf berdasarkan kualitas dilakukan berdasarkan target product yang diijinkan cacat sebagai konsekuensi metode kerja yang belum sempurna, mesin atau peralatan yang kurang efisien, ataupun operator yang kurang terampil.<br />Berdasarkan operasi kerja, kita dapat merumuskan persamaan matematis yang memperlihatkan hubungan antara masukan, keluaran dan scraf. Formulasi perhitungan kebutuhan bahan sebagai berkut:<br /><br />Keluaran Proses<br />Oi = Ii – f.Ii<br />Oi = Ii ( I-f )<br /><br />Kebutuhan bahan diawal prose<br /> Oi<br /> Ii =<br /> (1 – f)<br /><br />Perhitungan kebutuhan jumlah mesin yang dapat diformulasikan sebagai arsio antar kafasitas yang dibutuhkan (R) dan kafasitas yang tersedia (A). Perumusannya sebgai berikut :<br /> R<br />Jumlah mesin (n) = <br /> A<br /><br />Waktu pemerosesan umumterdiri dari waktu persiapan (S) dan waktu pengerjaan (M). waktu persiapan dilakukan berdasarkan jumlah lot yang akan dikerjakan, sehingga kita mungkin kita memprediksi jumlah kegiatan yang dilakukan.<br />Kapasitas yang tersedia berkaitan dengan kebijakan manajemen pabrik yang diterpkan dan pertimbangan teknis diantara jam kerja (h) dan efisiensi pabrik atau mesin (E). dau hal tersebut dapat diformulasikan dengan sederhana.<br /><br />S + ( D ´ R )<br /> n =<br /> h ´ E<br /><br /><br /><br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-35912601890934397552010-03-18T04:42:00.000-07:002010-03-18T04:49:27.134-07:00Indahnya Cinta sejati<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(255, 0, 0); font-weight: bold;">Cinta Suci</span><br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">Langkah pertana menuju jatuh cinta adalah kenali diri anda<br />dan cari orang yang akan melengkapi anda<br /></div><br />Arti cinta<br />Dalam kebudayaankita, dilihat dari lagu2, buku2 dan film-film cinta adalah hal penting dalah kehidupan kita, tetapi kita hanya punya satu makna untuk fenomena yang sangat kompleks dan variatif ini. Cainta mempunyai banyak bentuk. Ada cinta yang kita rasakan untuk orang tua, saudara dan teman kita walaupun kita kesampingkan cinta kekerabatan dan platonic ini dan focus pada cinta romantis.<br />Setiap orang mempuyai pendapat tentang cinta, tetapi apakah devinisi-devinisi itu bias mewakili emosi yang universal dan tidak bisa ditebak ini?<br />Kamus saya menjelaskan bahwa cinta romantis adalah perasaan kasih saying yang dalam , tulus dan tidak dapat didefinisikan, serta terpusat pada satu orang , misalnya muncul dari pertalian keluarga, hal-hal yang menarik atau adanya perasaan utuh. Definisi ini sangat bagus , tetapi cinta lebih dari itu. Cinta dapat singkat dan juga lama dapat lancer maupun penuh masalah, dapat menyenangkan dan juga menyedihkan, dapat berubah dari waktu-kewaktu , minggu ke minggu, bahkan tahun ke tahun.<br />Salah satu observasi saya selama berabad-abad dating dari yunani kuno. Hampir dua ribu lima ratus tahu yang lalu, filsuf plato membicarkan tetangn ini dengan lengkap. Dalam simposiun, ia mengatakaj bahwa kita semua mencari bagian dari diri kita untuk menjadi utuh. Plato menyebut kebutuhan manusia akan kebutuhan ini sebagai “pencarian akan cinta” dalam symposium juga , guru Plato, Socrates, berkata, “dalam diri kekasih, kita mencari dan menginginkan apa yang kita tidak miliki”<br />Setiap agama juga mempunyai pandangan masing-masingmenganai cinta, karena ia adalah pusat kepercayaan kita. Jika anda menghadiri pernikahan dalam Kristen, anda mendengar apa yang dikatan saint paul kepada Corinthian, “cinta adalah kesabaran dan kebaikan. Cinta bukan kecemburuan atau kesombongan. Cinta bukan arogansi atau kekasaran. Cinta tidak memaksakan jalannya. Cinta bukanlah kemarahan atau kebencian. Cinta tidak gembra atas kesalahan, tetapi gembira dalam kebenaran. Cinta melahirkan semua hal, mempercayai semua hal, menharapkan semua hal dan menahan semua hal. Cinta tidak pernah berakhir.”<br />Kepercayaan yahudi bahwa seorang suami dan istri saling melengkapi. Menurut Rabi Harold Kushner, Talmud mengajarkan bahwa seorang laki-lakitidak lengkap tanpa seorng wanitabegitu juga wanita tidak lengkap tanpa suami. Dalam Al Qur’an disebutkan: “tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi, sebagaimana malam melngkapi siang dan siang melengkapi malam.” Ajaran budha meanalogikan cinta dan pernikahan sebagai pengisi kekosongan dan kebahagiaan. Dalai lama. Pemimpin spiritual dari Tibet,mengatakan: “cinta dan kasih saying adalah kebutuhan bukan kemewahan, tanpa itu, semua manusia tidak akan bisa hidup”.<br /><br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-6860257753165999882010-03-18T04:34:00.000-07:002010-03-18T04:42:16.609-07:00SOSIOLOGI<div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 153, 0);">Sosial Enginering</span><br /></div><br /><br />Nama : Onyong Belen<br />NIM : K4060607<br />Prody : Rancangbangun Peralatan Pertanian<br /><br /><br />Mengapa hewan bisa mempertahankan hidunya walau tanpa bantuan orang lain??<br /><br />Hewan adalah makhluk yang telah diberikan kelebihan oleh Alloh SWT berupa insting “subhanalloh” kelebihan yang sangat luar biasa sekali. Hewan dengan insting (naluri untuk melakukan suatu hal) dan manusia dengan akal pikirannnya. Hewan bisa hidup tanpa bantuan orang lain itu benar adanya, mereka bisa langsung berlari setelah beberapa menit dilahirkan, bahkan berburu dan mencari makanan dengan kemampuannya sendiri. Itu karena mereka dibekali insting untuk melakuakan sesuatu termasuk mencari makan.<br /><br />Tapi sesungguhnya hewan itupun bisa jadi makhluk sosial, dimanaa mereka berinteraksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Contohnya semut pekerja. semut pekerja mereka bekerja sama untuk membangun rumah tempat tinggal, mereka berkomunkasi dengan bahasa yang mereka sendiri, mereka mencari makan bahkan mereka mempunyai seorang pimpinan. Itu menandakan bahwa mereka berkomunikasi satu dengan yang lainnya.<br /><br /><br />Nama : Irvan Permana<br />NIM : K4060608<br />Prody : Rancangbangun Peralatan Pertanian<br /><br /><br />Apa yang terjadi apabila seseorang tidak berinteraksi dengan manusia atau orang lain??<br /><br />Manusia tanpa komunikasi itu bisa saja terjadi (orang bisu) akan tetapi manusia tanpa interaksi dengan manusia maka itu sesuatu yang tidak wajar karena apabila manusia tidak berinteraksi dengan manusia lain maka dia akan terasing dan tertinggal dalam segala hal baik yang sifatnya personal, masyarakat, nasional maupun internasional.<br /><br />Manusia berbeda dengan hewan yang memiliki insting, manusia memakai tak untuk bertahan hidup dan mengembangkan tarap hidupnya. Apabila otak itu tidak dipakai maka dia akan menjadi tumpul dan akhirnya berkarat yang menyembabkan orang yang menpunyai otak tersebut menjadi manusia purba moern yang hidup di dalam gua pada saat orang sudah pindah ke apartemen mewah atau mungkin pesawat antariksa di bulan.<br /><br />“No man is an island". Tidak seorangpun hidup terisolasi. Penggambaran diri manusia melalui pepatah pendek ini cukup substansial sifatnya. Dikatakan demikian, sebab manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang berinteraksi. Bahkan interaksi itu tidak melulu ekslusif antar manusia, tetapi juga inklusif dengan seluruh mikrokosmos. Termasuk interaksi manusia dengan seluruh alam ciptaan. Bahkan Tarzan yang hidupnya di hutan dan tidak pernah bertemu dengan manusia sekalipun dia tetap melakukan interaksi dengan hewan dan alam sekitarnya untuk menjalani hidupnya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-45853813585615893992010-03-13T08:16:00.000-08:002010-03-15T07:51:10.174-07:00Pengolahan kopi & Kakao<div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(51, 102, 255); font-weight: bold;font-family:lucida grande;" >KOPI & COCOA</span><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><span style="font-weight: bold;font-family:lucida grande;" >A. Latar Belakang</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Kopi menyumbangkan devisa yang cukup besar bagi Negara dan mempunyai prospek terus meningkat seiring seiring dengan makin banyaknya orang yang mengkonsumsinya oleh karena itu penanaman dan penanganan kopi harus terus ditingkatkan demi tercapainya sasaran pemerintah untuk meningkatkan devisa Negara.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Slaras dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi alat pengolahan hasil pertanian terus berkembang dengan pesat sehingga perlu diketahui dan diteliti untuk menghasilkan inovasi dan kreativitas yang lebih lanjut oleh karena itu diadakanlah kunjungan untuk melihat proses pengolahan kopi dan cocoa.</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-family:lucida grande;" >B. Tujuan </span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Adapun tujuan diadakannya kunjungan ke pusdiklat kopi dan cocoa ini adalah agar mahasiswa:</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">1. Mengetahui proses pengolahan kopi</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">2. Mengetahui peralatan yang digunakan</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">3. Mengetahui lamanya proses pengolahan</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">4. Mengetahui banyaknya produk olahan yang dihasilkan dari kopi dan cocoa</span><br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;font-family:lucida grande;" >ISI</span><br /><br /><br /></div><span style="font-weight: bold;font-family:lucida grande;" >A. Kopi</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Kopi merupan suatu jenis tanaman budidaya komersial yang cukup banyak dibudidayakan oleh petani serta mempunyai proporsi dan harga yang cukup tinggi. </span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">1. Jenis tanaman kopi </span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Menurut tempat tumbuhnya kopi dapat dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu:</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> a) Robusta (Coffea canephora)</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Robusta adalah jenis Tanaman dataran tinggi lebih dari 1000 m dpl. Kopi jenis ini mempunyai aroma dan citarasa yang tinggi dengan Proporsi pasar dunia sebesar 80 % sehingga harga tinggi dan digunakan sebagai bahan baku kopi seduh [non-instant]. </span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> b) Arabika (Coffea arabica)</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Arabika merupakan jenis tanaman dataran tinggi kurang dari 800 m dpl mempunyai body yang tinggi. Proporsi pasar dunia sebesar 20 % dengan Harga relatif rendah Sebagai bahan baku kopi cepat saji [instant).</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">2. Proses penanganan kopi </span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Menurut cara mengolahnya pengolahan kopi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> a) Pengolahan basah</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Pengolahan basah adalah suatu teknik pengolahan kopi dengan cara mengolah kopi yang telah dipanen dengan cara pengupasan dan permentesi terlebih dahulu baru dikeringkan agar aroma dan rasa dapat lebih terjaga.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> b) Pengolahan kering</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Pengolahan kering adalah sutu teknik pengolahan kopi dengan cara mengeringkan kopi terlebih dahulu baru dilakukan proses lainnya.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">3. Proses pengolahan kopi (wet proces)</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Untuk menjaga kualitas kopi agar tetap baik maka kita harus memperhatikan proses pengolahan dengan baik. Adapun tahapan proses pengolahan kopi adalah sebagai berikut:</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> a) Sortasi</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Setelah buah dipanen dari kebun maka kopi akan di sortir. Proses sortasi dilakukan dengan mengunakan alat yang disebut dengan rembangan prisnsip kerjanya sangat sederhana sekali yaitu buah masak dimasukan ke dalam bak atau drum yang diberi genangan air maka kopi yang kopong akan mengambang dan kopi yang baik akan tenggelam.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> b) Pengupasan kulit</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Proses pengupasan dilakukan dengan alat yang bernama fulper dengan kapasitas 1 ton/ jam dengan system gesekan antara rol dengan dinding mesin.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> c) Fermentasi</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Fermentasi atau pembusukan adalah salah satu proses yang sangat oenting dalam pengolahan kopi karena dengan fermentasi rasa dan aroma kopi bisa jadi lebih kuat. Lamanya fermentasi untuk kopi arabika adalah 1 ha</span>.<br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> d) Pencucian</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Setelah proses fermentasi selesai maka dilakajutkan dengan proses pencucian buah dengan air yang mengalir.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> e) Pengeringan</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Kopi yang diterima dipasaran adalah 19-21 % sehingga kopi harus dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan menggunakan pengering multi dryer shingga apabila tidak ada sinar matahari pengeringa masih bisa dilakukan dengan menggunakan bahan bakar kayu.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> f) Pengupasan kering</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Setelah kopi di keringkan maka harus dilakukan pengupasan kulit ari buah dengan menggunakan bubel roll sehingga dihasilkanlah kopi beras yang siap disimpan.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> g) Greading</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Proses ini bertujuan untuk memisahkan ukuran antara bahan yang pecah dan utuh sehingga memudahkan dalam pengolah ataaupun pengemasan.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">4. Proses pembuatan kopi instan dan non instan</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> a) Penyangraian</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Penyangraian dimaksudkan untuk mengelurkan aroma dan rasa kopi sehingga semakin kuat. Penyangraian dilakukan dengan menggunakan degan drum penyangrai dengan suhu 120 – 200 oC, kapasiatas penyangraian 10 kg/jam.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> b) Penggilingan</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Pengilingan merupakan suatu proses inti yang berfunsi untuk mengecilakan ukuran kopi sehingga mudah untuk diseduh dan menyatu dengan air. Proses pengilingan menggunakan hammer mill dengan kapasitas 10 kg/jam.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> c) Pengkristalan dan pencampuran</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Pengkristalan dimaksudkan untuk menyatukan permukaan kopi dengan gula (kopi instan) sehingga lebih praktis dalam penyajian. Alat yang digunakan adalah alat pengaduk yang diberi panas dan dibulak-balik secara manual.</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-family:lucida grande;" >B. Coklat </span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Coklat (cocoa) adalah tanaman budidaya yang memiliki prospek cukup besar karena rasa dan aromanya yang kuat sehingga menjadi devisa bagi Negara.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> 1. Proses pengolahan kakao</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Untuk menbuat coklat mengeluarkan rasa dan aroma yang terkandung di dalamnya ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> a) Pemecahan buah</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Pemecahan buah dilakukan dengan mengunakan phot braker dengan system rol yang akan menggiling buah sehingga kulit luar pecah dan biji akan tepisah. Kapasitas 3 ton/jam</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> b) Pemisahan lendir/pulfa</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Pemisahan pulfa dimaksudkan untuk menghilangkan lender yang menempel di luar biji untuk diolah menjadi berbagai macam olahan dan juga mempercepat fermentasi. Pengepresan dilakukan dengan system pres ulir dengan kapasitas 1 ton/jam dan menghilangkan pulfa sebanyak 30% dari bahan.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> c) Fermentasi</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Fermentasi dilakukan pada kotak kayu yang diberi lubang kecil untuk pengeluaran air dengan waktu 4 hari dan 2 kali pembalikan. Hasil fermentasi adalah 30% dari bahan yang telah dihilangkan pulfanya.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> d) Pengeringan</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Pengeringan dimaksudkan untuk mendapatkan kadar air tertentu sebelum disimpan ataupun diolah agar kualitas bisa tetap terjaga. Pengeringan menggunakan multi dryer (kayu dan batu bara) sehingga lebih ekonomis. Sehu pengeringan 65 oC dengan waktu 50 jam.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> 2. Proses pembuatan coklat masak</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Dalam proses pembuatan coklat masak ada beberapa tahapan yang haru dilalui, yaitu:</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> a) Penyangraian</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Penyangraian dimaksudkan untuk mengeringkan sekaligus mengeluarkan aroma dan rasa khas dari cocoa. Pemanasan manasan menggunakan bahan bakar biogas selama 45 menit dengan kapasitas mesin 10 kg/jam dan suhu 120 oC.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> b) Pemisahan kulit </span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Setelah biji kering maka kulit harus dipisahkan dari biji dengan menggunakan destiler agar biji lebih bersih.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> c) Pemastaan</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Pemastaan dilakukan dengan system gesek yang menyebabkan terbentuknya cocoa. Pemastaan dilakukan dengan sstempemanasan dengan suhu 30 oC dan kapasitas mesin 20 kg/jam.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> d) Pengepresan lemak</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> pengepresan dimaksudkan untuk mengambil minyak cocoa dengan kualitas yang baik. Pengepresan dilakukan dengan mesin pengepres yang diberi panas 30% sehingga minyak cocoa mencair. Kapasitas mesin 4 kg/jam.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> e) Penghancuran bungkil coklat</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Bungkil dihasilkan dari hasil pengepresan minyak cocoa untuk membuat bubuk coklat yang digunakan sebagai bahan konsumsi dan olahan lainnya. Alat yang digunakan berupa geliniding rol yang berputar kapasitas 20 kg/jam</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> f) Penyaringan</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Setelah dihaluskan maka selanjutnya bubuk cklat disaring untuk memisahkan antara bubuk yang masih besar dan yang sudah halus. Tiller yang digunakan adalah mess 100 mm system vibrator.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> g) Pemasakan</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Coklat akan diendapakan selama 3 hari tiga malam sebelum dilakukan pembentukan itu dilakukan agar dihasilkan rasa colat yang gurih dan enak.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;"> h) Pembentukan</span><br /><span style="font-family:lucida grande;"> Pembentukan dilakukan setelah setelah coklat dipanaskan dan disimpan di dalam Loyang-loyang cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan, setelah itu coklat dimasukan ke dalam frezer selama 45 menit dengan suhu 0 oC lalu dibungkus dengan mesin pengepakan.</span><br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;font-family:lucida grande;"><span style="font-weight: bold;">KESIMPULAN</span><br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family:lucida grande;"> Dari hasil fild trif diatas saya dapat simpulkan bahwa pengolahan kopi dan cocoa cukup mudah dan menghasilakan profit yang tinggi akan tetapi memerlukan kesabaran dan ketelitian dalam setiap pangolahannya agar kopi dan cocoa yang dihasilakan tidak rudak dan berkualitas tinggi.</span><br /><br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-1688896753438621902010-01-10T00:16:00.000-08:002010-01-10T00:22:30.858-08:00I. LATAR BELAKANG<br /><br />A.Latar Belakang<br />Dalam rangka meningkatkan dan melestarikan suasembada beras yang telah dicapai pada tahun 1984. Pemerintah Indonesia telah berupaya menyebarluaskan informasi tentang cara pengolahan dan perawatan Padi untuk peningkatan hasil panen. Salah satunya adalah dengan meningkatkan penanganan pra-panen.<br />Pra-panen merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil panen. Salah satu kegiatan pra-panen yang harus diperhatiakan adalah penyiangan. Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut rumput-rumput (gulma) yang berada di antara sela-sela padi dan sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat Padi berumur 3 dan 6 minggu. <br />Menurut “Harjono (2007) “Kerugian hasil panen padi oleh gulma dapat mencapai 36%, dan pengendalian gulma yang efektif dapat meningkatkan produksi gabah sampai 1,8 ton/ha. Pengendalian gulma tanaman padi sawah dengan tangan membutuhkan waktu 172 jam/ha dan penyiangan dengan landak membujur melintang 132 jam/ha”.<br />Penggunaan alat penyiang system manual seperti landak membujur dan tangan mempunyai banyak sekali kekurangan, baik dilihat dari segi kinerja dan efisiensi alat karena itu perlu dibuat suatu terobosan teknologi yang dapat membantu memecahakan permasalahan penyiangan dan dapat diterima oleh petani. Alat penyiang bertenaga motor (power weeder) dengan desain yang telah disesuaikan untuk daerah-daerah di Indonesia yang berpetak sempit merupakan salah satu jawaban sehingga diharapakan dapat meningkatkan kinerja petani supaya lebih efektif dan efisien dibandingkan penyiangan dengan cara manual seperti dengan landak, pacul kecil dan tangan.<br /><br />B. Permasalahan <br />Adapun permasalahan dari power weeder ini adalah:<br />Semakian kurangnya tenaga kerja dalam bidang pertanian <br />Penyiangan secara manual (menggunakan landak/ tangan) kurang efektif dan efisien.<br /><br />C. Tujuan<br />Adapun tujuan modifikasi power weeder ini adalah untuk:<br />1. Memodifikasi power weeder menjadi lebih sederhana agar lebih nyaman ekonomis<br />2. Meningkatkan kapasitas kerja<br /><br />D. Manfaat<br />Adapun manfaat mesin dari pembuatan power weeder ini adalah:<br />1. Mempermudah kerja petani<br />2. Meningkatkan produktifitas <br /><br /><br />II. TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />A. Hakekat Padi<br />Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau lumiflorae) dan merupakan tanaman berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang), urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa loret, floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Ing. grain) atau kariopsis. <br />Pada dasarnya Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.<br />Di indonesia padi juga merupakan komoditas utama yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyrakat Indonesia baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. <br /><br />1. Varietas Padi<br />Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan manusia: Oryza Sativa yang berasal dari daerah hulu sungai di kaki Pegunungan Himalaya (India dan Tibet/Tiongkok) dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat (hulu Sungai Niger). <br />O. Sativa terdiri dari dua varietas, indica dan japonica (sinonim sinica). Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki “bulu” (Ing. awn), bijinya cenderung panjang. Varietas indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak ber-”bulu” atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun kedua varietas dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan varietas japonica (kultivar ‘Deegeowoogen’ dari Formosa dan varietas indica (kultivar ‘Peta’ dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal pula sekelompok padi yang tergolong varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua varietas utama di atas. <br />Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa. Budidaya padi yang telah berlangsung lama telah menghasilkan berbagai macam jenis padi akibat seleksi dan pemuliaan yang dilakukan orang diantaranya:<br /><br />a. Padi Pera<br />Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.<br /><br />b. Ketan<br />Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.<br /><br />c. Padi Wangi<br />Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras ‘Cianjur Pandanwangi’ (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan ‘rajalele’. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.<br /><br /><br />d. Padi Gogo<br />Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.<br /><br />e. Padi Rawa<br />Padi rawa atau padi pasang surut dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di rawa-rawa Kalimantan. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air.<br /><br />B. Penanganan Pra-Panen<br />Penanganan Pra-panen merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil panen/produksi. Banyak sekali kegiatan pra-penen baik yang dilaksanakan rutin maupun tidak seperti pengolahan tanah (penggaruan, dan pembajakan) penanaman, pemupukan, penyiangan dan penyemprotan pestisida guna pencegahan dan pemusnahan hama penyakit. <br />Salah satu kegiatan pra-panen yang harus diperhatiakan adalah penyiangan. Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut rumput-rumput (gulma) yang berada di antara sela-sela padi dan sekaligus menggemburkan tanah. Menutut Pitoyo (2006) Penurunan produksi padi akibat gulma masih tinggi yakni berkisar antara 6 – 87 persen. Data yang lebih rinci penurunan produksi padi secara nasional sebagai akibat gangguan gulma mencapai 15 – 42% untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 %. <br />Di Indonesia pemberantasan gulma masih banyak dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut gulma dengan tangan. Selama masa pertumbuhan padi biasanya dilakukan 2 kali penyiangan yaitu penyiangan pertama pada waktu padi berumur 15 -17 hari dan penyiangan kedua pada waktu padi berumur 50 - 55 hari. <br />Penyiangan manual dengan tangan memerlukan banyak tenaga kerja, berdasarkan survei, kebutuhan tenaga penyiangan untuk penyiangan pertama sebesar 129,4 HOK/ha dan penyiangan kedua sebesar 236 HOK/ha.<br />Penyiangan secara mekanis menggunakan peralatan bantu seperti garok dan landak sudah banyak digunakan di beberapa wilayah, hanya saja masih dijumpai kendala kapasitas yang rendah (40-50 HOK/ha) serta kejerihan kerja cukup tinggi. <br />Tantangan di masa depan adalah masalah ketersediaan tenaga kerja yang bekerja di bidang pertanian yang memiliki kecenderungan semakin berkurang. Salah satu alternatifnya adalah menggunakan mesin penyiang bermotor seperti power weeder, Alat ini mampu mengurangi waktu kerja dan jumlah tenaga kerja sehingga lebih efektif dan efisien. <br /><br />C. Power Weeder<br />1. Prinsip Kerja Power Weeder<br />Power Weeder adalah alat yang berfungsi untuk menyiangi rumput (gulma) yang tumbuh di antara alur tanaman padi tanpa merusak tanaman. Cara kerja power weeder menyiangi rumput dengan mencakar-cakar tanah sehingga tanah menjadi gembur dan rumput yang berada di antara sela-sela padi akan terbawa kemudian terbenamkan di dalam tanah oleh putaran roda pencakar. <br /><br />2. Macam-macam Power Weeder<br />Berdasarkan jenis lahan power weeder padi dapat dibedakan menjadi dua:<br />a. Power weeder untuk padi lahan basah atau berlumpur<br /> Mesin penyiang ini hanya dapat dioperasikan untuk penyiangan gulma pada lahan yang tergenang air sekitar 5 cm dan berlumpur dengan kedalaman lapisan maksimum 25 cm (diukur dengan cara orang berdiri di lumpur). untuk jarak tanam 20–25 cm dengan baris yang lurus dengan kedalaman air sekitar 5-10 cm sehingga mesin dapat berjalan tanpa didorong.<br /><br />b. Power weeder padi untuk lahan kering<br />Mesin jenis ini dapat dioprasikan untuk pencabut rumput liar. pada tanah kering dengan menggunakan mesin diesel 8.38 Hp kekuatan mesin diteruskan ke roda tanah melalui v puli pita-mesin. Mesin pencabut rumput liar berputar terdiri dari tiga baris piringan berjajar dengan 6 jumlah pisau yang lentur berlawanan arah sebagai alternatif pada setiap piringan. Pisau ini bila berputar mengaktifkan pemotong dan menggemburkan tanah. <br /><br /><br /><br />III. METODELOGI<br /><br />A. Waktu dan Tempat<br />Rencana pelaksanaan pembuatan alat tugas akhir akan dilaksanakan pada bulan Januari 2010 di Bengkel Logam Politeknik Negri Jember.<br /><br />B. Alat dan Bahan <br />Adapun peralatan dan bahan yang digunakan untuk pembuatan power weeder ini adalah sebagai berikut:<br />1. Alat<br />Peralatan yang diperlukan untuk memodifikasi power weeder diantaranya adalah:<br />a. Meteran<br />b. Gergaji<br />c. Pengaris siku<br />d. Mesin las<br />e. Mesin bubut<br />f. Mesin bor<br />g. Jangka sorong<br />h. Penekuk plat<br /><br />2. Bahan<br />Bahan yang digunakan untuk memodifikasi power weeder adalah sebagai berikut:<br />a. Besi pipa<br />b. Besi poros<br />c. Plat strip<br />d. Besi plat <br />e. Fiber<br />C. Metode Desain<br />Metode yang dipakai dalam modifikasi power weeder ini adalah metode yang disusun oleh gerhardts pahl dan wolfgang beitz yang dipaparkan dalam buku “engineering desain” yaitu:<br />1. Penjabaran tugas (clarification of the task), yang meliputi pengumpulan informasi permasalahan dan kendala yang dihadapi. Disusul mengenai persyaratan mengenai sifat dan performa yang harus dimiliki untuk mendapatkan solusi.<br />2. Penentuan konsep perancangan (conceptual design), hal ini sebagai dasar pembuatan abstraksi dari permasalahan. dilanjutkan dengan stuktur fungsi yang menggambarkan hubungan antar input, proses dan output.<br />3. Perancangan wujud (embodiment desaign), perancangan awal beserta elemen-elemennya, dimulai dengan pemilihan bahan, prosedur pembuatan rancangan, dan fungsi elemen-elemen yang ada. <br />4. Perancangan rinci (detail design), pada tahap ini adalah proses perancangan dalam bentuk gambar dalam arti gambar tersusun dan gambar jadi termasuk daftar komponen, spesifikasi bahan, dan lain-lain yang secara keseluruhan merupakan dokumen dalam memodifikasi mesin.<br /><br /><br />D. Hal-hal Yang Diuji<br />1. Fungsional<br />a. Roda apung<br />Roda apung berfungsi sebagai tempat dudukan pencakar dan untuk memutarkan pencakar ketika akan menyiangi gulma yang ada di sela-sela tanaman padi dengan cara menerus putaran tenaga mesin yang telah dirubah oleh transmisi untuk memutarkan roda paung dan pencakar melalu poros penghubung Adapun persamaan untuk menghitung putaran roda adalah sebagai berikut.<br /><br /><br /><br /> <br />Gamabar 1. Roda apung<br /><br /><br />d1.n1 = d2.n2<br /><br />Keterangan:<br />D1 : dianmeter poros<br />D2 : diameter roda<br />N1 : RPM Mesin<br />N2 : RPM Roda<br /><br />b. Pencakar <br />Pencakar berfungsi untuk mencakar dan menyiangi tanah (tanah) untuk memecah ikatan tanah dengan gulma supata tanah menjadi gemburkan dan rumput tercabuti sehingga sela-sela tanaman padi menjadi bersih dari gulma pengganggu. Adapun persaan untuk pencabutan rumput ini adalah:<br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br />Gamabr 2. Pencakar<br /><br />c. Garfu pembawa <br />Garfu pembawa berfungsi untuk membawa rumput yang talah tercabuti oleh pencakar ke pematang sawah sehingga sela-sela tanaman bersih dan rumput tidak dapat tumbuh kembali.<br /><br /><br />d. Stuktur integral<br />Seluruh rangkaian penyiangan sepeti roda apung, pencakar dan garfu pembawa disatukan dalam suatu komponen inti yaitu as roda dan rangka utama yang menahan semua beban.<br /><br /><br />2. Adaptasi<br />Mesin yang memenuhi standar adalah mesin yang dapat menyesuaikan dengan alam dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.<br /><br />3. Pertifikasi<br />Dalam uji pertifikasi atau kelayakan ada beberapa hal yang di ujikan diantaranya adalah sebagai berikut:<br />a. Kapasitas kerja<br />Dalam pembuat alat mesin harus direncanakan kapasitas yang akan kita buat agar mesin yang kita buat bisa selesai dengan baik dan dipergunakan sesuai dengan kebutuhan. Sehingga dipakai rumus:<br /><br />Kt = W x V x 10-1 ha/jam<br /><br />Keterangan: <br />Kt : Kapasitas kerja teoritis<br />W : Waktu kerja<br />V : Kecepatan<br /><br />b. Kualitas hasil<br />Kualitas hasil penyiangan dapat kita lihat dari banyaknya daun atau pohon padi yang tumbang atau tercabut serta peninjauan setelah 3 atau 6 hari setelah disiangi apakah pertumbuhannya jadi baik atau malah mati. Oleh karena itu dipakai rumus:<br /><br />c. Ergonomic<br />Ergonomic adalah salah satu uji kenyamanan yang dilakukan untuk melengkapi densain agar nyaman dan aman saat digunakan oleh operator.<br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Pustaka Acuan<br /><br />Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2008. Penyiang Gulma Padi Sawah Bermotor. Bank Pengetahuan Padi Indonesia. Tangerang.<br /><br />AAK.1990. Budidaya Tanaman Padi . Penerbit Kanisius. Yogyakarta.<br /><br />Pitoyo Joko, 2006. Mesin Penyiang Gulma Padi Sawah Bermotor. Sinar Tani. Banten.<br /><br />Desrial., Pitoyo Joko, Sembiring Namaken E. 2009. Kajian Traksi Roda Karet Traktor Roda Dua Pada Bak Uji Tanah. Tangerang: Departemen PertanianUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-24656514981135908502009-09-29T03:28:00.000-07:002010-03-13T08:45:57.238-08:00Pengelasan<div style="color: rgb(51, 102, 255); font-weight: bold; font-family: lucida grande; text-align: justify;"><div style="text-align: center;">PENGETAHUAN DASAR PENGELASAN<br /></div><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><span style="font-weight: bold; font-family: lucida grande;">A. Latar Belakang</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Penyanmbuangn logam sudah ada sejak 5000 th yang lalu, orang sudah dapat melakukan penyambungan logam dengan cara memanasi dua buah logam tersebut sampai suhu kritis kemudian keduanya ditumpangkan dan setelah itu dipalu yang akhirnya membentuk ikatan yang kuat.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Api pemanasnya untuk penymbungan diperoleh dari pembakaran kayu atau arang kayu. Dapat dibayangkan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang dapat memasakan logam sampai suhu kritis. tentu cara semacam ini tidaklah efektif untuk digunakan dalam pengerjaan pengelasan yang sangat banyak dan berfariasi.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Seiring dengan kemajuna zaman dan perkembangan teknologi khusunya dbidang penyambungan logam yang skrang ini telah ditemukan dan digunkaan seperti mesin las listrik bertenaga motor dan listrik yang praktis, efektif dan efisien sehingga bisa mempercepat kerja dan meringankan kerja karyawan.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande; font-weight: bold;">B. Tujuan</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Adapun tujuan dilaksanakannya praktek las listrik ini adalah agar mahasiswa:</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">1. Mengetahui teknik pengelasan</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">2. Mengetahui sulitnya pekerjaan las</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">3. Dapat menyambung logam dengan baik dan benar</span><br /><br /><br /></div><span style="font-family: lucida grande; font-weight: bold;">LANDASAN TEORI</span><br /><br /><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: lucida grande; font-weight: bold;">A. Penglasan</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Pengelasan dapat diartikan sebagai suatu proses penyambungan logam di mana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Menurut DIN (Deuche Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">1. Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari:</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> a. Motor bensin atau diesel</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Penggunaan motor bensin atau motor disel biasanya digunakan utuk pekerjaan yang jauh dari tempat/gardu listrik penghasilan energi panas yang dihasilakan oleh listrik bisa digantikan oleh mesin diesel. Mesin las yang digerakkan dengan motor, cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan atau pada bengkel yang tidak mempunyai jaringan listrik.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> b. Motor listrik</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Motor listrik adalah motor yang digeakan oleh tenaga listrik yang digunakan sebagai tenaga pemanas, elektoda las akan disambungkan pada arus positf dan arus negatif akan disambungkan pada benda kerja sehingga timbul konselitng yang menyebabakan timbulnya panas yang membuat letupan (nyala api) pada busur api (elektroda las) sehingga mencairkan elektroda dan cairan elektorda menyeluti benda kerja sehingga benda kerja menyatu menjadi satu ikatan yang tidak terpisahkan. Ada 2 macam mesin las bertenaga listrik yaitu mesin las arus ac dan arus dc.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 1) Pesawat las arus bolak-balik (AC)</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Pesawat las arus bolak balik (AC) pesawat las ini seperti transformator las, pembangkit listrik motor diesel atau motor bensin. Kapasitas ampernya 200-500 dan biaya operasionalnya rendah serta harganya murah sehingga banyak dipakai. Voltase keluar anara 36-70 volt.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"></span><span style="font-family: lucida grande;"> 2) Pesawat Las Arus Searah (DC)</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Pesawat las yang pembangkit listriknya digerakkan oleh kotor listrik. Salah satu jenis pesawat las arus searah yaitu pesawat pembangkit listrik yang</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">digerakkan oleh motor listrik (generator) seperti terlihat gambar 2.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">Gambar 2. Generator</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 3) Pesawat Las AC-DC.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las AC dan DC. Pesawat</span> <span style="font-family: lucida grande;">ini kemungkinan banyak digunakan karena arus yang keluar dapat AC dan</span> <span style="font-family: lucida grande;">DC. Pesawat las jenis ini misalnya transformator – rectifier maupun</span> <span style="font-family: lucida grande;">pembangkit listrik motor disel.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande; font-weight: bold;">B. Peralatan Las</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Dalam melakukan pengelasan ada beberapa peralatan yang sering digunakan dalam pekerjaan las listrik diantaranya adalah sebagai berikut:</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 1. Kabel las</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Kabel las merupakan bagian penting dalam pengelasan yaitu berfunsi untuk menyalurkan arus listrik dari mesin las ke benda kerja sehingga dapat terjadi bunga api yang akan mencairkan alektroda las. Ada tiga Kabel las yaitu :</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">a. Kabel elektroda (menghubungkan pesawat dengan elektroda)</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">b. Kabel masa (menghubungkan pesawat dengan benda kerja)</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">c. Kabel tenaga (menghubungkan pesawat dengan sumber tenaga)</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 2. Pemegang Elektroda</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan</span><span style="font-family: lucida grande;"> penyekat. Pada waktu selesai mengelas bagian yang tidak berhubungan</span> <span style="font-family: lucida grande;">dengan kabel digantung pada gantungan dari bahan isolator.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 3. Palu las</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Palu las digunakan untuk melepas terak las pada jalan las dengan jalan memukul</span> <span style="font-family: lucida grande;">atau menggores las. Berhati-hatilah membersihkan terak karena</span> <span style="font-family: lucida grande;">kemungkinan akan memercik ke mata atau kebagian badan lainnya.</span><br /><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 4. Sikat Kawat</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Sikat kawat digunakan untuk :</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Membersihkan benda kerja yang akan dilas.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Membersihkan terak las yang sudah tepat dari jalur las oleh pukulan palu</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">las.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 5. Klem masa</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Klem masa adalah suatu alat untuk menghubungkan kabel masa ke benda</span> <span style="font-family: lucida grande;">kerja. Bahan klem terbuat dari bahan penghantar listrik yang baik seperti</span> <span style="font-family: lucida grande;">tembaga dan dilengkapi dengan pegas agar arus listrik mengalir dengan baik</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">dan permukaan benda kerja yang akan dijepit harus dibersihkan terlebih</span> <span style="font-family: lucida grande;">dahulu dari kotoran seperti cat, karat maupun minyak.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 6. Penjepit</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau memindah benda kerja</span> <span style="font-family: lucida grande;">yang masih panas.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 7. Elektroda las</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Elektroda ini dipakai pada pengelasan lasa busur listrik dan mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat inti. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang 350 sampai 450 mm.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">Jenis selaput elektroda misalnya selulose, kalsium karbonat (Ca Co3), titanium dioksida (rutil), haloin, oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya. Tebal selaput 10-50& dari diameter elektroda.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande; font-weight: bold;">C. Keselaamatan Kerja Las</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Perlengkapan yang diperlukan untuk mendapatkan keselamatan kerja:</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 1. Helem dan tabir</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra</span> <span style="font-family: lucida grande;">violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata.</span><span style="font-family: lucida grande;">Adapun penggunaan kaca las adalah sebagai berikut :</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">No. 5 dipakai untuk las titik</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">No. 8 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">No. 12 untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">No. 14 untuk pengelasan di atas 400 amper.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"></span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> b. Sarung tangan</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang</span> <span style="font-family: lucida grande;">elektroda juga melindungi tangan dari panas. </span><br /><span style="font-family: lucida grande;"></span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> c. Baju las / Apron</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Dibuat dari kulit atau asbes, lihat gambar 10, dapat melindungi badan dan</span> <span style="font-family: lucida grande;">sebagian kaki dari sinar maupun panas. Untuk pengelasan posisi di atas</span><span style="font-family: lucida grande;"> kepala harus memakai baju las yang lengkap. Pada posisi lainnya dapat</span> <span style="font-family: lucida grande;">dipakai apron.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> d. Sepatu las</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">Berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api dan benturan</span> <span style="font-family: lucida grande;">benda keras.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> e. Kamar las</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Dibuat dari bahan tanah api dan berfungsi agar orang yang ada di sekitarnya</span> <span style="font-family: lucida grande;">tidak terganggu oleh cahaya las. Kamar las dilengkapi dengan meja las dan</span> <span style="font-family: lucida grande;"></span><span style="font-family: lucida grande;">harus bersih dari benda yang mudah terbakar serta dilengkapi ventilasi</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">udara yang baik untuk mengeluarkan gas yang terjadi.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"> 2. Elektroda</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> a. Elektroda berselaput (lihat gambar 12)</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Elektroda ini dipakai pada pengelasan lasa busur listrik dan mempunyai</span> <span style="font-family: lucida grande;">perbedaan komposisi selaput maupun kawat inti. Ukuran standar diameter</span> <span style="font-family: lucida grande;">kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang 350 sampai 450 mm.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Jenis selaput elektroda misalnya selulose, kalsium karbonat (Ca Co3),</span> <span style="font-family: lucida grande;">titanium dioksida (rutil), haloin, oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi</span> <span style="font-family: lucida grande;">silikon, besi mangan dan sebagainya. Tebal selaput 10-50& dari diameter</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">elektroda.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"></span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> b. Klasifikasi Elektroda</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Klasifikasi elektroda menurut AWS (American Welding Society) dinyatakan</span> <span style="font-family: lucida grande;">dengan tanda EXXXX yang artinya :</span><span style="font-family: lucida grande;"><br /></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: lucida grande;">E : Menyatakan elektroda</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">XX : (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik depositlas</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">dalam ribuan lb/m2 (lihat tabel 1)</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">X : (angka ketiga) menyatakan posisi pengelasan</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Angka 1 untuk pengelasan segala posisi</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Angka 2 untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">X : (angka keempat) menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang</span> <span style="font-family: lucida grande;">cocok dipakai untuk pengelasan</span><br /></div><span style="font-family: lucida grande;">Secara keseluruhan ada pada tabel 1 dan 2.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Contoh : E6013</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">Artinya :</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Kuat tarik minimum 60.000 lb/m2</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Dapat dipakai pengelasan segala posisi</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Jenis selaput rutil kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC +</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">atau DC -.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;"></span><span style="font-family: lucida grande;">Tabel 1</span><span style="font-family: lucida grande;"><br />Klasifikasi Kekuatan Tarik</span><div style="text-align: justify;"><ol><li><span style="font-family: lucida grande;">Lb/m2 Kg/mm2</span></li><li><span style="font-family: lucida grande;">E 60xx 60.000,- 42</span></li><li><span style="font-family: lucida grande;">E 70xx 70.000,- 49</span></li><li><span style="font-family: lucida grande;">E 80xx 80.000,- 56</span></li><li><span style="font-family: lucida grande;">E 90xx 90.000,- 63</span></li><li><span style="font-family: lucida grande;">E 100xx 100.000,- 70</span></li><li><span style="font-family: lucida grande;">E 110xx 110.000,- 77</span></li><li><span style="font-family: lucida grande;">E 120xx 120.000,- 8</span><span style="font-family: lucida grande;"></span></li></ol></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: lucida grande; font-weight: bold;">KESIMPULAN</span><br /></div><br /><span style="font-family: lucida grande;"> Dari hasil laporan di atas dapat kami simpulkan bahwa</span> <span style="font-family: lucida grande;">Penyambungan dengan mengunakan mesin las listrik dapt mempercepat proses prduksi</span> <span style="font-family: lucida grande;">Amper yang tinggi dapat meyebabkan bahan berlubang.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;"><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-56534909386144265912009-09-29T03:25:00.000-07:002009-09-29T03:27:35.546-07:00reaperBAB I. PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar Belakang<br />Di Indonesian panen merupakan kata yang cukup familiar, panen merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh seluruh petani untuk memetik atau mengambil hasil dari apa yang talah mereka tanam atau kerjakan.<br /> Negara kita merupakan negara agraris yang hampir 65% penduduknya adalah petani, mereka bekerja diladang dengan bercucuran keringat dengan hasil yang kadang tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan dan tidak sebanding dengan kerja keras petani,. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi pertanian, maka diperlukan suatu perubahan (penyesuaian) khususnya dalam budidaya tanaman, sehingga selaras dengan perkembangan kondisi alam, perkembangan teknologi , sosial dan masyarakat. Budidaya tanaman memerlukan waktu dan tenaga yang cukup besar mulai dari kegiatan pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen yang diakhiri dengan pasca panen.<br />Petani yang memiliki lahan yang luas seringkali menghadapi hambatan dalam setiap kegiatan budidaya karena keterbatasan sumberdaya terutama tenaga kerja di bidang pertanian serta didukung dengan masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut. Hal ini karena hampir sebagian besar tenaga kerja pertanian saat ini sudah memasuki usia non produktif sementara generasi muda lebih banyak terjun di sektor lain baik industri maupun sektor informal sebagai akibat dari rendahnya minat mereka untuk terjun langsung ke lahan pertanian. Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem budidaya pertanian berbasis teknologi (mekanisasi pertanian) berupa mesin pemanen padi yang dapat mempermudah kerja petani.<br /><br />B. Tujuan<br />Adapun tujuan praktek identifikasi pisau mesin panen padi adalah agar mahasiswa:<br />1. Mengetahu prinsip kerja pisau<br />2. Mengetahui jenis-jenis pisau<br />3. Mampu merancang dan membuat pisau pemotong<br />BAB II. LANDASAN TEORI<br /><br />A. Mesin Panen<br />Mesin pemanen adalah mesin yang berfungsi untuk memotong batang padi dan meletakkan tanaman dalam barisan untuk memudahkan pengumpulan serta perontok mekanik merontokkan gabah dari tanaman padi, mempercepat perontokan (jadi mengurangi kehilangan hasil), dan mengurangi kebutuhan tenaga kerja.<br />B. Jenis dan Pemilihan Mesin Panen Padi<br />Ada beberapa jenis mesin panen padi, yaitu<br />1. Reaper (windrower), yang hanya memotong dan merebahkan hasil potongan dalam alur, atau collection type reaper yang memotong dan mengumpulkannya.<br />2. Binder, mesin yang memotong dan mengikat<br />3. Combine harvester, mesin yang memotong dan merontokkan<br /><br />Dalam memilih mesin pemanenan padi, ada bebrapahalyang harus diperhatikan diantaranya adalah sebgai berikut:<br />1) Untuk kerja dan upah dalri buruh panen dengan cara tradisional<br />2) Harga, biaya perawatan, umur, kinerja, dsb, dari setiap mesin<br />a. Ukuran petakan lahan<br />b. Tinggi malai padi, kemudahan rontok<br />c. Tingkat kekeringan dan daya dukung tanah pada saat panen<br />3) Cara pengumpulan, pengeringan, transportasi, perontokan dan pengeringan gabah setelah pemotongan<br /><br /><br />Dari berbagai jenis mesin panen padi, kemampuannya untuk disesuaikan dengan ketinggian malai, kondisi malai, kinerja pada kondisi lahan tertentu adalah berbeda-beda. Misalnya untuk varietas padi yang mudah rontok, pemotongan harus dilakukan dengan sedikit mungkin menimbulkan getaran untuk meminimumkan susut karena rontok ke lahan.<br /><br />Apapun jenis mesin panen yang dipilih, diharapkan ada penyesuaian dari ketinggian posisi malai, padinya tidak mudah rontok dan lahan sawah harus kering. Jika tidak, maka efisiensi akan rendah dan susut panen akan tinggi.<br /><br />1. Reaper<br />Diantara berbagai jenis reaper manual, tipe tarik adalah yang paling ringan dan praktis. Bila dilengkapi dengan rangka pengumpul, alat ini dapat digunakan untuk mengumpulkan padi dalam dua tarikan pemotongan. Jika padi ditanam pada baris yang teratur, kinerja alat ini adalah 1,5 hingga 2 kali sabit. Karena cara pemakaiannya sambil berdiri, maka kelelahan kerja menjadi lebih ringan dibandingkan dengan menggunakan sabit. Mata pisau dapat dipergunakan untuk memanen sekitar 0,1 ha tanpa harus diasah.<br /><br />Ada juga jenis windrower yang dipasangkan di depan traktor tangan, dan dipgerakkan oleh enjin traktor tangan tersebut. Pisau pemotongnya dapat berupa tipe rotari atau gunting. Gambar 2. Selanjutnya, mesin reaper yang memiliki enjin penggerak sendiri dapat dilihat pada Gambar 3 sampai 5.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />Gambar 2. jenis-Jenis Reaper<br />2. Binder<br />Binder bisa memiliki bagian pemotong untuk satu hingga empat alur tanam, tetapi jenis binder dengan dua alur (lebar potong sekitar 50 cm) lebih populer. Semua binder memiliki enjin sendiri (self propelled). Padi yang telah dipotong akan langsung diikat menjadi 1 hinga 2 kg ikatan dankemudian direbahkan ke satu sisi yang sama. Binder juga dilengkapi dengan alat pengangkat padi, yang dipergunakan untuk menggangkat padi yang lebah sebelum dipotong<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3. Two-row binder (Yasumasa, 1988)<br /><br />Tali pengikatnya dapat terbuat dari bahan sintetis, serat atau jerami, dll. Tergantung perusahan yang membuatnya. Tali pengikat ini harus ditangani dengan baik dan tidak boleh basah.<br /><br />Ketinggian pemotongan, ukuran ikatan, tingkat kekencangan ikatan dapat diatur. Biasanya binder dilengkapi dengan dua hingga emapt kecepatan maju, dan satu atau dua kecepatan mundur. Mesin ini digerakkan oelhe enjin bensin berpendingan air dengan tenaga 3 hingga 5 hp.<br /><br />Bagian pemotong biasanya memiliki pisau tipe cutter bar . Kinerja mesin ini berkisar antara 40 hingga 80 menit per 10 are. Bila banyak padi yang rebah, makan kinerjanya pun akan menurun.<br />3. Combine Harvester<br />a. Head-feed type combine harvester<br />Mesin panen combine jenis ini dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya mengumpankan bagian malainya saja dari padi yang dipotong ke bagian perontok mesin. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki penampung gabah sementara. Bagian pemotong dari mesin ini adalah hampir sama dengan bagian pemotong dari binder, bagian pengikatnya digantikan dengan bagain perontokan. Jerami, setelah perontokan, bisa dicacah kecil-kecil sepanjang 5 cm dan ditebar di atas lahan, atau tidak dicacah, tetapi diikat dan dilemparkan ke satu sisi, untuk kemudian dikumpulkan untuk kemudian dapat dimanfaatkan untuk hal lain.<br /><br />Combine jenis ini tersedia dalam tipe dorong maupun tipe kemudi. Lebar pemotongan bervariasi dari 60 cm hingga 1,5 meter. Enjin yang digunakan bervarias dari 7 hingga 30 hp. Karena jauh lebih berat dari pada binder bagian penggerak majunya dibuat dalam bentuk trak karet (full track rubber belt)..<br /><br />Kecepatan maju berkisar antara 0,5 hingga 1 m/detik. Dengan memperhitungkan waktu belok dan waktu pemotongan dengan manual di bagian pojok lahan, biasanya waktu yang dibutuhkan untuk pemanenan berkisar 30 hingga 70 menit per 10 are, jika lebar pemotongan 1 m.<br /><br />Keterangan :<br />1. pengarah malai<br />2. kursi operator<br />3. sensor ketinggian malai<br />4. penutup perontok padi<br />5. tuas perontok (thresher)<br />6. lampu belok<br />7. penjepit batang padi<br />8. rantai pengarah dan penjepit perontokan<br />9. rantai pembawa padi ke perontok<br />10. batang pemisah tanaman yang belum dipotong<br />11. pisau pemotong<br />12. divider<br />13. lampu depan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 7. Head-feed combine harvester<br />b. Standard type combine harvester<br />Mesin panen padi jenis ini adalah mesin yang dikembangkan di Amerika dan Eropa, yang dipergunakan juga untuk memanen gandum. Padi yang dipotong termasuk jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian perontokan. Gabah hasil perontokan ditampung dalam tangki, dan jeraminya di tebarkan secara acak di atas permukaan tanah. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai (riding type). Lebar pemotongan berkisar antara1,5 hingga 6 meter. Namun yang populer adalah 4 meter. Enjin sebagai sumber tenaga gerak adalah sekitar 25 hp per 1 meter lebar pemotongan. Bagian penggerak majunya adalah menggunakan roda, atau half-track type atau full-track type.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 5. Standard Combine harvester (Claas)<br /> BAB III. PEMBAHASAN<br /><br />A. Prosedur<br />Kegiatan praktek identifikasi reaper dilakukan setelah menerima materi kuliah Alat Mesin II tentang cara membuat reaper, pengoprasian mesin dan teknik-teknik pengerjaan lainnya secara terbimbing.<br /><br />Keberhasilan praktek dapat tercapai apabila ada kerja sama yang baik dari berbagai pihak, baik dari mahsiswa, dosen pembimbing serta teknisi praktek yang bertugas menyiapkan peralatan dan bahan praktek. Setelah itu tingkat kedisiplinan dan keterampilan yang tinggi dari pembim-bing dan teknisi akan mendukung terciptanya hasil praktek yang diharapkan. Langkah kegiatan praktek identifikasi reaper ini meliputi:<br />1. Menghidupkan Raper<br />Sebelum menghidupakan reaper harus dipastikan bahwa reaper dalam keadaan baik dan siap operasi seperti pengecekan bahan bakar, keadaan ban, cek oli dan pisau pemotng. Adapun langkah-langkah menghidupkan reaper adalah sebagai berikut<br />a. Hidupakan mesin dengan menarik engkol<br />b. Besarkan gas<br />c. Hidupkan pengendali pisau pisau<br />d. Hidupkan perseneleng (gigi) maju<br />e. Hidupkan pisau<br />f. Jalankan reaper<br /><br />2. Membongkar Reaper<br />Setelah praktek menghidupkan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta memperlengkap identifikasi reaper, kami juga di berikan kesempatan untuk membongakar mesin panen. Adapun langkah-langkah membongkar reaper diantaranya adalah sebgai berikut:<br />a. Membngkar penutup pisau dengan<br />Dalam membngakar pentup pisau kita harus teliti agar mempermudah dalam perakitan. Langkah pembongkaran penutup pisau (bonet) adalah sebgai berikut:<br />1) Buka screw pengikat atas dengan obeng (–) yang besar<br />2) Lakukan pembukaan pembukaan mur cecara perlahan agar tidak mengakibatkan pegas loncat<br />3) Setelah screw pengikat terlepas buka baut pengikat bawah dengan kunci ring pas 14.<br />4) Setelah semuanya terlepas bonet, star wheel, dan platnya<br />5) Simpan baut, srew, pegas dankomponen kecil lainya didalam satu tempat untuk mempermudah perakitan.<br /><br />b. Mematikan reaper<br />Setelah selesai pemanenan maka reaper harus dimatikan, disamping untuk menhemat bahan bakar juga untuk menjaga kinerja mesin agar tetap dalam kndisi yang baik. Adapun langkah-langkah mematikan reaper adalah sebagai berikut:<br />1) Kecilkan gas<br />2) Tekan perseneleng maju untuk menghentikan laju reaper<br />3) Matikan pisau<br />4) Kecilkan gas<br />5) Setelah semua dimatikan tempatkan persneleng pada posisi netral<br />6) Reaper siap disimpan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />B. Hasil<br />Banyak sekali pengetahuan yang mahasiswa dapatkan setelah perktek identifikasi reaper ini diantaranya adalah mahasiswa mejadi mampu:<br />1. Mengidetifikasi reaper<br />Proses identifikasi berjalan secara mandiri dengan di awasi oleh dosen pembimbing dan dibantu oleh teknisi untuk penyiapan alat adapaun bagian reper yang diidetifikasi adalah:<br />a. Pisau reaper<br />b. Pergerakan pisau utama<br />c. Pergerakan pembawa padi<br /><br />2. Mengetahi prinsip kerja reper<br />Reaper bekerja menurut prinsip kerjanya yaitu memotong padi dengan pisau pemotong dengan landasan pisau tetap yang digerakan oleh mesin penggerak yang kemudian hasil pemotongan akan di salurkan ke bagian pinggir alur (bagian pinggir sawah).<br /><br /><br /><br />3. Membongkar pisau reaper<br />Dalam membongkar pisau reaper banyak sekali bagian yang harus dibongkar terebih dahulu seperti pengikat pisau, penghubung poros, penutup pisau, rantai dan lainnya, akan tetapi dengan ketelitian dan kejelian pembimbimbng kami kami jadi bisa membongkar pisau reaper tanpa harus membngkar rantai-rantai penggerak<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV. KESIMPULAN<br /><br />Dari teori dan prosedur diatas dapat saya simpulakan bahwa proses perancangan pemotongan (cutter) memang sangat rumit dan membingungkan diperlukan kerja keras dan pengetahuan yang tinggi akan rumus dan komponennya.<br />Akan tetapi dengan kesungguhan dan kemauan yang kuat kita pasti bisa membuatnya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-57630188555795546332009-09-29T03:19:00.000-07:002009-09-29T03:25:22.919-07:00BAB I. PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar Belakang<br />Beras adalah komoditas strategis dan merupakan pangan pokok bangsa Indonesia. Konsumsi beras setiap tahun selalu meningkat seiring dengan laju penambahan penduduk. Sudah banyak upaya untuk mengerem laju konsumsi beras dengan aneka ragaman pangan lokal namun tampaknya setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Swasembada beras terjadi tahun 1984 dan dapat dipertahankan pada tahun 1990. Setelah itu peningkatan konsumsi beras tidak sebanding lagi dengan laju peningkatan produksi dan areal panen (Kasryno et al., 2001). Sejak tahun 1994 Indonesia mulai mengimpor beras lagi, dan setiap tahun ada kecenderungan peningkatan impor.<br />Masalah besar petani adalah kehilangan hasil, mutu yang rendah dan harga yang fluktuatif yang cenderung tidak memberikan insentif kepada mereka sangat amat dirasakan dan perlu segera solusinya (Moehaimin-Sovan, 2002). Kehilangan hasil pasca panen masih tinggi yaitu mencapai 20,5% (Anonimus, 1995). Mutu beras yang dihasilkan umumnya sangat rendah yang dicirikan oleh beras patah (broken) yang lebih dari 15% dengan rasa, warna yang kurang baik. Selanjutnya harga gabah ditingkat petani belum dapat memperbaiki tingkat pendapatan.<br />Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi telah banyak sekali peralatan dan mesin yang dibuat untuk penanganan pasca panen yang dapat membantu petani dalam mengefektifkan dan mengefisienkan hasil pengilingan padi (RMU) sehingga harga padi dapat sesuai dengan harga dan kebutuhan pasar.<br /><br />B. Tujuan<br />Adapun tujuan digunakannya Pengilingan Padi (RMU) adalah sebagai berikut:<br />1. Mengurangi jumlah kehilangan beras akibat penumbukan.<br />2. mengurangi dan mempertahankan kualitas beras hasil gilingan.<br />3. mengefektif dan mengefisienkan waktu, biaya dan pekerja.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II. LANDASAN TEORI<br /><br />A. Pengilingan<br />Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi dapat dikelompokkan sebagai berikut:<br />1. Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling (huller atau husker)<br />2. Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator)<br />3. Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher)<br />4. Mesin pengayak bertingkat (sifter)<br />5. Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung)<br /><br />Mesin pemecah kulit/sekam gabah kering giling berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah. Input bahan dari mesin ini adalah gabah kering giling (GKG), yaitu gabah dengan kadar air sekitar 14% basis basah dan outputnya berupa beras pecah kulit (BPK) yang berwarna putih kecoklatan (kusam) atau disebut juga brown rice. Mesin pemecah kulit gabah yang banyak digunakan dewasa ini adalah mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya memecah kulit gabah dengan cara memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder karet yang dipasang berhadapan. Persentase gabah terkupas, beras patah dan beras menir tergantung pada kerapatan dan kelenturan silinder karet ini. Silinder yang telah mengeras atau yang terlalu rapat satu sama lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras menir, sedangkan jarak kedua silinder yang renggang akan menyebabkan persentase gabah tidak terkupas meningkat. Biasanya gabah yang tidak terkupas akan dipisahkan dari beras pecah kulit dan dimasukkan lagi ke dalam pengumpan hingga semuanya terkupas. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan mesin lain yang disebut mesin pemisah BPK dan gabah, atau secaram umum disebut pengayak.<br />Mesin pemecah kulit diperlihatkan pada Gambar 1, sedangkan Gambar 2 memperlihatkan aliran gabah dalam mesin tersebut. Gabah yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas. Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini tergantung pada penyetelan mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari beras pecah kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah gabah dari beras pecah kulit, yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit.<br /><br /><br />Gambar 1. Mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll (Sumber : PT Agrindo)<br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 2. Aliran bahan pada mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll (Sumber : PT Agrindo)<br />Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak. Mesin penyosoh yang umum digunakan di Indonesia adalah mesin tipe friksi jetpeller. Beras pecah kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak rata dan pada bagian dalamnya terdapat silinder lain yang lebih kecil dan mempunyai permukaan luar yang tidak rata serta berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan bergesekan dengan permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit arinya (aleuron) yang berwarna kecoklatan terkikis. Kulit ari yang terkikis ini menjadi serbuk dedak yang dapat menempel pada permukaan beras dan juga permukaan dinding silinder, sehingga dapat menurunkan kapasitas penyosohan. Oleh karena itu mesin penyosoh tipe jetpeller dilengkapi dengan hembusan udara yang kuat dari dalam silinder kecil yang berlubang-lubang, sehingga mendorong dan melepaskan serbuk dedak dari permukaan beras dan dinding silinder untuk mendapatkan beras putih yang bersih dan menjaga kapasitas giling tidak menurun. Selain itu hembusan udara ini juga berfungsi untuk menjaga suhu beras tetap rendah selama proses penyosohan sehingga penurunan mutu akibat perubahan kimia (menyebabkan cracking pada beras) yang disebabkan oleh panas dapat dicegah.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3. Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller (Sumber : PT Agrindo)<br />Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik, beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga. Pemisahan dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau silinder pemisah (silinder separator). Ketiga macam mutu beras tadi akan dicampurkan kembali dengan perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual sebelum beras dikemas bila akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan karung plastik berukuran 50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian pula penutupan karung, dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa bantuan alat penjahit portabel. Gambar 4 memperlihatkan cara kerja mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat beserta hasil pemisahannya.<br /><br /><br />Gambar 4. Mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat dan hasil proses pemisahannya (Sumber : PT Agrindo)<br />Bila ditinjau dari konstruksinya, mesin-mesin penggiling padi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP). Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah pada ukuran, kapasitas dan aliran bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap kadangkala dilengkapi dengan pembersih gabah sebelum masuk mesin pemecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai hasil sampingan dari proses penyosohan.<br />B. Rice Milling Unit.<br />Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). RMU rata-rata mempunyai kapasitas giling kecil yaitu antara 0.2 hingga 1.0 ton/jam, walau mungkin sudah ada yang lebih besar lagi. Mesin ini bila dilihat fisiknya menyerupai mesin tunggal dengan fungsi banyak, namun sesungguhnya memang terdiri dari beberapa mesin yang disatukan dalam rancangan yang kompak dan bekerja secara harmoni dengan tenaga penggerak tunggal. Di dalam RMU sesungguhnya terdapat bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi memisahkan BPK dan gabah dari sekam lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan gabah yang belum terkupas untuk dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang berfungsi melakukan pemutuan berdasarkan jenis fisik beras (beras utuh, beras kepala, beras patah, dan beras menir). Kesemua fungsi tersebut dikemas dalam satu mesin yang kompak dan padat, sehingga praktis dan mudah digunakan. Salah satu bentuk RMU.<br /><br />Rice milling unit merupakan suatu mesin yang berpungsi untuk mngupas kulit luar padi dan memutihkan padi supaya mutu serta kualitas padi tetap terjaga. Rice milling unit memilliki berbagai kelabihan dibandingkan dengan pengupasan padi tradisional diantanya adalah sebagai berikut:<br />1. beras yang dihasilkan lebih bersih dan mengkilap sehingga meningkatkan harga jual<br />2. proses produksi lebih cepat mudah dan menyenangkan<br />3. mengurangi kebutuhan tenaga kerja<br />4. hasil produksi lebih banyak dengan waku yang singakat<br />5. minimalnya beras pacah (broken) sehingga dapat mempertahankan mutu<br /><br />a. Jenis-jenis Rice Milling<br />Ada beberapa jenis pengiling padi diantaranya adalah:<br /> Bur mill<br /> Hamer mill<br /> Role mill<br /><br />C. Analisis Pendapatan Bersih Usaha RMU<br />Komponen biaya total terdiri dari biaya-biaya variabel (biaya tidak tetap) dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas, dengan kata lain biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, akan tetapi biaya variabel per unit sifatnya konstan. Sedangkan biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas (Garrison dan Norren, 2001).<br />Keuntungan = Penerimaan Total – Biaya Total<br />D. Analisis Finansial RMU<br />Analisis finansial yaitu menghitung tingkat imbalan yang diterima dari modal yang sudah diinvestasikan pada usaha RMU. Kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Present Value (NPV), Net B/C, dan IRR.. (Pujosumarto, 1998 ; Gitinger, 1986)<br />Net Present Value (NPV) :<br /><br />Keterangan :<br />B = Manfaat penerimaan tiap tahun<br />C = Manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun<br />t = Tahun kegiatan usaha (t = 1,2,...n)<br />i = Tingkat discount yang berlaku<br /><br />Kriteria NPV yaitu :<br />NPV > 0, berarti usaha RMU yang telah dilaksanakan menguntungkan;<br />NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan;<br />NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.<br />Internal Rate of Returns (IRR) yaitu :<br /> = 0<br /><br />Keterangan :<br />Bt = Manfaat penerimaan tiap tahun<br />Ct = Manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun<br />t = Tahun kegiatan usaha (t = 1,2,...n)<br />i = Tingkat bunga yang berlaku<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB III. PEMBAHSAN<br /><br />A. Prosedur<br />Adapaun prosedur praktek Rice Milling Unit adalah sebagai berikut.<br />1. Persipan Bahan dan Alat<br />adapun bahan dan peralatan yang dibuthkan adalah sebagai berikut:<br />a. Gabah kering<br />Gabah kering yang disiapkan adalah sekitar 4.5 kg dan diusahakan kering, supaya tidak hancur ketika proses penggilingan untuk itu perlu di keringkan sampai kadar air 14 % agar baik tidak hancur dan standar untuk dikonsumsi.<br /><br />b. Timbangan<br />Timbangan merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengetahui bobot dari setiap bagian gabah yang akan di giling, karena gabah yang digiling sedikit jadi menggunakan RMU yang kecil supaya lebih efektif dan efisien.<br /><br />c. Wadah<br />Dalam proses penimbangan, dan penggilingan kita memerlukan wadah yang cukup supaya tidak bluberan kemana-mana, leh karena itu tempat penampungan (wadah) sangan penting disediakan supaya praktek berjalannya dengan lancer. Adapun wadah yang dipergunakan adalah ember, baskom dan serokan.<br /><br />2. Penimbangan pertama<br />Setelah gabah siap proses selanjutnya adalah penimbangan, penimbangan dilakukan tiga kali karena dibagi menjadi tiga wadah yang masing-masing wadah berisikan 3 kg gabah agar sesuai dengan kafasitas RMU yang ada. Proses penimbangan dilakukan sebganyak dua kali perkelompok (wadah) yang pertama sebelum pengilingan dan yang kedua setelah penggilingan.<br /><br />3. Penggilingan<br />Pengilingan padi dilakukan dengan menggunakan model RMU kecil yang digerakan dengan tengga listrik. Sehingga tidak bising akan tetapi beras yang dihasilkan kurang putih karena tidak dilengkapi dengan pemutih. Beras yang digiling masing-masing tiga kg, setiap kali memasukan dengan penyetelah rubber roll yang berfariasi.<br /><br />4. Penimbangan kedua<br />Setelah dilakukan penggilingan kemudian hasil pengilingan ditimbang dan dipisahkan menjadi tiga kali penimbangan yaitu:<br />a. Beras kepala<br />b. Beras patah<br />c. Sekam<br />Untuk penimbangan beras kepala dan beras patah menggunkan alat timbang kecil karena hasil gilingan gabah hanya menghasilkan beras yang seditik akan tetapi untuk sekam digunkan timbangan yang besar agar seseui dengan kafasitanya.<br /><br />B. Hasil<br />Adapun hasil praktek pengilingan padi yang dilakukan dilab alsin 4 sepetember 2009 adalah sebagai berikut:<br />1. Penimangan pertama<br />a. Beras pecah<br />Penimbangan pertama dengan gabah kotor 3,5 kg, berat bersih 65,5 gr.<br />Beratnampan 85 gr – berat kotor 378 = berat bersih 293 gr<br />b. Sekam<br />Berat nampan 85 gr – berat kotor 1050 gr = berat bersih 965 gr.<br />c. Beras kepala<br />Berat awal – berat total giling = 1500 – 1323,5 = 176,5<br />Kehilangan persentase pecah kulit = 0,88 %<br /><br />2. Penimbangan kedua<br />a. Beras pecah<br />Berat kertas 3,5 gr – beras pecah 85 gr = 81,5 gr<br /><br />b. Sekam<br />Berat nampan 85 gr – berat sekam = 417 gr<br /><br />c. Beras kepala<br />Berat bersih beras kepala = 332 gr<br /><br />3. Penimbangan ketiga<br />a. Beras pecah<br />Beras gabah 63 gr – berat kertas 3,5 = 59,6 gr<br /><br />b. Berat sekam<br />Berat sekam 286 – berat sekam 216,6 = 502,6 – berat nampan 85 gr = 417,6 gr<br /><br />c. Beras kepala<br />Beras utuh 580 – 503 = 1083 – 85 = 998 gr<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV. KESIMPULAN<br /><br />Dari peraktek hari rabu tanggal 01 juli 2009 saya dapat menyimpulkan bahwa; Rice Milling Unit (RMU) adalah suat alat yang sangat diperlukan untuk mempertahankan kualitas dan sangat efektif serta efisien karena dapat meningkatkan harga jual beras petani. Pemecahan padi secara manual dengan cara ditumbuk menyebabkan harga jual beras petani menjadi sangat murah dibawah standar. Sehingga penulis yakin bahwa RMU dapat membawa kehidupan petani kearah yang lebih baik.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-55111285795718819432009-09-28T20:23:00.001-07:002009-09-28T20:30:26.737-07:00PENGOLAHAN TANAH<div style="text-align: center;">BAB I. PENDAHULUAN<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br /><br /><br />A. Latar Belakang<br />Tercatat dalam sejarah bahwa sejak beribu-ribu tahun yang lalu pengolahan tanah telah dilakukan oleh sekelompok manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Tenaga hewan digunakan untuk membajak tanah sejak 7000 tahun yang lalu. Pada penemuan arkeologi dan tulisan-tulisan kuno diketahui bahwa ada pendapat dimana membajak tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah.<br />Dalam tulisan-tulisan ilmiah abad ke-19, bahasan mengenai pengolahan tanah agaknya bertitik tolak dari pandangan ini. Timbul banyak pertanyaan dengan cara bagaimana kesuburan tanah dapat ditingkatkan. Paling tidak dalam setengah abad pertama dari abad ke-20, terdapat dua pendekatan utama dalam penelitian-penelitian mengenai pengolahan tanah. Kelompok ilmuwan pertama mulai dengan mempertanyakan tentang kondisi tanah yang bagaimana yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sementara kelompok kedua mempermasalahkan tentang cara terbaik untuk mengolah tanah. Kelompok pertama memperoleh jawaban antara lain bahwa pengolahan tanah dapat memperbaiki ketersediaan (availability) air dan udara di dalam tanah ; sementara kelompok kedua menemukan jawaban bahwa dengan pembajakan yang dalam dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembajakan yang dangkal. Kedua pendapat ini masing-masing mempunyai kelemahan. Pada pertengahan abad ke-20 berbagai upaya dicoba untuk menggabungkan kedua pendekatan sebab dan akibat.<br />Telah diketahui bahwa pengolahan tanah dapat merubah dan atau memperbaiki struktur tanah serta memberantas gulma. Perbaikan struktur tanah dengan pengolahan tanah diduga dapat berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman, meskipun pendapat tersebut sulit dibuktikan karena hanya melihat aspek fisik tanahnya saja. Yang pasti bahwa memberantas gulma akan memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman.<br />Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa penelitian-penelitian mengenai pengolahan tanah terbagi dalam dua aliran, yaitu aliran yang memberikan penekanan pada pengendalian gulma dan aliran yang memberikan penekanan pada perbaikan struktur tanah. Terlepas dari ada tidaknya pengaruh pengolahan tanah pada produksi tanaman, pengolahan tanah sampai kini tetap saja dilakukan petani paling tidak untuk mempermudah pekerjaan berikutnya.<br /><br />B. Tujuan<br />Adapun tujuan praktek pengolahan tanah adaah agar supaya mahasiswa tahu bahwa pengolahan tanah dapat:<br />1. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai menjadi gembur sehingga mempercepat infiltrasi a-h, berkemampuan baik menahan curah hujan memperbaiki aerasi dan memudahkan perkembangan akar.<br />2. Peningkatan kecepatan infiltrasi akan menurunkan run off dan mengurangi bahaya erosi.<br />3. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu.<br />4. Membenamkan tumbuhan-tumbuhan atau sampah-sampah yang ada diatas tanah kedalam tanah, sehingga menambah kesuburan tanah.<br />5. Membunuh serangga, larva, atau telur-telur serangga melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center;">BAB II. LANDASAN TEORI<br /><br /><br /></div><br />A. Pengolahan Tanah<br />Pemecahan tanah melibatkan fenomena fisika-mekanika sebagai berikut, yaitu : pada satu elemen dan pada suatu skala mikro, pembebanan akan menyebabkan tekanan pada tanah dan dalam keadaan tertentu tegangan yang timbul tidak tersebar secara merata tetapi terkonsentrasi pada beberapa lokasi pada kumpulan elemen tersebut. Tekanan ini akan menyebabkan pecahnya ikatan antara partikel-partikel tanah pada lokasi-lokasitersebut.<br /><br />Pada umumnya konsentrasi dari tekanan tinggi akan diikuti dengan konsentrasi tegangan basar yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya peruntuhan (failure). Pemecahan elemen terjadi akibat penetrasi kerucut (cone) kedalam blok tanah yang berkelanjutan sampai terjadi pemecahan clod oleh beban vertikal tersebut. Untuk keperluan tertentu pemadatan diperlukan untuk memperkuat bagian tanah yang lemah. Deformasi yang terjadi apakah stabil atau tidak akan sangat tergantung pada bentuk tegangan (stress state) dan karakteristik dari tanah. Karakteristik dari tanah mempunyai dua arti dalam kaitannya dengan stabilitas, karena bentuk tegangan dalam suatu proses pengolahan tanah juga dipengaruhi oleh sifat tanah : pada tanah yang sangat plastis, deformasi yang berlebihan kadang-kadang menghambat adanya bentuk tegangan sebagaimana disebut favor unstable phenomena.<br /><br />B. Alat Pengolah Tanah<br />Sebagaimana diuraikan di atas bahwa pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Pengolahan tanah merupakan proses terberat dari keseluruhan proses budidaya. Konsumsi energy sekitar 1/3 dari total kebutuhan energy<br />1. Macam-Macam Pengolahan Tanah<br />a. Pengolahan Tanah Primer<br />Kegiatan pengolahan tanah pertama (awal) dengan kedalaman lebih dari 15 cm s.d 90 cm<br />1) Tujuan <br />Adapun tujuan pengolahan tanah skunder adalah untuk:<br />a) Memberantas gulma<br />b) Memperbaiki struktur tanah agar lebih baik untuk pertumbuhan tanaman<br />c) Menempatkan seresah agar terdekomposisi dengan baik<br />d) Menurunkan laju erosi dengan cara pengolahan yang sesuai<br />e) Meratakan tanah<br />f) Mencampur pupuk dengan tanah<br />g) Mempersiapkan tanah untuk pemberian air irigasi<br /><br />2) Alat Pengolahan Tanah Primer<br />a) Bajak Singkal (Moldboard Flow)<br />Bajak singkal berfungsi untuk memotong, membalik, memecah tanah sekaligus menutup gulma dan menjadikannya kompos di bawah tanah<br /> Bagian-bagian Bajak :<br /> - Share<br /> - Singkal (brest, moldboard)<br /> - Landside<br /> - Coulter<br /> - Beam<br /> - Frog<br /> - Shin<br /> Macam-macam Bajak Singkal :<br /> - Stuble bottoms :<br /> - General purpose bottoms<br /> - Slotted-moldboard bottoms<br /> - Scotch plow bottoms<br /> - Plow bottoms for sod and clay<br /><br />b) Bajak Piring (disk plow)<br />Piringan dari bajak ini diikat pada batang penarik melalui bantalan (bearing), sehingga pada saat beroperasi ditarik oleh traktor maka piringannya dapat berputar. Dengan berputaraya piringan, maka diharapkan dapat mengurangi gesekan dan tahanan tanah (draft) yang terjadi. Piringan bajak dapat berada disamping rangka atau berada di bawah rangka.<br />Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan, juga membantu dalam pembalikan potongan tanah.<br />Untuk menahan tekanan samping yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur belakang (rear furrow wheel).<br /> Beberapa keuntungan menggunakan bajak ini adalah :<br /> Dapat bekerja ditanah keras dan kering<br /> Dapat untuk tanah-tanah yang lengket<br /> Dapat untuk tanah-tanah yang berbatu<br /> Dapat untuk tanah-tanah berakar<br /> Dapat untuk tanah-tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam.<br /><br /><br /><br /><br />Gambar 2. Bagian-bagian Bajak Piring<br /><br />c) Bajak Rotary (rotary plow)<br />Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi.<br />Ada tiga jenis bajak rotari yang biasa dipergunakam. Jenis pertama yang disebut dengan tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine). Pada jenis ini terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan gerak majunya ditarik oleh traktor.<br />Jenis kedua adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow). Alat ini digandengkan dengan traktor melalui tiga titik gandeng (three point hitch). Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor.<br />Jenis ketiga adalah bajak rotari tipe kebun berpenggerak sendiri (self propelled garden type rotary plow). Alat ini terdapat pada traktor-traktor roda 2. Bajak rotari digerakkan oleh daya penggerak traktor melalui rantai atau sabuk. Dapat juga langsung dipasang pada as roda, sehingga disamping mengolah tanah bajak ini juga berfungsi sebagai penggerak.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3. Bajak Rotary<br /><br />d) Bajak Chisel<br />Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka. Digunakann untuk memecah tanah yang keras sampai kedalaman sekitar 18 inci. Diperlengkapi dengan 2 buah roda yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman pemecah tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2 inci. Alat ini, tidak membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya memecah tanah dan sering digunakan sebelum pembajakan tanah dimulai<br /><br /><br /><br /><br />Gambar 7. Bajak Chisel<br />e) Bajak Subsoil<br /> Alat ini hampir sama dengan bajak chisel hanya bentuknya lebih besar dan digunakan untuk pengolahan tanah yang lebih dalam. Menggunakan alat ini dapat memecahkan tanah pada kedalaman 20 sampai 36 inci. Alat ini sering juga digunakan untuk memecahkan lapisan keras didalam tanah (hardpan), atau untuk memperbaiki drainase tanah.<br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br />Gambar 8. Bajak Subsoil<br />f) Bajak Raksasa<br />Alat ini sesuai dengan namanya, berbentuk sangat besar dan digunakan untuk membalik tanah pada kedalaman 100 sampai 180 cm. Dengan menggunakan alat ini tanah subur yang ada di dalam tanah dap at diangkat keatas permukaan tanah. Dapat berbentuk bajak singkal atau bajak piringan.<br /><br />b. Penglahan Tanah Skunder<br />Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang-kadang diberilcan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat guludaa atau alur untuk pertanaman.<br />Alat pengolah tanah kedua yang menggunakau daya traktor antara lain: 1) garu (harrow), 2) perata dan penggembur (land roller dan pulverizer), dan 3) alat-alat lainnya<br />1) Alat Pengolahan Tanah Skunder<br />Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah kedua adalah<br />a. Garu Piring.<br />Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk memotong rumput-rumput pada permukaan tanah, untuk rnenghancurkan permukaan tanah sehingga keratan tanah ( furrow slice) lebih berhubungan dengan tanah dasar. Juga dapat digunakan untuk penyiangan, atau untuk menutup biji-bijian yang ditanam secara sebar.<br />Secara umum garu piring dibagi atas : 1) garu piring tipe tarik (trailing disk harrow), dan 2) garu piring tipe angiat (mounted disk harrow).<br />Garu piring dapat mempunyai aksi tunggal (single action) apabila pada saat memotong tanah hanya melempar tanah ke satu arah saja. Juga dapat mempunyai aksi ganda (double action ) apabila piringan yang di depan berlawanan arah dengan yang di belakang dalam melempar tanah. Gambar 30 menunjukkan garu piring aksi tunggal, sedangkan Gambar 31. memperlihatkan garu piring aksi ganda.<br /><br /> <br /> Gambar 9. Garu Piring Aksi Tunggal<br />Apabila posisi garu piring dalam penggan dengannya dengan traktor menyamping, maka garu tersebut disebut garu offset.<br />Bagian-bagian dari garu piring adalah : piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan (bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper).<br />Piringan dap at bersisi rata atau bergerigl Piringan yang bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm. Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh gelondong (spool).<br /><br /><br />.<br /><br />Gambar 10. Garu Piring Aksi Ganda<br />b. Garu Paku<br />Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku terdiri dari beberapa baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada tanainan yang baru tumbuh. Bentuk dari garu paku dapat dilihat pada.<br /><br /><br />Gambar11. Salah Satu Bentuk dari Garu Paku<br />c. Garu Pegas<br />Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai banyak batu atau akar-akar, karena gigi-giginya yang dapat indenting (memegas) apabila mengenai gangguan.<br />Kegunaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan untuk penyiangan garu ini lebih baik, karena dapat masuk ke dalam tanah lebih dalam.<br /><br />Gambar 12. Salah Satu Bentuk dari Garu Pegas<br />d. Garu Rotari<br />Garu rotari ada dua macam, yaitu : garu rotari cangkul (rotary hoe harrow) dan garu rotari silang (rotary cross harrow).<br />Garu rotari cangkul merupakan susunan roda yang dikelilingi oleh gigi-gigi berbentuk pisau yang dipasangkan pada as dengan jarak tertentu dan berputar vertikal. Putaran roda garu ini disebabkan oleh tarikan traktor.<br /><br /><br /><br />Gambar 13. Garu Rotari Cangkul Rotary Hoe Harrow) & (Garu Rotari Silang (Rotary Cross Harrow)<br />Garu rotari silang terdiri dari gigi-gigi yang tegak lurus terhadap permukaan tanah dan dipasang pada rotor. Rotor diputar horisontal, yang gerakannya diambil dari putaran PTO. Dengan menggunakan garu ini, penghancuran tanah terjadi sangat intensif..<br />e. Garu Khusus<br />Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weeder-mulche dan soil surgeon. Weeder-mulche adalah alat yang digunakan untuk penyiangan, pembuatan mulsa dan pemecahan tanah di bagian permukaan. soil surgeon adalah alat yang merupakan susunan pisau berbentuk U dipasang pada suatu rangka dari pelat. Alat ini digunakan untuk memecah bongkah-bongkah tanah di permukaan dan untuk meratakan tanah.<br /><br /><br /><br /><br />Gambar 14. Pulverizer<br /><div style="text-align: center;"><br /><br /><span style="font-weight: bold;">BAB III. PEMBAHASAN</span><br /><br /><br /></div><br />A. Prosedur<br />Sebelum melakukan praktek pengolahan tanah ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan diantaranya adalah sebgai berikut:<br />1. Persiapan bahan dan alat<br />pada proses pengolahan tanah ada beberapa bahan dan alat penting yang harus disiapkan diantaranya adalah sebagai berikut:<br />a. Persiapan traktor<br />b. Persiapan implement<br />c. Meteran<br />d. Stop watch<br />e. Patok<br /><br />2. Pelaksanaan<br />Dalam pelaksanaan pengolahan tanah ada beberapa tahapan yang harus di lakaukan diantaranya adalah sebgai berikut:<br />a. Setelah taktor berada di lahan. Nyalakan kontak mesin<br />b. Setelah hidup injak kopling dan pindah gigi kanan 2 dan gigi kiri 1<br />c. Lepaskan kopling secara perlahan dan jalankan dengan melihat kedepan<br />d. Turunkan implement dan jalankan traktor dengan kemudi<br />e. Usahakan agar mengemudi dengan mengunakan tangan satu (tangan kiri)<br />f. Naikan implement apabila traktor terasa berat<br />g. Jangan lupa untuk melihat ke belakang untuk melhat hasil pengolahan tapi tetap focus pada bagian depan yang akan di olah<br />h. Setelah taktro samapai bada bagian ujung lahan angkat implement dan belokan traktor dengan menginjak rem dan membanting kemudi kekiri secara bersamaan lalu injak kopling<br />i. Setelah membelok lepaskan kopling secara perlahan dan turunkan implement lanjutkan pengolahan dan naik turunakan implement sampai pengolahan selesai<br />j. Setelah pengolahan selesai naikan implement injak koplingtunkan gigi dan matikan mesin.<br /><br />B. Hasil<br />Dari hasil praktek pengolahan datanah pada hari juma’at pukul 13.00 kami dapatkan banyak sekali ilmu baik itu hard skill ataupun soft skill akan tetapi semuanya tidak kan tetpenuhi tanpa adanya bimbingan dari dosen pembimbing dan juga teknisi diantaranya adalah mahasiswa menjadi:<br />1. Megetahui cara mengemudikan traktor<br />2. Mengetahui perhitungan pengolahan tanah<br />3. Megetahui teknik pegolahan tanah<br />4. Bisa memperaktakan penglahan tanah<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">BAB IV. SIMPULAN<br /></div><div style="text-align: justify;"><br />Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa:<br />1. Pengolahan tanah dapat mengembalikan keadan tanah menjadi subur kembali<br />2. Pengolahan tanah yang baik akan menghasilkan hasil panen yang baik pula<br />3. Pengolahan tanah yang kurang baik akan terlihat ketika proses penanaman dan hasil dari penanaman itu sendiri<br />4. Untuk mendaptkan hasil panen yang baik pengolahan tanah perlu dilakukan<br /><br /><br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-48493108250554020622009-09-28T20:23:00.000-07:002009-12-15T05:47:07.360-08:00TRAKTOR<div style="text-align: center;"><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB I. PENDAHULUAN<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br /><br /><br />ALatar Belakang<br />Tercatat dalam sejarah bahwa sejak beribu-ribu tahun yang lalu pengolahan tanah telah dilakukan oleh sekelompok manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Tenaga hewan digunakan untuk membajak tanah sejak 7000 tahun yang lalu. Pada penemuan arkeologi dan tulisan-tulisan kuno diketahui bahwa ada pendapat dimana membajak tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah.<br />Dalam tulisan-tulisan ilmiah abad ke-19, bahasan mengenai pengolahan tanah agaknya bertitik tolak dari pandangan ini. Timbul banyak pertanyaan dengan cara bagaimana kesuburan tanah dapat ditingkatkan. Paling tidak dalam setengah abad pertama dari abad ke-20, terdapat dua pendekatan utama dalam penelitian-penelitian mengenai pengolahan tanah. Kelompok ilmuwan pertama mulai dengan mempertanyakan tentang kondisi tanah yang bagaimana yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sementara kelompok kedua mempermasalahkan tentang cara terbaik untuk mengolah tanah. Kelompok pertama memperoleh jawaban antara lain bahwa pengolahan tanah dapat memperbaiki ketersediaan (availability) air dan udara di dalam tanah ; sementara kelompok kedua menemukan jawaban bahwa dengan pembajakan yang dalam dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembajakan yang dangkal. Kedua pendapat ini masing-masing mempunyai kelemahan. Pada pertengahan abad ke-20 berbagai upaya dicoba untuk menggabungkan kedua pendekatan sebab dan akibat.<br />Telah diketahui bahwa pengolahan tanah dapat merubah dan atau memperbaiki struktur tanah serta memberantas gulma. Perbaikan struktur tanah dengan pengolahan tanah diduga dapat berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman, meskipun pendapat tersebut sulit dibuktikan karena hanya melihat aspek fisik tanahnya saja. Yang pasti bahwa memberantas gulma akan memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman.<br />Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa penelitian-penelitian mengenai pengolahan tanah terbagi dalam dua aliran, yaitu aliran yang memberikan penekanan pada pengendalian gulma dan aliran yang memberikan penekanan pada perbaikan struktur tanah. Terlepas dari ada tidaknya pengaruh pengolahan tanah pada produksi tanaman, pengolahan tanah sampai kini tetap saja dilakukan petani paling tidak untuk mempermudah pekerjaan berikutnya.<br /><br />B. Tujuan<br />Adapun tujuan praktek pengolahan tanah adaah agar supaya mahasiswa tahu bahwa pengolahan tanah dapat:<br />1. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai menjadi gembur sehingga mempercepat infiltrasi a-h, berkemampuan baik menahan curah hujan memperbaiki aerasi dan memudahkan perkembangan akar.<br />2. Peningkatan kecepatan infiltrasi akan menurunkan run off dan mengurangi bahaya erosi.<br />3. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu.<br />4. Membenamkan tumbuhan-tumbuhan atau sampah-sampah yang ada diatas tanah kedalam tanah, sehingga menambah kesuburan tanah.<br />5. Membunuh serangga, larva, atau telur-telur serangga melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari.<br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II. LANDASAN TEORI<br /><br /><br /><br />A. Pengolahan Tanah<br />Pemecahan tanah melibatkan fenomena fisika-mekanika sebagai berikut, yaitu : pada satu elemen dan pada suatu skala mikro, pembebanan akan menyebabkan tekanan pada tanah dan dalam keadaan tertentu tegangan yang timbul tidak tersebar secara merata tetapi terkonsentrasi pada beberapa lokasi pada kumpulan elemen tersebut. Tekanan ini akan menyebabkan pecahnya ikatan antara partikel-partikel tanah pada lokasi-lokasitersebut.<br /><br />Pada umumnya konsentrasi dari tekanan tinggi akan diikuti dengan konsentrasi tegangan basar yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya peruntuhan (failure). Pemecahan elemen terjadi akibat penetrasi kerucut (cone) kedalam blok tanah yang berkelanjutan sampai terjadi pemecahan clod oleh beban vertikal tersebut. Untuk keperluan tertentu pemadatan diperlukan untuk memperkuat bagian tanah yang lemah. Deformasi yang terjadi apakah stabil atau tidak akan sangat tergantung pada bentuk tegangan (stress state) dan karakteristik dari tanah. Karakteristik dari tanah mempunyai dua arti dalam kaitannya dengan stabilitas, karena bentuk tegangan dalam suatu proses pengolahan tanah juga dipengaruhi oleh sifat tanah : pada tanah yang sangat plastis, deformasi yang berlebihan kadang-kadang menghambat adanya bentuk tegangan sebagaimana disebut favor unstable phenomena.<br /><br />B. Alat Pengolah Tanah<br />Sebagaimana diuraikan di atas bahwa pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Pengolahan tanah merupakan proses terberat dari keseluruhan proses budidaya. Konsumsi energy sekitar 1/3 dari total kebutuhan energy<br />1. Macam-Macam Pengolahan Tanah<br />a. Pengolahan Tanah Primer<br />Kegiatan pengolahan tanah pertama (awal) dengan kedalaman lebih dari 15 cm s.d 90 cm<br />1) Tujuan<br />Adapun tujuan pengolahan tanah skunder adalah untuk:<br />a) Memberantas gulma<br />b) Memperbaiki struktur tanah agar lebih baik untuk pertumbuhan tanaman<br />c) Menempatkan seresah agar terdekomposisi dengan baik<br />d) Menurunkan laju erosi dengan cara pengolahan yang sesuai<br />e) Meratakan tanah<br />f) Mencampur pupuk dengan tanah<br />g) Mempersiapkan tanah untuk pemberian air irigasi<br /><br />2) Alat Pengolahan Tanah Primer<br />a) Bajak Singkal (Moldboard Flow)<br />Bajak singkal berfungsi untuk memotong, membalik, memecah tanah sekaligus menutup gulma dan menjadikannya kompos di bawah tanah<br /> Bagian-bagian Bajak :<br />- Share<br />- Singkal (brest, moldboard)<br />- Landside<br />- Coulter<br />- Beam<br />- Frog<br />- Shin<br /> Macam-macam Bajak Singkal :<br />- Stuble bottoms :<br />- General purpose bottoms<br />- Slotted-moldboard bottoms<br />- Scotch plow bottoms<br />- Plow bottoms for sod and clay<br /><br />b) Bajak Piring (disk plow)<br />Piringan dari bajak ini diikat pada batang penarik melalui bantalan (bearing), sehingga pada saat beroperasi ditarik oleh traktor maka piringannya dapat berputar. Dengan berputaraya piringan, maka diharapkan dapat mengurangi gesekan dan tahanan tanah (draft) yang terjadi. Piringan bajak dapat berada disamping rangka atau berada di bawah rangka.<br />Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan, juga membantu dalam pembalikan potongan tanah.<br />Untuk menahan tekanan samping yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur belakang (rear furrow wheel).<br /> Beberapa keuntungan menggunakan bajak ini adalah :<br /> Dapat bekerja ditanah keras dan kering<br /> Dapat untuk tanah-tanah yang lengket<br /> Dapat untuk tanah-tanah yang berbatu<br /> Dapat untuk tanah-tanah berakar<br /> Dapat untuk tanah-tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam.<br /><br /><br /><br /><br />Gambar 2. Bagian-bagian Bajak Piring<br /><br />c) Bajak Rotary (rotary plow)<br />Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi.<br />Ada tiga jenis bajak rotari yang biasa dipergunakam. Jenis pertama yang disebut dengan tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine). Pada jenis ini terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan gerak majunya ditarik oleh traktor.<br />Jenis kedua adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow). Alat ini digandengkan dengan traktor melalui tiga titik gandeng (three point hitch). Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor.<br />Jenis ketiga adalah bajak rotari tipe kebun berpenggerak sendiri (self propelled garden type rotary plow). Alat ini terdapat pada traktor-traktor roda 2. Bajak rotari digerakkan oleh daya penggerak traktor melalui rantai atau sabuk. Dapat juga langsung dipasang pada as roda, sehingga disamping mengolah tanah bajak ini juga berfungsi sebagai penggerak.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3. Bajak Rotary<br /><br />d) Bajak Chisel<br />Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka. Digunakann untuk memecah tanah yang keras sampai kedalaman sekitar 18 inci. Diperlengkapi dengan 2 buah roda yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman pemecah tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2 inci. Alat ini, tidak membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya memecah tanah dan sering digunakan sebelum pembajakan tanah dimulai<br /><br /><br /><br /><br />Gambar 7. Bajak Chisel<br />e) Bajak Subsoil<br />Alat ini hampir sama dengan bajak chisel hanya bentuknya lebih besar dan digunakan untuk pengolahan tanah yang lebih dalam. Menggunakan alat ini dapat memecahkan tanah pada kedalaman 20 sampai 36 inci. Alat ini sering juga digunakan untuk memecahkan lapisan keras didalam tanah (hardpan), atau untuk memperbaiki drainase tanah.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 8. Bajak Subsoil<br />f) Bajak Raksasa<br />Alat ini sesuai dengan namanya, berbentuk sangat besar dan digunakan untuk membalik tanah pada kedalaman 100 sampai 180 cm. Dengan menggunakan alat ini tanah subur yang ada di dalam tanah dap at diangkat keatas permukaan tanah. Dapat berbentuk bajak singkal atau bajak piringan.<br /><br />b. Penglahan Tanah Skunder<br />Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang-kadang diberilcan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat guludaa atau alur untuk pertanaman.<br />Alat pengolah tanah kedua yang menggunakau daya traktor antara lain: 1) garu (harrow), 2) perata dan penggembur (land roller dan pulverizer), dan 3) alat-alat lainnya<br />1) Alat Pengolahan Tanah Skunder<br />Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah kedua adalah<br />a. Garu Piring.<br />Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk memotong rumput-rumput pada permukaan tanah, untuk rnenghancurkan permukaan tanah sehingga keratan tanah ( furrow slice) lebih berhubungan dengan tanah dasar. Juga dapat digunakan untuk penyiangan, atau untuk menutup biji-bijian yang ditanam secara sebar.<br />Secara umum garu piring dibagi atas : 1) garu piring tipe tarik (trailing disk harrow), dan 2) garu piring tipe angiat (mounted disk harrow).<br />Garu piring dapat mempunyai aksi tunggal (single action) apabila pada saat memotong tanah hanya melempar tanah ke satu arah saja. Juga dapat mempunyai aksi ganda (double action ) apabila piringan yang di depan berlawanan arah dengan yang di belakang dalam melempar tanah. Gambar 30 menunjukkan garu piring aksi tunggal, sedangkan Gambar 31. memperlihatkan garu piring aksi ganda.<br /><br /><br />Gambar 9. Garu Piring Aksi Tunggal<br />Apabila posisi garu piring dalam penggan dengannya dengan traktor menyamping, maka garu tersebut disebut garu offset.<br />Bagian-bagian dari garu piring adalah : piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan (bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper).<br />Piringan dap at bersisi rata atau bergerigl Piringan yang bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm. Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh gelondong (spool).<br /><br /><br />.<br /><br />Gambar 10. Garu Piring Aksi Ganda<br />b. Garu Paku<br />Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku terdiri dari beberapa baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada tanainan yang baru tumbuh. Bentuk dari garu paku dapat dilihat pada.<br /><br /><br />Gambar11. Salah Satu Bentuk dari Garu Paku<br />c. Garu Pegas<br />Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai banyak batu atau akar-akar, karena gigi-giginya yang dapat indenting (memegas) apabila mengenai gangguan.<br />Kegunaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan untuk penyiangan garu ini lebih baik, karena dapat masuk ke dalam tanah lebih dalam.<br /><br />Gambar 12. Salah Satu Bentuk dari Garu Pegas<br />d. Garu Rotari<br />Garu rotari ada dua macam, yaitu : garu rotari cangkul (rotary hoe harrow) dan garu rotari silang (rotary cross harrow).<br />Garu rotari cangkul merupakan susunan roda yang dikelilingi oleh gigi-gigi berbentuk pisau yang dipasangkan pada as dengan jarak tertentu dan berputar vertikal. Putaran roda garu ini disebabkan oleh tarikan traktor.<br /><br /><br /><br />Gambar 13. Garu Rotari Cangkul Rotary Hoe Harrow) & (Garu Rotari Silang (Rotary Cross Harrow)<br />Garu rotari silang terdiri dari gigi-gigi yang tegak lurus terhadap permukaan tanah dan dipasang pada rotor. Rotor diputar horisontal, yang gerakannya diambil dari putaran PTO. Dengan menggunakan garu ini, penghancuran tanah terjadi sangat intensif..<br />e. Garu Khusus<br />Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weeder-mulche dan soil surgeon. Weeder-mulche adalah alat yang digunakan untuk penyiangan, pembuatan mulsa dan pemecahan tanah di bagian permukaan. soil surgeon adalah alat yang merupakan susunan pisau berbentuk U dipasang pada suatu rangka dari pelat. Alat ini digunakan untuk memecah bongkah-bongkah tanah di permukaan dan untuk meratakan tanah.<br /><br /><br /><br /><br />Gambar 14. Pulverizer<br /><br /><br />BAB III. PEMBAHASAN<br /><br /><br /><br />A. Prosedur<br />Sebelum melakukan praktek pengolahan tanah ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan diantaranya adalah sebgai berikut:<br />1. Persiapan bahan dan alat<br />pada proses pengolahan tanah ada beberapa bahan dan alat penting yang harus disiapkan diantaranya adalah sebagai berikut:<br />a. Persiapan traktor<br />b. Persiapan implement<br />c. Meteran<br />d. Stop watch<br />e. Patok<br /><br />2. Pelaksanaan<br />Dalam pelaksanaan pengolahan tanah ada beberapa tahapan yang harus di lakaukan diantaranya adalah sebgai berikut:<br />a. Setelah taktor berada di lahan. Nyalakan kontak mesin<br />b. Setelah hidup injak kopling dan pindah gigi kanan 2 dan gigi kiri 1<br />c. Lepaskan kopling secara perlahan dan jalankan dengan melihat kedepan<br />d. Turunkan implement dan jalankan traktor dengan kemudi<br />e. Usahakan agar mengemudi dengan mengunakan tangan satu (tangan kiri)<br />f. Naikan implement apabila traktor terasa berat<br />g. Jangan lupa untuk melihat ke belakang untuk melhat hasil pengolahan tapi tetap focus pada bagian depan yang akan di olah<br />h. Setelah taktro samapai bada bagian ujung lahan angkat implement dan belokan traktor dengan menginjak rem dan membanting kemudi kekiri secara bersamaan lalu injak kopling<br />i. Setelah membelok lepaskan kopling secara perlahan dan turunkan implement lanjutkan pengolahan dan naik turunakan implement sampai pengolahan selesai<br />j. Setelah pengolahan selesai naikan implement injak koplingtunkan gigi dan matikan mesin.<br /><br />B. Hasil<br />Dari hasil praktek pengolahan datanah pada hari juma’at pukul 13.00 kami dapatkan banyak sekali ilmu baik itu hard skill ataupun soft skill akan tetapi semuanya tidak kan tetpenuhi tanpa adanya bimbingan dari dosen pembimbing dan juga teknisi diantaranya adalah mahasiswa menjadi:<br />1. Megetahui cara mengemudikan traktor<br />2. Mengetahui perhitungan pengolahan tanah<br />3. Megetahui teknik pegolahan tanah<br />4. Bisa memperaktakan penglahan tanah<br /><br /><br /><br />BAB IV. SIMPULAN<br /><br />Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa:<br />1. Pengolahan tanah dapat mengembalikan keadan tanah menjadi subur kembali<br />2. Pengolahan tanah yang baik akan menghasilkan hasil panen yang baik pula<br />3. Pengolahan tanah yang kurang baik akan terlihat ketika proses penanaman dan hasil dari penanaman itu sendiri<br />4. Untuk mendaptkan hasil panen yang baik pengolahan tanah perlu dilakukan<br /><br /><br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-71682599926164594292009-09-28T20:20:00.000-07:002009-09-28T20:22:40.837-07:00THRESHER<div style="text-align: center;">BAB I. PENDAHULUAN<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br /><br />A. Latar Belakang<br />Indonesia merupakan negara agraris yang hampir 65% penduduknya adalah petani, dimana berbagai komoditas pertanian banyak tumbuh dan berkembang, salah satunya merupakan komoditas utama dan komoditas politik Indonesia yang tidak dapat dipungkiri lagi keberadaanya yaitu padi. Padi merupakan makanan pokok hampir seluruh warga Negara Indonesia. Pemerintah akan goncang apabila harga beras naik dan melonjak oleh karena itu diperlukan kecermatan dalam penangananya untuk mencegah kelangkaan beras nasional salah satu waktu pemanenan karena pada waktu pemanenan biasanya banyak sekali padi yang terbuang.<br />Pascapanen di kab Karawang dan Subang, terungkap bahwa penggunaan power thresher (mesin perontok) berkapasitas 6-7 kw/jam mampu menyelamatkan hasil panen minimal 6 kwintal per hektar atau sekitar Rp 1,8 juta per hektar. Harga sewa power thresher adalah Rp 150.000 per ton gabah atau sekitar Rp 900.000 per hektar. Dengan demikian ada selisih keuntungan Rp 900.000 apabila petani melakukan perontokan menggunakan power thresher. Gabah yang dihasilkanpun lebih bagus kualitasnya. Sedangkan perontokan secara konvensional dengan cara digebot, umumnya dalam satu hektar terbagi dalam 60 gunduk perontokan yang 6-12 ton/hari. Penggunaan alsin pascapanen mampu menekan susut, menyelematkan hasil panen dan menambah pendapatan petani (Dr.Ir. Rokhani Hasbullah, MSi. 2007)<br />B. Tujuan<br />Adapun tujuan dipelajarinya thresher ini adalah agar mahasiswa:<br />1. Mengetahui bagian-bagian therser.<br />2. Mengetahui cara kerja thresher<br />3. Mempu menghitung dan merancang thresher sendiri<br />4. Mampu berinovasi untuk menciptakan alat-alat baru<br /><br /><br /><div style="text-align: center;">BAB II. LANDASAN TEORI<br /></div><br />A. Perontokan Padi<br />Berbagai upaya peningkatan produksi padi terus dilakukan oleh pemerintah, namun demikian susut hasil selama pascapanen di daerah daerah sentra produksi selama dua dasawarsa terakhir masih tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik, angka kehilangan hasil mulai dari panen sampai penggilingan berkisar antara 12-20% dengan kontribusi susut karena perontokan lebih dari 4,8%. Sementara itu hasil pengamatan lembaga pangan Jepang pada tahun 1995 menunjukkan bahwa susut hasil setelah panen akibat pengangkutan ke tempat perontokan berkisar antara 1,4 - 8,2%.<br />Perontokan padi dilakukan petani dengan berbagai macam cara, antara lain diiles (ditarik) dipukul atau dihempas pada alat bamboo dan kayu dan cara yang lainya dengan mengunakan alat perontok (thresher).<br /><br />B. Thresher Padi<br />Thresher merupakan suatu alat yang digunakan untuk melepas butiran-butiran gabah dari tangkainya sehingga dapat diproses menjadi beras.<br />1. Perinsip Kerja Thresher<br />a. Merontokan padi dengan melepas butiran-butiran gabah dari tangkai atau malai kemudian memisahkannya.<br />b. Pelepasan butiran gabah dari atas dasar tarikan, pukulan dan gesekan serta kombinasi dari masing-masing itu.<br />c. Bagian thresher yang berfungsi melepas butiran gabah adalah gigi perontok.<br /><br />2. Macam-macam Thresher<br />a. Menurut Tenaga Penggerak dan Cara Kerjanya<br />Menurut tenaga penggerak dan cara kerjanya , thresher padi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:<br />1) Pedal thresher<br />Pedal thresher merupakan perontok yang digerakan oleh kaki operator. Pada saat perontokan padi dipegang, bagian malai diumpankan pada bagian atas silinder perontk yang berputar. Untuk menggerakan atau memutar silinder perontk, pedal dan as silinder perontok dapat dihubungkan dengan tiga cara yaitu:<br />a) System rantai atau gear speda (free whell) dan pegasnya menggunakan karet.<br />b) Mengunakan system engkol dan tanpa pegas dengan dengan pedal dan silinder perontok dihubungkan dengan tuas atau tangkai engkol dari besi kntruksi (besi beton)<br />c) System gear dan tanpa karet dimana pedal terhubung dengan gear melalui besi poros dan gear kedua langsung terhubung dangan ke silinder perontok.<br />Pada umumnya thresher tidak memiliki unit pemisah (separator ) maupun unit pembersih.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 1. Thresher Pedal Yang Telah Dimodifikasi<br /><br />2) Power Thresher<br />Power thresher merupakan alat perontok yang digerkan oleh motor bakar atau motor listrik melalui system transmisi. Pengumpanan padi yang dirontkan dengan cara memegang tangkai padi bagian malai diletakan di bawah atau di atas silinder perontok atau dengan melepas padi keruang perontok.<br />Pada umumnya power thresher sudah dilengkapi dengan unit pembersih berupa saringan dan kipas penghembus untuk memisah tangkai atau jerami, daun dan gabah hasil perontokan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 2. Thresher Dengan Tenaga Penggerak Mesin<br /><br />3) Automatic Thresher<br />Automatis thresher merupakan alat perontok penggerak motor yang telah disempurnakan dengan menambah alat pengumpan otomatis berupa seperangkat alat yang terdiri dari rantai (penggerak pararel dengan silinder perontok), spring (pegas) dan rail (semacam batang logam yang menekan rantai).<br />Alat ini juga sering disebut axial flow thresher, dengan kecepatan perontokan relatif tetap dilihat dari segi pengumpanannya.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3. Automatic Thresher Dengan Pengumpan<br />b. Menurut Cara Pengumpannya<br />menurut cara pengumpannya , thresher dibedakan menjadi dua yaitu:<br />1) Bahan umpan dipegang<br />tangkai padi dipegang dan malai diletakan di atas silinder perontok (misalnya pedal thresher) dan diletakan di bawah silinder perontok (misalnya power thresher). Untuk memudahkan pengumpanan, pajang pemotongan padi (saat panen) agak dibawah, dan panjang dari tangkai minimal 50 cm.<br /><br />2) Bahan umpan dilepas<br />Pengumpanan dilakukan dengan melepas padi dalam ruang perontok. Mengingat cara pegumpaannya, maka diusahakan agar panjang jerami sependek mungkin, karena panjang jerami akan mempegaruhi kapasitas perontokan.<br /><br />c. Menurut pemisahan hasil perontokan<br />Menurut pemisahan hasil perontokan thresher dibedakanmenjadi tiga yaitu:<br />1. perontokan dengan tangan (hand chaff disposing type)<br />2. perontokan dengan sendirinya (self chaff disposing type)<br />3. pemisahan automatic (automatic chaff disposing type)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center;">BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN<br /></div><br />A. Prosedur<br />Kegiatan praktek identifikasi thresher dilakukan setelah menerima materi kuliah Alat Mesin II tentang cara membuat thresher, pengoprasian mesin dan teknik-teknik pengerjaan lainnya secara terbimbing.<br /><br />Keberhasilan praktek dapat tercapai apabila ada kerja sama yang baik dari berbagai pihak, baik dari mahsiswa, dosen pembimbing serta teknisi praktek yang bertugas menyiapkan peralatan dan bahan praktek. Setelah itu tingkat kedisiplinan dan keterampilan yang tinggi dari pembim-bing dan teknisi akan mendukung terciptanya hasil praktek yang diharapkan. Langkah kegiatan praktek identifikasi thesher ini meliputi:<br />1. Persiapan peralatan<br />Sebelum melakukan praktek identifikasi thresher pertama-tama kita harus menyiapkan peralatan dan mesin yang akan kita gunakan di lapangan pada saat identifikasi thresher berlangsung. Adapun peralatan yang digunakan dalam identifikasi thresher adalah :<br />a. Kunci ring pas<br />b. Meteran<br />c. Tang<br />d. Obeng<br />e. Sapu (koas)<br /><br />2. Pelaksanaan<br />Dalam pelaksanaan praktek di bengkel kerja sama antar kelompok yang baik akan mempermudah dan mempercepat waktu pelaksanaan identifikasi. Adapaun langkah-langkah identifikasi thresher adalah sebgai berikut:<br />a. Membuka rumah drum (conver)<br />Dalam membuka rumah drum ada tahapan-tahapan yang harus dilalui diantaranya adalah sebagai berikut:<br />1) Lepas pengikat penutup drum<br />2) Lalu angkat keatas<br />3) Usahakan penutup jangan sampai menutup sendiri sebelum kita tutup<br /><br />b. Membuka drum thresher<br />Langkah-langkah membuka drum thresher diantaranyaadalah sebagaui berikut:<br />1) Siapkan kunci ring pas 21 dua buah, untuk membuka baut dan mur pengikat poros durum<br />2) Paskan kunci, setelah pas buka baut dengan hentakan<br />3) Setelah baut pegikat poros terbuka , angkat durum thresher<br />4) Letakan ditampat yang cukup lapang untuk pelaksanaan identifikasi<br /><br />c. Mengukur jarak antar gigi (spike)<br />Langkah-langkah mengukur spike thresher adapun jarak gigi yang diukur adalah sebgai berikut:<br />1) Ukur panjang gigi dengan meteran<br />2) Ukur lebar gigi<br />3) Ukur jaraj antar gigi yang satu dengan gigi yang lain<br />4) Ukur jarak antara gigi kedua dengan gigi ketiga (yang berada di tengah)<br />5) Ukur panjang drum<br />6) Ukur lebar efektif<br />7) Ukur diameter drum<br /><br />d. Mengukur gigi stasioner<br />Setelah melepas drum dari dudukan rumah thresher maka kita dapat mengukur stasioner. Adapun langkah-langkah dalam pengukuran stasioner adalah sebagai berikut:<br />1) Siapkan meteran<br />2) Ukur panjang stasioner sampai ujur pengeluaran<br />3) Ukur lebar dan pangjang gigi stasioner<br />4) Ukur kerenggangan antara gigi stasioner dengan gigi di drum thresher<br />5) Ukur jarak dari gigi terakhir ke ujung rumah thresher.<br /><br />e. Perakita<br />Perakitan adalah suatu kegiatan yang biasanya cukup melelahkan karena biasanya kita sudah lelah dengan identifikasi dan kerja. Langkah langkah perakitan drum adalah sebgai berikut:<br />1) Pasang kembali drum thresher dengan menggunakan mengangkatnya keatas dudukan dan menguncinya kembali dengan baut 21 kanan dan kirinya.<br />2) Penguncian harus kencang untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat lepanya drum.<br />3) Tutup rumah stasioner setelah drum thresher dipasang tutup penutup drum untuk mencegas pemampaatan thresher sebagai sarang oleh hewan pengerat dan menyengat.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 4. Speak Thresher<br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br /><br />B. Hasil<br />1. Identifikasi thresher<br />a. Fungsi thresher<br />Perontok padi (thresher) adalah suatu alat perntokan padi yang di desain dengan cara mekanis maupun manual yang berfusi untuk merontokan padi, menguragi kehilangan dan mempertahankan kualitas padi sehingga tidak terjadi kerusakan setelah panen.<br /><br />b. Mengetahui cara kerja thresher<br />Cara kerja thresher sangat simple dan mudah akan tetapi dalam perancangan thresher sangatlah rumit dan jlimet. Prinsip adalah memukul padi yang diumpanakan pada gigi-gigi yang dipasang di drum thresher.<br /><br />c. Mengetahui ukuran-ukuran<br />Pada dasarnya komponen inti thresher sangatlah sedikit dan mudah untuk diingat seperti drum, satasioner dan poros penggerak pengumpan dan yang lainnya adalah pelengkap untuk penutup chasis sehingga untuk ukurannya mudah di ingat. Ukuran-ukuran thresher bisa disesuaikan dengan keperluan pengguna.<br /><br />d. Mengetahui cara pperancangan thresher secara umum<br />Merancang merupakan suatu kegiatan membuat desain sebuah alat yang akan kita kerjakan, proses perancangan tergolong sangat sulit karena membutuhkan pemikiran dan perhitungan akan rumus-rumus. Berbeda dengan langsung membuat thresher karena membuat theresher bisa sambil mencontek yang sudah ada tanpa perlu mendesain kemudian kita kerjakan ulang. Yang paling mahal dari perancangan adalah ide awal karena dalam membuat rancangan mesin baru ide awal kita atau inovasi kita akan dan harus dibayar mahal.<br /><br /><br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">BAB IV. KESIMPULAN<br /></div><div style="text-align: justify;"><br />Dari hasil praktek diatas dapat saya simpulkan bahwa; thresher adalah salah satu alat pasca panen yang sangat membantu sekali dalam masalah perontokan padi karena dapat menekan kehilangan, dapat mempertahankan kualitas dan dapat meningkatkan kinerja petani menjadi lebih efektif dan efisien.<br />Thresher sudah banyak digunkan akan tetapi masih kurang efektif karena antara gabah dan kotoran masih tercampur dan hasil cleningnyapun masih kurang bersih leh karena itu masih perlu dilakukan modifikasi untuk menhasilkan thresher yang sesuai dengan kebutuhan.<br /><br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-83056380182084705822009-09-28T20:15:00.000-07:002009-09-28T20:19:07.523-07:00mesin pengering padi 2<div style="text-align: center;">BAB I. PENDAHULUAN<br /></div><br /><br /><br />A. Latar Belakang<br />Di Indonesian panen merupakan kata yang cukup familiar, panen merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh seluruh petani untuk memetik atau mengambil hasil dari apa yang talah mereka tanam atau kerjakan.<br /> Negara kita merupakan negara agraris yang hampir 65% penduduknya adalah petani, mereka bekerja diladang dengan bercucuran keringat dengan hasil yang kadang tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan dan tidak sebanding dengan kerja keras petani,. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi pertanian, maka diperlukan suatu perubahan (penyesuaian) khususnya dalam budidaya tanaman, sehingga selaras dengan perkembangan kondisi alam, perkembangan teknologi , sosial dan masyarakat. Budidaya tanaman memerlukan waktu dan tenaga yang cukup besar mulai dari kegiatan pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen yang diakhiri dengan pasca panen.<br />Petani yang memiliki lahan yang luas seringkali menghadapi hambatan dalam setiap kegiatan budidaya karena keterbatasan sumberdaya terutama tenaga kerja di bidang pertanian serta didukung dengan masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut. Hal ini karena hampir sebagian besar tenaga kerja pertanian saat ini sudah memasuki usia non produktif sementara generasi muda lebih banyak terjun di sektor lain baik industri maupun sektor informal sebagai akibat dari rendahnya minat mereka untuk terjun langsung ke lahan pertanian. Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem budidaya pertanian berbasis teknologi (mekanisasi pertanian) berupa mesin pemanen padi yang dapat mempermudah kerja petani.<br /><br />B. Tujuan<br />Adapun tujuan praktek identifikasi pisau mesin panen padi adalah agar mahasiswa:<br />1. Mengetahu prinsip kerja pisau<br />2. Mengetahui jenis-jenis pisau<br />3. Mampu merancang dan membuat pisau pemotong<br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center;">BAB II. LANDASAN TEORI<br /></div><br /><br /><br />A. Mesin Panen<br />Mesin pemanen adalah mesin yang berfungsi untuk memotong batang padi dan meletakkan tanaman dalam barisan untuk memudahkan pengumpulan serta perontok mekanik merontokkan gabah dari tanaman padi, mempercepat perontokan (jadi mengurangi kehilangan hasil), dan mengurangi kebutuhan tenaga kerja.<br />B. Jenis dan Pemilihan Mesin Panen Padi<br />Ada beberapa jenis mesin panen padi, yaitu<br />1. Reaper (windrower), yang hanya memotong dan merebahkan hasil potongan dalam alur, atau collection type reaper yang memotong dan mengumpulkannya.<br />2. Binder, mesin yang memotong dan mengikat<br />3. Combine harvester, mesin yang memotong dan merontokkan<br /><br />Dalam memilih mesin pemanenan padi, ada bebrapahalyang harus diperhatikan diantaranya adalah sebgai berikut:<br />1) Untuk kerja dan upah dalri buruh panen dengan cara tradisional<br />2) Harga, biaya perawatan, umur, kinerja, dsb, dari setiap mesin<br />a. Ukuran petakan lahan<br />b. Tinggi malai padi, kemudahan rontok<br />c. Tingkat kekeringan dan daya dukung tanah pada saat panen<br />3) Cara pengumpulan, pengeringan, transportasi, perontokan dan pengeringan gabah setelah pemotongan<br /><br /><br />Dari berbagai jenis mesin panen padi, kemampuannya untuk disesuaikan dengan ketinggian malai, kondisi malai, kinerja pada kondisi lahan tertentu adalah berbeda-beda. Misalnya untuk varietas padi yang mudah rontok, pemotongan harus dilakukan dengan sedikit mungkin menimbulkan getaran untuk meminimumkan susut karena rontok ke lahan.<br /><br />Apapun jenis mesin panen yang dipilih, diharapkan ada penyesuaian dari ketinggian posisi malai, padinya tidak mudah rontok dan lahan sawah harus kering. Jika tidak, maka efisiensi akan rendah dan susut panen akan tinggi.<br /><br />1. Reaper<br />Diantara berbagai jenis reaper manual, tipe tarik adalah yang paling ringan dan praktis. Bila dilengkapi dengan rangka pengumpul, alat ini dapat digunakan untuk mengumpulkan padi dalam dua tarikan pemotongan. Jika padi ditanam pada baris yang teratur, kinerja alat ini adalah 1,5 hingga 2 kali sabit. Karena cara pemakaiannya sambil berdiri, maka kelelahan kerja menjadi lebih ringan dibandingkan dengan menggunakan sabit. Mata pisau dapat dipergunakan untuk memanen sekitar 0,1 ha tanpa harus diasah.<br /><br />Ada juga jenis windrower yang dipasangkan di depan traktor tangan, dan dipgerakkan oleh enjin traktor tangan tersebut. Pisau pemotongnya dapat berupa tipe rotari atau gunting. Gambar 2. Selanjutnya, mesin reaper yang memiliki enjin penggerak sendiri dapat dilihat pada Gambar 3 sampai 5.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />Gambar 2. jenis-Jenis Reaper<br />2. Binder<br />Binder bisa memiliki bagian pemotong untuk satu hingga empat alur tanam, tetapi jenis binder dengan dua alur (lebar potong sekitar 50 cm) lebih populer. Semua binder memiliki enjin sendiri (self propelled). Padi yang telah dipotong akan langsung diikat menjadi 1 hinga 2 kg ikatan dankemudian direbahkan ke satu sisi yang sama. Binder juga dilengkapi dengan alat pengangkat padi, yang dipergunakan untuk menggangkat padi yang lebah sebelum dipotong<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3. Two-row binder (Yasumasa, 1988)<br /><br />Tali pengikatnya dapat terbuat dari bahan sintetis, serat atau jerami, dll. Tergantung perusahan yang membuatnya. Tali pengikat ini harus ditangani dengan baik dan tidak boleh basah.<br /><br />Ketinggian pemotongan, ukuran ikatan, tingkat kekencangan ikatan dapat diatur. Biasanya binder dilengkapi dengan dua hingga emapt kecepatan maju, dan satu atau dua kecepatan mundur. Mesin ini digerakkan oelhe enjin bensin berpendingan air dengan tenaga 3 hingga 5 hp.<br /><br />Bagian pemotong biasanya memiliki pisau tipe cutter bar . Kinerja mesin ini berkisar antara 40 hingga 80 menit per 10 are. Bila banyak padi yang rebah, makan kinerjanya pun akan menurun.<br />3. Combine Harvester<br />a. Head-feed type combine harvester<br />Mesin panen combine jenis ini dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya mengumpankan bagian malainya saja dari padi yang dipotong ke bagian perontok mesin. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki penampung gabah sementara. Bagian pemotong dari mesin ini adalah hampir sama dengan bagian pemotong dari binder, bagian pengikatnya digantikan dengan bagain perontokan. Jerami, setelah perontokan, bisa dicacah kecil-kecil sepanjang 5 cm dan ditebar di atas lahan, atau tidak dicacah, tetapi diikat dan dilemparkan ke satu sisi, untuk kemudian dikumpulkan untuk kemudian dapat dimanfaatkan untuk hal lain.<br /><br />Combine jenis ini tersedia dalam tipe dorong maupun tipe kemudi. Lebar pemotongan bervariasi dari 60 cm hingga 1,5 meter. Enjin yang digunakan bervarias dari 7 hingga 30 hp. Karena jauh lebih berat dari pada binder bagian penggerak majunya dibuat dalam bentuk trak karet (full track rubber belt)..<br /><br />Kecepatan maju berkisar antara 0,5 hingga 1 m/detik. Dengan memperhitungkan waktu belok dan waktu pemotongan dengan manual di bagian pojok lahan, biasanya waktu yang dibutuhkan untuk pemanenan berkisar 30 hingga 70 menit per 10 are, jika lebar pemotongan 1 m.<br /><br />Keterangan :<br />1. pengarah malai<br />2. kursi operator<br />3. sensor ketinggian malai<br />4. penutup perontok padi<br />5. tuas perontok (thresher)<br />6. lampu belok<br />7. penjepit batang padi<br />8. rantai pengarah dan penjepit perontokan<br />9. rantai pembawa padi ke perontok<br />10. batang pemisah tanaman yang belum dipotong<br />11. pisau pemotong<br />12. divider<br />13. lampu depan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 7. Head-feed combine harvester<br />b. Standard type combine harvester<br />Mesin panen padi jenis ini adalah mesin yang dikembangkan di Amerika dan Eropa, yang dipergunakan juga untuk memanen gandum. Padi yang dipotong termasuk jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian perontokan. Gabah hasil perontokan ditampung dalam tangki, dan jeraminya di tebarkan secara acak di atas permukaan tanah. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai (riding type). Lebar pemotongan berkisar antara1,5 hingga 6 meter. Namun yang populer adalah 4 meter. Enjin sebagai sumber tenaga gerak adalah sekitar 25 hp per 1 meter lebar pemotongan. Bagian penggerak majunya adalah menggunakan roda, atau half-track type atau full-track type.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 5. Standard Combine harvester (Claas)<br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center;"> BAB III. PEMBAHASAN<br /><br /><br /></div><br />A. Prosedur<br />Kegiatan praktek identifikasi reaper dilakukan setelah menerima materi kuliah Alat Mesin II tentang cara membuat reaper, pengoprasian mesin dan teknik-teknik pengerjaan lainnya secara terbimbing.<br /><br />Keberhasilan praktek dapat tercapai apabila ada kerja sama yang baik dari berbagai pihak, baik dari mahsiswa, dosen pembimbing serta teknisi praktek yang bertugas menyiapkan peralatan dan bahan praktek. Setelah itu tingkat kedisiplinan dan keterampilan yang tinggi dari pembim-bing dan teknisi akan mendukung terciptanya hasil praktek yang diharapkan. Langkah kegiatan praktek identifikasi reaper ini meliputi:<br />1. Menghidupkan Raper<br />Sebelum menghidupakan reaper harus dipastikan bahwa reaper dalam keadaan baik dan siap operasi seperti pengecekan bahan bakar, keadaan ban, cek oli dan pisau pemotng. Adapun langkah-langkah menghidupkan reaper adalah sebagai berikut<br />a. Hidupakan mesin dengan menarik engkol<br />b. Besarkan gas<br />c. Hidupkan pengendali pisau pisau<br />d. Hidupkan perseneleng (gigi) maju<br />e. Hidupkan pisau<br />f. Jalankan reaper<br /><br />2. Membongkar Reaper<br />Setelah praktek menghidupkan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta memperlengkap identifikasi reaper, kami juga di berikan kesempatan untuk membongakar mesin panen. Adapun langkah-langkah membongkar reaper diantaranya adalah sebgai berikut:<br />a. Membngkar penutup pisau dengan<br />Dalam membngakar pentup pisau kita harus teliti agar mempermudah dalam perakitan. Langkah pembongkaran penutup pisau (bonet) adalah sebgai berikut:<br />1) Buka screw pengikat atas dengan obeng (–) yang besar<br />2) Lakukan pembukaan pembukaan mur cecara perlahan agar tidak mengakibatkan pegas loncat<br />3) Setelah screw pengikat terlepas buka baut pengikat bawah dengan kunci ring pas 14.<br />4) Setelah semuanya terlepas bonet, star wheel, dan platnya<br />5) Simpan baut, srew, pegas dankomponen kecil lainya didalam satu tempat untuk mempermudah perakitan.<br /><br />b. Mematikan reaper<br />Setelah selesai pemanenan maka reaper harus dimatikan, disamping untuk menhemat bahan bakar juga untuk menjaga kinerja mesin agar tetap dalam kndisi yang baik. Adapun langkah-langkah mematikan reaper adalah sebagai berikut:<br />1) Kecilkan gas<br />2) Tekan perseneleng maju untuk menghentikan laju reaper<br />3) Matikan pisau<br />4) Kecilkan gas<br />5) Setelah semua dimatikan tempatkan persneleng pada posisi netral<br />6) Reaper siap disimpan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />B. Hasil<br />Banyak sekali pengetahuan yang mahasiswa dapatkan setelah perktek identifikasi reaper ini diantaranya adalah mahasiswa mejadi mampu:<br />1. Mengidetifikasi reaper<br />Proses identifikasi berjalan secara mandiri dengan di awasi oleh dosen pembimbing dan dibantu oleh teknisi untuk penyiapan alat adapaun bagian reper yang diidetifikasi adalah:<br />a. Pisau reaper<br />b. Pergerakan pisau utama<br />c. Pergerakan pembawa padi<br /><br />2. Mengetahi prinsip kerja reper<br />Reaper bekerja menurut prinsip kerjanya yaitu memotong padi dengan pisau pemotong dengan landasan pisau tetap yang digerakan oleh mesin penggerak yang kemudian hasil pemotongan akan di salurkan ke bagian pinggir alur (bagian pinggir sawah).<br /><br /><br /><br />3. Membongkar pisau reaper<br />Dalam membongkar pisau reaper banyak sekali bagian yang harus dibongkar terebih dahulu seperti pengikat pisau, penghubung poros, penutup pisau, rantai dan lainnya, akan tetapi dengan ketelitian dan kejelian pembimbimbng kami kami jadi bisa membongkar pisau reaper tanpa harus membngkar rantai-rantai penggerak<br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center;">BAB IV. KESIMPULAN<br /></div><br />Dari teori dan prosedur diatas dapat saya simpulakan bahwa proses perancangan pemotongan (cutter) memang sangat rumit dan membingungkan diperlukan kerja keras dan pengetahuan yang tinggi akan rumus dan komponennya.<br />Akan tetapi dengan kesungguhan dan kemauan yang kuat kita pasti bisa membuatnya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-37822685857489604322009-09-28T19:39:00.001-07:002009-09-28T20:15:03.340-07:00KTI GW<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">MODFIKASI POWER WEEDER</span><br /><br /><br />BAB I. LATAR BELAKANG<br /></div><br />A. Latar Belakang<br />Dalam rangka meningkatkan dan melestarikan suasembada beras yang telah dicapai pada tahun 1984. Pemerintah Indonesia telah berupaya menyebarluaskan informasi tentang cara pengolahan dan perawatan Padi untuk peningkatan hasil panen. Salah satunya adalah dengan meningkatkan penanganan pra-panen.<br /><br />Pra-panen merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil panen. Salah satu kegiatan pra-panen yang harus diperhatiakan adalah penyiangan. Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut rumput-rumput (gulma) yang berada di antara sela-sela padi dan sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat Padi berumur 3 dan 6 minggu.<br /><br />Menurut “Harjono. 30 desember 2007” Kerugian hasil panen padi oleh gulma dapat mencapai 36 %, dan pengendalian gulma yang efektif dapat meningkatkan produksi gabah sampai 1,8 ton/ha. Pengendalian gulma tanaman padi sawah dengan tangan membutuhkan waktu 172 jam/ha dan penyiangan dengan landak membujur melintang 132 jam/ha.<br /><br />Penggunaan alat penyiang system manual seperti landak membujur dan tangan mempunyai banyak sekali kekurangan, baik dilihat dari segi kinerja dan efisiensi alat karena itu perlu dibuat suatu terobosan teknologi yang dapat membantu memecahakan permasalahan penyiangan dan dapat diterima oleh petani. Alat penyiang bertenaga motor (power weeder) dengan desain yang telah disesuaikan untuk daerah-daerah di Indonesia yang berpetak sempit merupakan salah satu jawaban sehingga diharapakan dapat meningkatkan kinerja petani supaya lebih efektif dan efisien dibandingkan penyiangan dengan cara manual (landak), pacul kecil dan tangan.<br /><br /><br />B. Permasalahan<br />Adapun permasalahan dari power weeder ini adalah:<br />Power weeder yang ada tidak sesuai di Indonesia, karena lahan di Indonesia berpetak kecil dan sempit, sehingga power weeder dengan bobot yang berat dan ukuran besar tidak dapat dioperasikan.<br />Penyiangan secara manual (menggunakan landak/ tangan) kurang efektif dan efisien.<br /><br />C. Tujuan<br />Adapun tujuan modifikasi power weeder ini adalah untuk:<br />1. Memodifikasi power weeder menjadi lebih sederhana agar bisa diterapkan di Indonesia<br />2. Meningakatkan kapasitas dibandingakan dengan cara manual<br />3. Meningkatkan kapasitas kerja<br /><br />D. Manfaat<br />Adapun manfaat mesin dari pembuatan power weeder ini adalah:<br />1. Mempermudah kerja petani<br />2. Menyuburkan tanaman karena menggemburkan tanah<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II. TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />A. Hakekat Padi.<br />Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau lumiflorae) dan merupakan tanaman berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang), urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa loret, floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Ing. grain) atau kariopsis.<br /><br />Pada dasarnya Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.<br /><br />Di indonesia padi juga merupakan komoditas utama yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyrakat Indonesia baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras.<br /><br />1. Varietas Padi<br />Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan manusia: Oryza sativa yang berasal dari daerah hulu sungai di kaki Pegunungan Himalaya (India dan Tibet/Tiongkok) dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat (hulu Sungai Niger).<br /><br />O. Sativa terdiri dari dua varietas, indica dan japonica (sinonim sinica). Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki “bulu” (Ing. awn), bijinya cenderung panjang. Varietas indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak ber-”bulu” atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun kedua varietas dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan varietas japonica (kultivar ‘Deegeowoogen’ dari Formosa dan varietas indica (kultivar ‘Peta’ dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal pula sekelompok padi yang tergolong varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua varietas utama di atas.<br /><br />Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa. Budidaya padi yang telah berlangsung lama telah menghasilkan berbagai macam jenis padi akibat seleksi dan pemuliaan yang dilakukan orang diantaranya:<br />a. Padi Pera<br />Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.<br />b. Ketan<br />Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.<br />c. Padi Wangi<br />Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras ‘Cianjur Pandanwangi’ (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan ‘rajalele’. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.<br />d. Padi Gogo<br />Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.<br />e. Padi Rawa<br />Padi rawa atau padi pasang surut dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di rawa-rawa Kalimantan. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air.<br />Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar ‘IR5′ dan ‘IR8′, yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki ‘darah’ kedua kultivar perintis tadi.<br />B. Penganan Pra-Panen<br />Penanganan Pra-panen merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil panen. Banyak sekali kegiatan prapenen baik yang dilaksanakan rutin maupun tidak seperti pengolahan tanah (penggaruan, dan pembajakan penanaman dilanjutkan dengan penanaman, pemupukan, penyiangan dan penyemprotan pestisida guna pencegahan dan pemusnahan hama penyakit.<br /><br />Salah satu kegiatan pra-panen yang harus diperhatiakan adalah penyiangan. Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut rumput-rumput (gulma) yang berada di antara sela-sela padi dan sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat Padi berumur 3 dan 6 minggu guna menjaga dan mencegah agar ketersedian air dan makanaan yang seharusnya diserap oleh padi diambil oleh gulma yang dapat menyebabkan kurusnya padi karena kekuarnan air dan ususr-unsur lainnya.<br /><br />Proses penyiangan cukup sulit karena pencabutan rumpput yang berada diselah-selah padi perlu keterampilan tertentu agar tidak merusak dan mepenggunaan tenaga manusia dan hewan memerlukan waktu lama sehingga proses penyiangan sering tertundan, terutama pada daerah yang jarang penduduknya. Peralatan mekanis yang digerakkan oleh tenaga motor seperti traktor tangan sangat diperlukan untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja serta mengurangi biaya dan waktu. Penambahan peralatan Sweep Cultivator (alat penyiang) di depan traktor tangan diharapkan dapat menambah fungsi traktor sebagai mesin penyiang di samping untuk pengolahan tanah. Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama berupa penelitian pendahuluan untuk menguji rancangan alat penyiang sampai mendapatkan kelayakan teknis alat penyiang yang dilaksan<br /><br />C. Power Weeder<br />Power Weeder berfungsi untuk mencabut atau membenamkan rumput (gulma) yang tumbuh diantara alur tanaman padi sawah, tanpa merusak tanaman padi atau menurunkan produksi. Penyiangan secara manual memerlukan curahan tenaga kerja yang besar yaitu 50 – 80 jam/ha. Mesin penyiang bermotor ini mempunyai kapasitas kerja 15 – 27 jam/ha. Dari data pengamatan dan penghitungan di lapangan diperoleh hasil efisiensi penyiangan rata - rata sebesar 80%. Alat tersebut dapat mengatasi masalah penyiangan di daerah yang kekurangan tenaga kerja, khususnya di luar jawa, namun kendala yang dihadapi adalah jarak tanam yang tidak pasti dan baris tanam tidak lurus.<br /><br />1. Macam-macam Power Weeder<br />Ada berbagai macam terkonogi penyiangan gulma (power weeder) yang telah dibuat diantaranya adalah sebagai berikut:<br />a. Power weeder untuk tanah basah<br />Mesin penyiang ini hanya dapat dioperasikan untuk penyiangan gulma pada tanah yang basah. pada jarak tanam 20 – 25 cm dengan baris yang lurus dengan kedalaman air sekitar 5-10 cm sehingga mesin dapat berjalan tanpa didorong.<br /><br />b. Power weeder untuk tanah kering<br />Mesin jenis ini dapat dioprasikan untuk pencabut rumput liar. pada tanah kering dengan menggunakan mesin diesel 8.38 hp kekuatan mesin diteruskan ke roda tanah melalui v puli pita-mesin. mesin pencabut rumput liar berputar terdiri dari tiga baris piringan berjajar dengan 6 jumlah pisau yang lentur berlawanan arah sebagai alternatif pada setiap piringan. Pisau ini bila berputar mengaktifkan pemotong dan menggemburkan tanah.<br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-74380972447183704042009-09-28T19:39:00.000-07:002009-12-15T06:34:09.954-08:00<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2kMFeZYFnIRJBGU_R_aMiINdGjDEgEFC1BJmMEA9vXm5bl9XC-PZ0d9X0kPajgSPfX6ug-yIdMThMLZJvwueZbxlDOI08PE9j57s_YHlRuANoG4218TnrrIXjqGiuDRgox9k11n8noIc/s1600-h/images.jpeg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 115px; height: 86px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2kMFeZYFnIRJBGU_R_aMiINdGjDEgEFC1BJmMEA9vXm5bl9XC-PZ0d9X0kPajgSPfX6ug-yIdMThMLZJvwueZbxlDOI08PE9j57s_YHlRuANoG4218TnrrIXjqGiuDRgox9k11n8noIc/s400/images.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5415464149077904962" border="0" /></a><br /></div><span style="font-weight: bold;"><br /></span><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">MODFIKASI POWER WEEDER</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">BAB I. LATAR BELAKANG</span><br /></div><span style="font-weight: bold;"><br />A. Latar Belakang<br />Dalam rangka meningkatkan dan melestarikan suasembada beras yang telah dicapai pada tahun 1984. Pemerintah Indonesia telah berupaya menyebarluaskan informasi tentang cara pengolahan dan perawatan Padi untuk peningkatan hasil panen. Salah satunya adalah dengan meningkatkan penanganan pra-panen.<br /><br />Pra-panen merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil panen. Salah satu kegiatan pra-panen yang harus diperhatiakan adalah penyiangan. Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut rumput-rumput (gulma) yang berada di antara sela-sela padi dan sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat Padi berumur 3 dan 6 minggu.<br /><br />Menurut “Harjono. 30 desember 2007” Kerugian hasil panen padi oleh gulma dapat mencapai 36 %, dan pengendalian gulma yang efektif dapat meningkatkan produksi gabah sampai 1,8 ton/ha. Pengendalian gulma tanaman padi sawah dengan tangan membutuhkan waktu 172 jam/ha dan penyiangan dengan landak membujur melintang 132 jam/ha.<br /><br />Penggunaan alat penyiang system manual seperti landak membujur dan tangan mempunyai banyak sekali kekurangan, baik dilihat dari segi kinerja dan efisiensi alat karena itu perlu dibuat suatu terobosan teknologi yang dapat membantu memecahakan permasalahan penyiangan dan dapat diterima oleh petani. Alat penyiang bertenaga motor (power weeder) dengan desain yang telah disesuaikan untuk daerah-daerah di Indonesia yang berpetak sempit merupakan salah satu jawaban sehingga diharapakan dapat meningkatkan kinerja petani supaya lebih efektif dan efisien dibandingkan penyiangan dengan cara manual (landak), pacul kecil dan tangan.<br /><br /><br />B. Permasalahan<br />Adapun permasalahan dari power weeder ini adalah:<br />Power weeder yang ada tidak sesuai di Indonesia, karena lahan di Indonesia berpetak kecil dan sempit, sehingga power weeder dengan bobot yang berat dan ukuran besar tidak dapat dioperasikan.<br />Penyiangan secara manual (menggunakan landak/ tangan) kurang efektif dan efisien.<br /><br />C. Tujuan<br />Adapun tujuan modifikasi power weeder ini adalah untuk:<br />1. Memodifikasi power weeder menjadi lebih sederhana agar bisa diterapkan di Indonesia<br />2. Meningakatkan kapasitas dibandingakan dengan cara manual<br />3. Meningkatkan kapasitas kerja<br /><br />D. Manfaat<br />Adapun manfaat mesin dari pembuatan power weeder ini adalah:<br />1. Mempermudah kerja petani<br />2. Menyuburkan tanaman karena menggemburkan tanah<br /><br /><br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">BAB II. TINJAUAN PUSTAKA</span><br /><br /></div><span style="font-weight: bold;"><br />A. Hakekat Padi.<br />Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau lumiflorae) dan merupakan tanaman berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang), urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa loret, floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Ing. grain) atau kariopsis.<br /><br />Pada dasarnya Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.<br /><br />Di indonesia padi juga merupakan komoditas utama yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyrakat Indonesia baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras.<br /><br />1. Varietas Padi<br />Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan manusia: Oryza sativa yang berasal dari daerah hulu sungai di kaki Pegunungan Himalaya (India dan Tibet/Tiongkok) dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat (hulu Sungai Niger).<br /><br />O. Sativa terdiri dari dua varietas, indica dan japonica (sinonim sinica). Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki “bulu” (Ing. awn), bijinya cenderung panjang. Varietas indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak ber-”bulu” atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun kedua varietas dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan varietas japonica (kultivar ‘Deegeowoogen’ dari Formosa dan varietas indica (kultivar ‘Peta’ dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal pula sekelompok padi yang tergolong varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua varietas utama di atas.<br /><br />Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa. Budidaya padi yang telah berlangsung lama telah menghasilkan berbagai macam jenis padi akibat seleksi dan pemuliaan yang dilakukan orang diantaranya:<br />a. Padi Pera<br />Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.<br />b. Ketan<br />Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.<br />c. Padi Wangi<br />Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras ‘Cianjur Pandanwangi’ (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan ‘rajalele’. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.<br />d. Padi Gogo<br />Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.<br />e. Padi Rawa<br />Padi rawa atau padi pasang surut dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di rawa-rawa Kalimantan. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air.<br />Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar ‘IR5′ dan ‘IR8′, yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki ‘darah’ kedua kultivar perintis tadi.<br />B. Penganan Pra-Panen<br />Penanganan Pra-panen merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil panen. Banyak sekali kegiatan prapenen baik yang dilaksanakan rutin maupun tidak seperti pengolahan tanah (penggaruan, dan pembajakan penanaman dilanjutkan dengan penanaman, pemupukan, penyiangan dan penyemprotan pestisida guna pencegahan dan pemusnahan hama penyakit.<br /><br />Salah satu kegiatan pra-panen yang harus diperhatiakan adalah penyiangan. Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut rumput-rumput (gulma) yang berada di antara sela-sela padi dan sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat Padi berumur 3 dan 6 minggu guna menjaga dan mencegah agar ketersedian air dan makanaan yang seharusnya diserap oleh padi diambil oleh gulma yang dapat menyebabkan kurusnya padi karena kekuarnan air dan ususr-unsur lainnya.<br /><br />Proses penyiangan cukup sulit karena pencabutan rumpput yang berada diselah-selah padi perlu keterampilan tertentu agar tidak merusak dan mepenggunaan tenaga manusia dan hewan memerlukan waktu lama sehingga proses penyiangan sering tertundan, terutama pada daerah yang jarang penduduknya. Peralatan mekanis yang digerakkan oleh tenaga motor seperti traktor tangan sangat diperlukan untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja serta mengurangi biaya dan waktu. Penambahan peralatan Sweep Cultivator (alat penyiang) di depan traktor tangan diharapkan dapat menambah fungsi traktor sebagai mesin penyiang di samping untuk pengolahan tanah. Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama berupa penelitian pendahuluan untuk menguji rancangan alat penyiang sampai mendapatkan kelayakan teknis alat penyiang yang dilaksan<br /><br />C. Power Weeder<br />Power Weeder berfungsi untuk mencabut atau membenamkan rumput (gulma) yang tumbuh diantara alur tanaman padi sawah, tanpa merusak tanaman padi atau menurunkan produksi. Penyiangan secara manual memerlukan curahan tenaga kerja yang besar yaitu 50 – 80 jam/ha. Mesin penyiang bermotor ini mempunyai kapasitas kerja 15 – 27 jam/ha. Dari data pengamatan dan penghitungan di lapangan diperoleh hasil efisiensi penyiangan rata - rata sebesar 80%. Alat tersebut dapat mengatasi masalah penyiangan di daerah yang kekurangan tenaga kerja, khususnya di luar jawa, namun kendala yang dihadapi adalah jarak tanam yang tidak pasti dan baris tanam tidak lurus.<br /><br />1. Macam-macam Power Weeder<br />Ada berbagai macam terkonogi penyiangan gulma (power weeder) yang telah dibuat diantaranya adalah sebagai berikut:<br />a. Power weeder untuk tanah basah<br />Mesin penyiang ini hanya dapat dioperasikan untuk penyiangan gulma pada tanah yang basah. pada jarak tanam 20 – 25 cm dengan baris yang lurus dengan kedalaman air sekitar 5-10 cm sehingga mesin dapat berjalan tanpa didorong.<br /><br />b. Power weeder untuk tanah kering<br /></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Mesin jenis ini dapat dioprasikan untuk pencabut rumput liar. pada tanah kering dengan menggunakan mesin diesel 8.38 hp kekuatan mesin diteruskan ke roda tanah melalui v puli pita-mesin. mesin pencabut rumput liar berputar terdiri dari tiga baris piringan berjajar dengan 6 jumlah pisau yang lentur berlawanan </span><span style="display: block;" id="formatbar_Buttons"><span class="" style="display: block;" id="formatbar_JustifyFull" title="Rata Penuh" onmouseover="ButtonHoverOn(this);" onmouseout="ButtonHoverOff(this);" onmouseup="" onmousedown="CheckFormatting(event);FormatbarButton('richeditorframe', this, 13);ButtonMouseDown(this);"><img src="img/blank.gif" alt="Rata Penuh" class="gl_align_full" border="0" /></span></span><span style="font-weight: bold;">arah sebagai alternatif pada setiap piringan. Pisau ini bila berputar mengaktifkan pemotong dan menggemburkan tanah.</span><br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dzYu7n76Mg55rAOIUV9KSeM-DP44XIRvdVcSaahLgvCOD-rwZ0t_3mda7LCADkrnXTz1REaQS9md4Iy7YtvGQ' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-76421793405383241252009-09-28T19:23:00.001-07:002009-09-28T19:33:03.040-07:00lapran las asetilin<div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">BAB I. PENDAHULUAN</span><br /></div><br /><br /><br />A. Latar Belakang<br />Penyanmbuangn logam sudah ada sejak 5000 th yang lalu, orang sudah dapat melakukan penyambungan logam dengan cara memanasi dua buah logam tersebut sampai suhu kritis kemudian keduanya ditumpangkan dan setelah itu dipalu yang akhirnya membentuk ikatan yang kuat.<br />Api pemanasnya untuk penymbungan diperoleh dari pembakaran kayu atau arang kayu. Dapat dibayangkan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang dapat memasakan logam sampai suhu kritis. tentu cara semacam ini tidaklah efektif untuk digunakan dalam pengerjaan pengelasan yang sangat banyak dan berfariasi.<br />Seiring dengan kemajun jaman dan perkembangan teknologi penyambungan degan mengunakan api dari kayu tidak digunakan lagi karena kurang efektif dan efisien dan telah ditemukan bahan pembakar yang jauh lebih mudah dan sederana yaitu dengan mengunakan gas da telah terbukti bahwa proses penmbungan dengan mengunakan gas lebih efektif dan efisien.<br /><br />B. Tujuan<br />Adapun tujuan di laksanakannya praktek pengelasan ini adalah agar mahasiswa:<br />1. Dapat menghidupkan dan mengatur nyala api las<br />2. Megetahui macam-macam kampuh<br />3. Dapat melakukan penyambungan logam dengan baik dan benar<br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;">BAB II. TINJAUAN PUSTAKA<br /></div><br />A. Pengelasan<br />Mengelas adalah salah satu cara menyambung dua bagian logam atau lebih dengan jalan memanaskan bagian logam yang akan disambung beserta bahan tambahnya (bila menggunakan) sampai cair kemudian keduanya dipadukan sehingga dapat bercampur satu dengan yang lain, dan setelah dingin sambungan kuat menyatu.<br /><br />Pengelasan dengan oksigen – asetilin adalah proses pengelasan secara<br />manual dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau<br />disambung sampai mencair oleh nyala gas asetilin melalui pembakaran C2H2<br />dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi.<br /><br />Proses penyambungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat tinggi sehingga<br />dapat mencairkan logam. untuk memperoleh nyala pembakaran yang baik perlu pengaturan campuran gas yang dibakar. Jika jumlah gas O2 di tambah maka akan.<br />dihasilkan suhu yang sangat tinggi, lebih tinggi dari pada suhu lebur baja<br />atau metal lainnya sehingga dalam waktu sekejap mampu mencairkan<br />logam tersebut yang cukup tebal.<br /><br />Pemakaian jenis las ini misalnya untuk keperluan pengelasan produksi, kerja lapangan dan reparasi. Umumnya las asetilin sangat baik untuk mengelas baja karbon, terutama yang berbentuk lembaran-lembaran dan pipa berdinding tipis. Pada umumnya semua jenis logam fero dan non fero dapat dilas dengan las jenis lain, baik dengan fluks maupun tanpa fluks.<br /><br />B. Peralatan Las Asetilin<br />Untuk dapat mengelas atau memotong ataupun memanfaatkan fungsinya dengan optimal dari proses las gas maka diperlukan peralatan yang dapat menunjang fungsi-fungsi itu. Secara umum, peralatan yang digunakan dalam gas ini adalah :<br />1. Tabung gas Oksigen dan tabung gas bahan bakar<br />Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu.<br /> Table1. Kode Warna Tabung Gas Untuk Berbagai Jenis Warna<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 1. Warna Tabung Gas<br /><br /><br />2. Katup silinder/tabung<br />Pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material baja.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 2. Katup Silinder<br /><br />3. Regulator<br />Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Bahkan jika tekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh regulator.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3. Regulator Tekanan Isi dan Tekanan Kerja<br />Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang<br /><br />4. Selang Gas<br />Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang gas. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan kode warna pada selang. Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam selang.<br /><br />Tablel 2. tanda-tanda keselamatan kerja<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />5. Torch<br />Gas dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch, tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas, toch memiliki dua fungsi yaitu :<br />- Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan baker<br />- Sebagai pembentuk nyala api di ujung nosel<br />a. Torch dapat dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut:<br />1) Menurut cara /jalannya gas masuk keruang pencampur dibedakan atas:<br />a) Injector torch (tekanan rendah) Pada torch jenis ini, tekanan gas bahan bakar selalu dibuat lebih rendah dari tekanan gas oksigen.<br />b) Equal pressure torch (torch bertekanan sama) pada torch ini, tekanan gas oksigen dan tekanan gas bahan bakar pada sisi saluran masuk sama besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang pencampur berlangsung dalam tekanan yang sama.<br /><br />2) Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas<br />a) Toch normal<br />b) Torch ringan/kecil<br /><br />3) Menurut jumlah saluran nyala api. Dibedakan atas<br />a) Torch nyala api tunggal<br />b) Torch nyala api jamak<br /><br />4) Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas<br />a) Torch untuk gas asetilen<br />b) Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain.<br /><br />5) Menurut aplikasi. Dibedakan atas<br />a) Torch manual<br />b) Torch otomatik/semi otomatik<br /><br /><br /><br />Gambar 4. Torch (pembakar)<br />6. Peralatan pengaman (safety)<br />Peralatan pengaman merupakan peralatan yang wajib digunakan untuk menjaga keselamatan dan keamanan pekrja dari bahaya yang akan mengancam keselamatan dan jiwa mereka. Ada banyak sekali peralatan yang wajib digunakan oleh pekerja diantaranya adlah sebagai berikut:<br />a. Pakaian/baju las<br />Pakaian las merupakan alat pengaman yang berfungsi untuk melindungi badan dari percikan terak dan bunga api pengelasan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 5. Pakaian Las dan Apron<br /><br />b. Sarungt tangan<br />Sarung tangan merpukan peralatan kerja las yang berfungsi untuk melindungi tangan dari panasnya api las dan untuk memegang benda kerja yang telah dilakukan pengelasan.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 6. Sarung Tangan<br /><br />c. Apron<br />Apron meruapakan alat keselamatan kerja yang berbentuk kain yang dipasang di dada yang berfungsi melindungi dada dan badan dari perciakan terak dan bunga api serta sinar api las yang akan membahayakan badan (organ dalam) pekerja.<br /><br />d. Sepatu las<br />Sepatu las merupakan peralatan pengaman yang sangat penting dalam keselamatan kerja karena dapat melindungi keki dari benda-benda tajam yang jatuh ataupun terinjak oleh kaki pekerja.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 7. Sepatu Las<br /><br />e. Kaca mata las<br />Kaca mat alas merupakan peralatn yang sangat penting karena alat tersebet berfungsi melindungi indra pegelihatan manusia yaitu mata dimana mata taktergantikan dan apabila sampai terjadi kecacatan maka peyesalanlah yang akan terjadi.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 8. kaca Mata Las<br /><br /><br />C. Teknik Pengelasan<br />Dalam mengelas sebaiknya pekerja atau operator mengetahui teknik dan cara pengelasan yang baik dan benar seperti mengetahui cara mengatur nyala api dan mengetahui macam- macam kampuh dalam pengelasan untuk mempermudah proses penyabungan dan memperkuat hasil sambungan.<br />1. Nyala Api<br />Nyala api adalah api yang keluar pada saat kita melakukan pengelasan, baik buruknya penyambugan maupun pemotongan itu sangat bergantung pada nyala api yang digunakan untuk aktivitas tersebut. Jika kita atur aliran gas oksigen dan asetilen maka kita akan dapati kualitas nyala api yang berbeda seperti:<br />a. Nyala Api Netral<br />Nayala pai netral merupakan ynala api dimana pencampuran gas oksegen dan asetilin bisa seimbang dan merata sehingga didapat nyala api yang putih dan tajam.<br /><br />Gambar 9. Nyala Api Netral<br />Kegunaan dari nyala api netral ini untuk heat treatment logam agar mengalami surface hardening. Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api kerucut antara tidak ada. Nyala api kerucut luar berwarna kuning.<br />b. Nyala Api Oksidasi<br />Nyala api oksidasi adalah keadaan dimana campuran gas oksigen lebih banyk dari pada gas asetilin sehingga nyala api akan cenderung kebiruan sehingga pemebakaran cenderung lama.<br /><br />Gamabr 10. nyala api oksidasi<br />Nyala api ini sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan. Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita kurangi aliran gas asetilen maka kita akan dapatkan nyala api oksigen lebih. Nyala apinya pendek dan berwarna ungu, nyala kerucut luarnya juga pendek.<br />c. Nyala Api Carburasi<br />Nyala api karburansi adalah keadaan dimana kandungan gas asetilin lebih banyak dari gas oksigen sehingga akan menghasilkan nyala api yang merah dan berasap.<br /><br /><br />Gambar 11. Nyala api netral<br />Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangi aliran gas oksigen. Nyala api menampakkan kerucut api dalam dan antara. Nyala api luar berwarna biru.<br />2. Kampuh las<br />kampuh las merupakan dasar dan bentuk landasan bahan pengisi yang akan merekatkan bagian satu dengan bagian yang lainnya sehingga terbentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ada beberapa macam kampuh las yang sering dan baik digunakan untuk penymbungan diantaranya adalah sebgai berikut:<br />a. Kampuh tepi<br />b. Kampuh i<br />c. Kampuh t<br />d. Kampuh v<br />e. Kampuh k<br />f. Kampuh x<br />g. Kampuh u<br /><br />Sebelum mengelas, perlu dipersiapkan bagian yang akan dilas agar diperoleh sambungan yang baik dan kuat. Bentuk kampuh disesuaikan dengan:<br />- tebal benda kerja<br />- posisi pengelasan<br />- bahan yang dilas<br />- kekuatan yang diinginkan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;">BAB III. PEMBAHASAN<br /></div><br /><br /><br />A. Prosedur<br />Dalam pengelsan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan diantanya adalah sebagai berikut:<br />1. Bahan dan alat<br />Bahan-bahan yang digunakan dalam praktek pengelasan asetilin ini diantaranya adalah:<br />a. Besi pipa diameter 20 mm<br />b. Besi plat 0.2 mm<br />c. Tang<br />d. Las asetilin<br />e. Kawat las (besi dan tembaga)<br /><br />2. Persipan pengaman<br />Dalam pengelasan harus selalu memperhatiakan keselamatan kerja, adapun peralatan keamanan yang kami gunakan pada waktu praktek pengelasan adalah sebgai berikut:<br />a. Kaca mat alas<br />b. Baju peraktek<br />c. Sarung tangan<br /><br />3. Pelaksanaan<br />Praktek pengelasan adlah suatu kegiatan dimana pekrja menyambung dua duah benda menjadi satu kesatuan untuk tujuan tertentu. Adapun kegiatan pelaksanan pengelasan adalah sebagai berikut:<br />a. Membuka penutup gas<br />Sebelum mengelas terlebih dahulu kita harus membuka tabung las agar gas bisa keluar pada selang penyalur yang akan disalurkan ke belender untuk diatur. Caranya adalah putar kunci kekiri dan baun pengunci kendor.<br /><br />b. Mengatur regulator<br />Setelah gas asetilin dan ksigen di buka maka atur pengeluaran gas, dengan cara memutar rgulator tekanan kerja. Atur regulat rtekanan kerja dengan tekanan 50 untuk oksigen dan 5 untuk asetilin.<br /><br />c. Menyalakan api las<br />Selanjutnya atur gas yang akan diapakai untuk menhasilkan api. Gas yang dikeluarkan pada blender akan menentukan api yang dihasilakan baik carbulasi, ksidasi, mapun netral semuanya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan.<br /><br />d. Memulai pengelasan<br />Setelah semuanya diatur dan api telah dinyalakan maka sambunglah benda kerja yang telh dipotong sesuai dengan operation plan (OP) yang telah dibuat. Adapun tahapan pembuatan serok adalah sebagi berikut:<br />1) Siapakan bahan yang akan dilas<br />2) Nyalakan api las sesuai kebutuhan<br />3) Lakukan pengelasan<br />4) Pertaman ikat dengan meniti-nitik dengan las plat pinggir serok yang telah diptong dengan alasnya<br />5) Setelah terikat las tik juga bagian belakang serok dengan rapi dan ikat pemegang serok dengan tik juga.<br />6) Setelah semuanya terikat rapihakan dengan mengelas ulang seluruh pinggir serok sampai benar-benar tertutup dan rapi<br />7) Untuk bagian pemegang las dengan mengunakan tembaga dengan cara panaskan benda kerja kemudian kawat tembaga yang akan di lelehakan dicelupakan terlebih dahulu pada borak supaya kawat temabga bisa menempel. Seteh di celupakan panaskan kawat diatas benda kerja sapai sambungan benda kerja tertutupi oleh tembaga.<br />8) Setelah semua tertutupi angkat bender las dan kecilkan gas oksigen selanutnya matikan gas asetilin<br />9) Pengelasan selesai rapihakan semua peralatan pada tempatnya semula.<br /><br />B. Hasil<br />Adapun hasil praktek las asetilin ini adalah mahasiswa manjadi mampu dan mengerti bagai mana cara mengelas yang baik dan benar dan mengenatahui tentang pentingnya menjaga keselamatan dan keamanan saat bekerjaa. Sertam mahasiswa telah berhasil membuat suatu produsk yang mungkin akan berguna untuk pekerjaan yang lain di bengkel tempat praktek tersebut.<br /><br />Gamabr 12. Gamabar Serok Untuk Pengambilan Beram<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;">BAB IV. KESIMPULAN<br /><br /><br /></div><br />Dari hasil praktek diatas dapat saya simpulakan bahwa pengelsan dengan menggunakan las asetilin dapat lebih cepat dibandingkan dengan mengunakan system pemansaan kayu. System pemanasan kayu menghasilkan smabungan yang kurang kuat dan lebih lemah dibandingkan dengan mengunakan gas.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-35527693055940152262009-09-28T19:23:00.000-07:002009-12-15T06:47:08.140-08:00Pengelasan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX1pmVMWuq24hfwfu7tepeJ6ko2jZc-bYe_YIUtBL0JJoSUYH5qO84UDQ-FyESf8Pbu3Pm7lfUgL_zzlXwuVTL-rDGLcZiEqoZjsxJcNqMpOkeiJz_q2AhHeCnnVUGgHyxrEUWv_a4cWs/s1600-h/MMAW.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 220px; height: 219px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiX1pmVMWuq24hfwfu7tepeJ6ko2jZc-bYe_YIUtBL0JJoSUYH5qO84UDQ-FyESf8Pbu3Pm7lfUgL_zzlXwuVTL-rDGLcZiEqoZjsxJcNqMpOkeiJz_q2AhHeCnnVUGgHyxrEUWv_a4cWs/s400/MMAW.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5415474162536249154" border="0" /></a><br /><div style="text-align: center;">BAB I. PENDAHULUAN<br /></div><br /><br /><br />A. Latar Belakang<br />Penyanmbuangn logam sudah ada sejak 5000 th yang lalu, orang sudah dapat melakukan penyambungan logam dengan cara memanasi dua buah logam tersebut sampai suhu kritis kemudian keduanya ditumpangkan dan setelah itu dipalu yang akhirnya membentuk ikatan yang kuat.<br />Api pemanasnya untuk penymbungan diperoleh dari pembakaran kayu atau arang kayu. Dapat dibayangkan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang dapat memasakan logam sampai suhu kritis. tentu cara semacam ini tidaklah efektif untuk digunakan dalam pengerjaan pengelasan yang sangat banyak dan berfariasi.<br />Seiring dengan kemajun jaman dan perkembangan teknologi penyambungan degan mengunakan api dari kayu tidak digunakan lagi karena kurang efektif dan efisien dan telah ditemukan bahan pembakar yang jauh lebih mudah dan sederana yaitu dengan mengunakan gas da telah terbukti bahwa proses penmbungan dengan mengunakan gas lebih efektif dan efisien.<br /><br />B. Tujuan<br />Adapun tujuan di laksanakannya praktek pengelasan ini adalah agar mahasiswa:<br />1. Dapat menghidupkan dan mengatur nyala api las<br />2. Megetahui macam-macam kampuh<br />3. Dapat melakukan penyambungan logam dengan baik dan benar<br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center;">BAB II. TINJAUAN PUSTAKA<br /></div><br />A. Pengelasan<br />Mengelas adalah salah satu cara menyambung dua bagian logam atau lebih dengan jalan memanaskan bagian logam yang akan disambung beserta bahan tambahnya (bila menggunakan) sampai cair kemudian keduanya dipadukan sehingga dapat bercampur satu dengan yang lain, dan setelah dingin sambungan kuat menyatu.<br /><br />Pengelasan dengan oksigen – asetilin adalah proses pengelasan secara<br />manual dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau<br />disambung sampai mencair oleh nyala gas asetilin melalui pembakaran C2H2<br />dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi.<br /><br />Proses penyambungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat tinggi sehingga<br />dapat mencairkan logam. untuk memperoleh nyala pembakaran yang baik perlu pengaturan campuran gas yang dibakar. Jika jumlah gas O2 di tambah maka akan.<br />dihasilkan suhu yang sangat tinggi, lebih tinggi dari pada suhu lebur baja<br />atau metal lainnya sehingga dalam waktu sekejap mampu mencairkan<br />logam tersebut yang cukup tebal.<br /><br />Pemakaian jenis las ini misalnya untuk keperluan pengelasan produksi, kerja lapangan dan reparasi. Umumnya las asetilin sangat baik untuk mengelas baja karbon, terutama yang berbentuk lembaran-lembaran dan pipa berdinding tipis. Pada umumnya semua jenis logam fero dan non fero dapat dilas dengan las jenis lain, baik dengan fluks maupun tanpa fluks.<br /><br />B. Peralatan Las Asetilin<br />Untuk dapat mengelas atau memotong ataupun memanfaatkan fungsinya dengan optimal dari proses las gas maka diperlukan peralatan yang dapat menunjang fungsi-fungsi itu. Secara umum, peralatan yang digunakan dalam gas ini adalah :<br />1. Tabung gas Oksigen dan tabung gas bahan bakar<br />Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu.<br />Table1. Kode Warna Tabung Gas Untuk Berbagai Jenis Warna<br /><br />Gambar 1. Warna Tabung Gas<br /><br /><br />2. Katup silinder/tabung<br />Pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material baja.<br /><br />Gambar 2. Katup Silinder<br /><br />3. Regulator<br />Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Bahkan jika tekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh regulator.<br /><br /><br />Gambar 3. Regulator Tekanan Isi dan Tekanan Kerja<br />Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang<br /><br />4. Selang Gas<br />Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang gas. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan kode warna pada selang. Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam selang.<br /><br />Tablel 2. tanda-tanda keselamatan kerja<br /><br /><br />5. Torch<br />Gas dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch, tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas, toch memiliki dua fungsi yaitu :<br />- Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan baker<br />- Sebagai pembentuk nyala api di ujung nosel<br />a. Torch dapat dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut:<br />1) Menurut cara /jalannya gas masuk keruang pencampur dibedakan atas:<br />a) Injector torch (tekanan rendah) Pada torch jenis ini, tekanan gas bahan bakar selalu dibuat lebih rendah dari tekanan gas oksigen.<br />b) Equal pressure torch (torch bertekanan sama) pada torch ini, tekanan gas oksigen dan tekanan gas bahan bakar pada sisi saluran masuk sama besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang pencampur berlangsung dalam tekanan yang sama.<br /><br />2) Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas<br />a) Toch normal<br />b) Torch ringan/kecil<br /><br />3) Menurut jumlah saluran nyala api. Dibedakan atas<br />a) Torch nyala api tunggal<br />b) Torch nyala api jamak<br /><br />4) Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas<br />a) Torch untuk gas asetilen<br />b) Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain.<br /><br />5) Menurut aplikasi. Dibedakan atas<br />a) Torch manual<br />b) Torch otomatik/semi otomatik<br /><br /><br /><br />Gambar 4. Torch (pembakar)<br />6. Peralatan pengaman (safety)<br />Peralatan pengaman merupakan peralatan yang wajib digunakan untuk menjaga keselamatan dan keamanan pekrja dari bahaya yang akan mengancam keselamatan dan jiwa mereka. Ada banyak sekali peralatan yang wajib digunakan oleh pekerja diantaranya adlah sebagai berikut:<br />a. Pakaian/baju las<br />Pakaian las merupakan alat pengaman yang berfungsi untuk melindungi badan dari percikan terak dan bunga api pengelasan.<br /><br />Gambar 5. Pakaian Las dan Apron<br /><br />b. Sarungt tangan<br />Sarung tangan merpukan peralatan kerja las yang berfungsi untuk melindungi tangan dari panasnya api las dan untuk memegang benda kerja yang telah dilakukan pengelasan.<br /><br /><br />Gambar 6. Sarung Tangan<br /><br />c. Apron<br />Apron meruapakan alat keselamatan kerja yang berbentuk kain yang dipasang di dada yang berfungsi melindungi dada dan badan dari perciakan terak dan bunga api serta sinar api las yang akan membahayakan badan (organ dalam) pekerja.<br /><br />d. Sepatu las<br />Sepatu las merupakan peralatan pengaman yang sangat penting dalam keselamatan kerja karena dapat melindungi keki dari benda-benda tajam yang jatuh ataupun terinjak oleh kaki pekerja.<br /><br /><br />Gambar 7. Sepatu Las<br /><br />e. Kaca mata las<br />Kaca mat alas merupakan peralatn yang sangat penting karena alat tersebet berfungsi melindungi indra pegelihatan manusia yaitu mata dimana mata taktergantikan dan apabila sampai terjadi kecacatan maka peyesalanlah yang akan terjadi.<br /><br />Gambar 8. kaca Mata Las<br /><br /><br />C. Teknik Pengelasan<br />Dalam mengelas sebaiknya pekerja atau operator mengetahui teknik dan cara pengelasan yang baik dan benar seperti mengetahui cara mengatur nyala api dan mengetahui macam- macam kampuh dalam pengelasan untuk mempermudah proses penyabungan dan memperkuat hasil sambungan.<br />1. Nyala Api<br />Nyala api adalah api yang keluar pada saat kita melakukan pengelasan, baik buruknya penyambugan maupun pemotongan itu sangat bergantung pada nyala api yang digunakan untuk aktivitas tersebut. Jika kita atur aliran gas oksigen dan asetilen maka kita akan dapati kualitas nyala api yang berbeda seperti:<br />a. Nyala Api Netral<br />Nayala pai netral merupakan ynala api dimana pencampuran gas oksegen dan asetilin bisa seimbang dan merata sehingga didapat nyala api yang putih dan tajam.<br /><br />Gambar 9. Nyala Api Netral<br />Kegunaan dari nyala api netral ini untuk heat treatment logam agar mengalami surface hardening. Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api kerucut antara tidak ada. Nyala api kerucut luar berwarna kuning.<br />b. Nyala Api Oksidasi<br />Nyala api oksidasi adalah keadaan dimana campuran gas oksigen lebih banyk dari pada gas asetilin sehingga nyala api akan cenderung kebiruan sehingga pemebakaran cenderung lama.<br /><br />Gamabr 10. nyala api oksidasi<br />Nyala api ini sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan. Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita kurangi aliran gas asetilen maka kita akan dapatkan nyala api oksigen lebih. Nyala apinya pendek dan berwarna ungu, nyala kerucut luarnya juga pendek.<br />c. Nyala Api Carburasi<br />Nyala api karburansi adalah keadaan dimana kandungan gas asetilin lebih banyak dari gas oksigen sehingga akan menghasilkan nyala api yang merah dan berasap.<br /><br /><br />Gambar 11. Nyala api netral<br />Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangi aliran gas oksigen. Nyala api menampakkan kerucut api dalam dan antara. Nyala api luar berwarna biru.<br />2. Kampuh las<br />kampuh las merupakan dasar dan bentuk landasan bahan pengisi yang akan merekatkan bagian satu dengan bagian yang lainnya sehingga terbentuk satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ada beberapa macam kampuh las yang sering dan baik digunakan untuk penymbungan diantaranya adalah sebgai berikut:<br />a. Kampuh tepi<br />b. Kampuh i<br />c. Kampuh t<br />d. Kampuh v<br />e. Kampuh k<br />f. Kampuh x<br />g. Kampuh u<br /><br />Sebelum mengelas, perlu dipersiapkan bagian yang akan dilas agar diperoleh sambungan yang baik dan kuat. Bentuk kampuh disesuaikan dengan:<br />- tebal benda kerja<br />- posisi pengelasan<br />- bahan yang dilas<br />- kekuatan yang diinginkan<br /><br /><br /><div style="text-align: center;">BAB III. PEMBAHASAN<br /></div><br />A. Prosedur<br />Dalam pengelsan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan diantanya adalah sebagai berikut:<br />1. Bahan dan alat<br />Bahan-bahan yang digunakan dalam praktek pengelasan asetilin ini diantaranya adalah:<br />a. Besi pipa diameter 20 mm<br />b. Besi plat 0.2 mm<br />c. Tang<br />d. Las asetilin<br />e. Kawat las (besi dan tembaga)<br /><br />2. Persipan pengaman<br />Dalam pengelasan harus selalu memperhatiakan keselamatan kerja, adapun peralatan keamanan yang kami gunakan pada waktu praktek pengelasan adalah sebgai berikut:<br />a. Kaca mat alas<br />b. Baju peraktek<br />c. Sarung tangan<br /><br />3. Pelaksanaan<br />Praktek pengelasan adlah suatu kegiatan dimana pekrja menyambung dua duah benda menjadi satu kesatuan untuk tujuan tertentu. Adapun kegiatan pelaksanan pengelasan adalah sebagai berikut:<br />a. Membuka penutup gas<br />Sebelum mengelas terlebih dahulu kita harus membuka tabung las agar gas bisa keluar pada selang penyalur yang akan disalurkan ke belender untuk diatur. Caranya adalah putar kunci kekiri dan baun pengunci kendor.<br /><br />b. Mengatur regulator<br />Setelah gas asetilin dan ksigen di buka maka atur pengeluaran gas, dengan cara memutar rgulator tekanan kerja. Atur regulat rtekanan kerja dengan tekanan 50 untuk oksigen dan 5 untuk asetilin.<br /><br />c. Menyalakan api las<br />Selanjutnya atur gas yang akan diapakai untuk menhasilkan api. Gas yang dikeluarkan pada blender akan menentukan api yang dihasilakan baik carbulasi, ksidasi, mapun netral semuanya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan.<br /><br />d. Memulai pengelasan<br />Setelah semuanya diatur dan api telah dinyalakan maka sambunglah benda kerja yang telh dipotong sesuai dengan operation plan (OP) yang telah dibuat. Adapun tahapan pembuatan serok adalah sebagi berikut:<br />1) Siapakan bahan yang akan dilas<br />2) Nyalakan api las sesuai kebutuhan<br />3) Lakukan pengelasan<br />4) Pertaman ikat dengan meniti-nitik dengan las plat pinggir serok yang telah diptong dengan alasnya<br />5) Setelah terikat las tik juga bagian belakang serok dengan rapi dan ikat pemegang serok dengan tik juga.<br />6) Setelah semuanya terikat rapihakan dengan mengelas ulang seluruh pinggir serok sampai benar-benar tertutup dan rapi<br />7) Untuk bagian pemegang las dengan mengunakan tembaga dengan cara panaskan benda kerja kemudian kawat tembaga yang akan di lelehakan dicelupakan terlebih dahulu pada borak supaya kawat temabga bisa menempel. Seteh di celupakan panaskan kawat diatas benda kerja sapai sambungan benda kerja tertutupi oleh tembaga.<br />8) Setelah semua tertutupi angkat bender las dan kecilkan gas oksigen selanutnya matikan gas asetilin<br />9) Pengelasan selesai rapihakan semua peralatan pada tempatnya semula.<br /><br />B. Hasil<br />Adapun hasil praktek las asetilin ini adalah mahasiswa manjadi mampu dan mengerti bagai mana cara mengelas yang baik dan benar dan mengenatahui tentang pentingnya menjaga keselamatan dan keamanan saat bekerjaa. Sertam mahasiswa telah berhasil membuat suatu produsk yang mungkin akan berguna untuk pekerjaan yang lain di bengkel tempat praktek tersebut.<br /><br />Gamabr 12. Gamabar Serok Untuk Pengambilan Beram<br /><br /><br /><div style="text-align: center;">BAB IV. KESIMPULAN<br /></div><br />Dari hasil praktek diatas dapat saya simpulakan bahwa pengelsan dengan menggunakan las asetilin dapat lebih cepat dibandingkan dengan mengunakan system pemansaan kayu. System pemanasan kayu menghasilkan smabungan yang kurang kuat dan lebih lemah dibandingkan dengan mengunakan gas.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-8341537251956688412009-09-18T17:41:00.000-07:002009-09-18T17:46:09.143-07:00LAPORAN MAGANG INDUSTRI<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"> PEMBUATAN TUNGKU PENGERING ABC<br />DI BALAI BESAR PADI SUKAMANDI SUBANG<br /><br /><br />LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN<br /><br /><br /><br /><br />Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Persyaratan Penyelesaian Praktik Kerja Lapangan Pendidikan Diploma 4 Manajemen Agroindustri<br />Bidang Peminatan Rancangbangun Peralatan Pertanian<br /><br /><br /><br /><br /><br />Disususn Oleh:<br /><br />SAEPUDIN<br />K4060608<br /></div><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center;">MANAJEMEN AGROINDUSTRI<br /> PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) PERTANIAN CIANJUR<br />Kerjasama Dengan<br />POLITEKNIK NEGERI JEMBER<br />2008<br /></div><br /><br /><br /><div style="text-align: center;">KATA PENGANTAR<br /><br /></div><br />Puji syukur kami panjatkan kahadirat ALLOH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidaya-Nya sihingga penulis dapat menyelesaika laporan ini dengan baik tanpa hambatan apapun.<br /><br />Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Subang, Jawa Barat, sekitar 20 KM dari Cikampek kearah Cirebon, yang dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan September 2007 sampai dengan bulan Februari 2008. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:<br /><br />1. Drs. Dedy H karwan, MM, Selaku Kepala Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian Cianjur.<br />2. Ir Anton Sugiri, MP. Selaku Kepala Program Diploma 4 VEDCA.<br />3. Ir. Asmuji, MM Selaku Direktur Politeknik Negeri Jember.<br />4. Drs. Hasil Sembiring, selaku Kepala Balai Besar Padi Sukamandi.<br />5. P. Edi Siswanto, S. Sos., selaku Penanggung Jawab Jurusan Rancangbangun Peralatan Pertanian.<br />6. Ir. Nurdi Ibnu Wibowo, MP., selaku Pembimbing II.<br />7. Ir. Sutrisno, MS., selaku Pembimbing I.<br />8. Seluruh keluarga yang mendukung penuh dalam penyusunan laporan ini.<br />9. Semua pihak yang telah mendukung penyusunan laporan ini baik secara materil maupun moril.<br /><br />Penulis berharap semoga amal dan ibadah semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan PKL ini diterima oleh ALLOH SWT, amin. Manun demikian penulis masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan penulis. Dengan demikian penulis menerima serta mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun atas kekurangan tersebut, sehingga penulis bisa belajar dari kesalahan tersebut demi menuju kesempurnaan. Kurang dan lebihnya penulis minta maaf yang sebesar-besarnya khususnya bagi pembaca yang budiman pada umumnya.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Subang. 22 Februari 2008<br /> <br /><br /> Penulis<br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center;">BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /></div><br />A. Latar Belakang<br /> <br />Praktik kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu program D4 VEDCA join program Politeknik Negri Jember yang dilaksanakan di luar kampus pada tingkat II selama 10 bulan dan setiap akhir PKL setiap mahasiswa wajib membuat laporan hasil PKL tersebut.<br /><br />Dengan adanya kegiatan PKL tersebut diharapkan mahasiswa akan lebih terampil dan profesional serta mempunyai kompetensi sesuai tuntutan dunia kerja. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu diadakan penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang memudahkan keahlian profesi dan akademis yang serasi antara pendidikan di kampus dengan pengalaman kerja di industri.<br /><br />Praktik kerja lapangan merupakan salah satu sarana untuk mengetahui dan mengenal lebih jauh tenang mesin pengering padi (box dryer) karena seperti yang kita tahu bahwa pengolahan pasca panen padi sangat mendukung stabilitas ekonomi rakyat Indonesia dan faktor penghalang petani dalam penanganan hasil panen pada musim hujan adalah kebutuhan luas lahan yang memadai untuk pengeringan dan ketergantungan pengeringan pada cuaca. Sementara itu, padi harus bisa kering siap simpan/giling kurang dari enam hari untuk menghindari kerusakan gabah.<br /><br />Untuk mengatasi masalah tersebut, telah ada temuan paket teknologi pengeringan gabah menggunakan ruang pengering dengan tungku berbahan bakar sekam yang dapat mengeringkan gabah dengan cepat dan menghasilkan mutu serta rendemen beras giling yang meningkat dibandingkan dengan penjemuran.<br /><br />B. Tujuan PKL (Praktik Kerja Lapangan)<br /> <br />Adapun tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah agar mahasiswa:<br />1. Mengetahui proses produksi alat tungku pengering (Box dryer)<br />2. Memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang nyata tentang produksi Box dryer.<br />3. Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah tahun pertama.<br />4. Dapat memenuhi persyaratan akademik dalam menempuh pendidikan Diploma 4 VEDCA Agribisnis Pertanian Managemen Agroindusri kerja sama antara PPPPTK (Pusat Pengemangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) Pertanian Cianjur dengan Politeknik Negri Jember.<br /><br />C. Sasaran<br /> <br />Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di dunia industri adalah meningkatkan pengeahuan dan keterampilan mahasiswa dengan ilmu dan pengalaman langsung mengenai produksi alat mesin pertanian ( mulai dari membaca gambar, praktik bengkel, teknik teknologi penyambungan, kerja mesin dan produksi rancangbangun alat). Melalui kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat dibangku kuliah dengan praktik langsung di lapangan.<br /><br />Dengan demikian akan meningkatkan pola pikir mahasiswa dalam pengembangan gagasan yang dapat membantu baik di dalam meningkatkan kualitas, produktivitas maupun kinerja dalam suatu kegiatan produksi alat mesin. Selain itu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari mahasiswa maka akan terjadi pula peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) yang akan menciptakan calon-calon profesional dalam bidang teknologi alat mesin pertanian yang akan menunjang pengembangan permesinan di Indonesia khusunya.<br /><br /><br /><br />BAB II<br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />A. Hakekat Tungku Pengering<br /><br />Perbaikan budidaya tanaman padi di lahan pasang surut yang sampai saat ini terus terpacu, mengakibatkan meningkatnya produksi gabah per ha di beberapa wilayah seperti Delta Telang, Delta Saleh, Karang Ulu, Delta Upang dan Air Sugihan. Dilain pihak penanganan panen dan pasca panen belum mendapatkan sentuhan yang berarti. Kesenjangan ini mengakibatkan terciptanya kondisi kontra produktif, sehingga hasil yang dicapai tidak dapat dimamfaatkan secara maksimal. Penanganan pasca panen padi secara tradisisonal yang diwarnai kurangnya tenaga kerja, menyebabkan waktu yang diperlukan untuk panen, perontokan dan penjemuran padi menjadi sangat panjang. Penurunan mutu beras giling sehingga harganya rendah tidak dapat dielakan lagi.<br /><br /> Dengan semakin maraknya merk beras inpor di pasar-pasar domestik di Indonesia, ternyata beras produksi dalam negeri mempunyai daya saing yang sangat rendah dibandingkan dengan beras ixport misalnya Vietnam, beras kita mempunyai mutu yang sangat rendah tetapi harganya lebih tinggi. Oleh karena itu agar beras produksi dalam negeri mampu bersaing di pasar global, maka mutu dan efisiensinya harus ditingkatkan. Salah satu dari kegiatan pasca panen yang perlu diperbaiki untuk mencapai tujuan di atas yaitu proses pengeringan. Dengan menggunakan teknologi pengeringan buatan (tungku pengering), maka mutu dan rendemen beras giling akan meningkat dibandingkan dengan penjemuran. Beberapa tungku pengering buatan yang telah dibuat adalah sebagai berikut:<br /><br /><br />1. Tungku Pengering ABC<br /><br />Tungku pengering ABC merupakan suatu teknologi pengeringan dengan menggunakan bahan bakar sekam. Nama tungku sekam ABC itu sendiri diambil dari nama unsur-unsur pemanas dan pemasak yang menggunakan bahan bakar sekam. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu heat exchanger tungku pengering bahan bakar sekam (BBS) APESSI, Stuktur tungku yang terpisah dari plenum dari mesin pengering BBS Bimasakti, dan tungku pengolah tahu dari pabrik milik petani di Cilamaya.<br /><br /> Tujuan pengeringan adalah menurunkan kadar air sampai kadar tertentu sehingga rendemen dan mutunya tinggi, dengan proses penghembusan udara panas oleh blower keruang plenum sehingga terciptalah udara panas yang akan mengeringkan gabah. Adapun bagian-bagian tungku sekam ABC adalah sebagai berikut:<br />a. Motor 7.2 PK/PS<br />b. Blower aksial<br />c. Tutup cerobong asap<br />d. Cerobong asap<br />e. Dinding cerobong asap<br />f. Nako<br />g. Tungku<br />h. Pintu Tungku<br />i. Rumah tungku<br />j. Saluran penghubung tungku dan plenum<br />k. Outlet<br />l. Roda<br />Pengering Model ABC mempunyai beberapa komponen pembantu yang masing-masing komponen mempunyai peranan penting dalam proses pengeringan, komponen tersebut yaitu ruang pengering dan flow meter.<br /><br />a. Ruang Pengering<br /><br />Ruang pengering berbentuk bak dengan kapasitas 3 ton dengan ukuran panjang 4 m. Lebar 3 m. dan tinggi 1,1m. Ketinggian ruang pengering dibagi dua bagian yaitu, 0,5 m untuk ruang plenum (ruang kosong) dan 0,1 m untuk pengaman gabah supaya tidak tumpah. Ukuran bak pengering diambil dari densitas gabah, densitas gabah yaitu berat gabah/volume. Jadi apabila berat gabah 3 ton (3000 kg) maka diperlukan ruang sebesar 6 m3, dan apabila menginginkan pengeringan dalam pengringan dengan kapasitas besar dapat diukur dari densitas tadi. Ruang pengisian tidak boleh lebih dari 0,5 m supaya tidak perlu dibolak-balik karena itu apabila pengisian melebihi ukuran tarsebut dan gabah tidak dibolak-balik maka gabah akan kering sebelah bahkan bagian bawah gabah akan gosong.<br /><br />Ruang plenum (ruang kosong) dan ruang pengering dibatasi oleh plat lubang dengan diameter 2,2 mm. Ukuran ruang plenum adalah setengah dari ukuran ruang pengisian.<br /><br />1) Prinsip Kerja<br /><br />Prinsip kerja ruang pengering adalah menampung udara panas yang disalurkan oleh blower ke dalam ruang palenum dan menyalurkannya keruang pengisian.<br /><br /><br />2) Bagian-Bagian Ruang Pengering<br />a) Pintu unloading<br />b) Tangga<br />c) Plat poros<br />d) Ruang plenum<br />e) Termometer jarum<br /><br />b. Flow Meter<br /><br />Flow meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara yang menembus gabah, sehingga operator dapat dengan mudah melakukan pangaturan suhu pengeringan.<br /><br />1) Prinsip Kerja Flow Meter<br /><br />Mengukur tekanan udara panas yang keluar dari atas gabah yang menyebabkan naiknya palampung pada pengukur tekanan, sehingga diketahui besarnya tekanan udara yang keluar dari atas gabah.<br /><br />2) Bagian-Bagian Flow Meter<br />a) Plat stainless<br />b) Fiber<br />c) Corong<br />d) Senar<br />e) Palampung<br />f) Plat strip<br /><br />c. Menurut Sutrisno (Sutrisno et al., 1999) tungku pengering ABC mempunyai banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan mesin pengering berbahan bakar minyak, diantaranya adalah sebagai berikut:<br />1) Dapat menghemat BBM karena udara panas yang dihasilkan merupakan hasil pembakaran sekam.<br />2) Bahan sekam tidak akan menghasilkan bau minyak karena udara panas yang dihembuskan berasal dari pembakaran sekam.<br />3) Beras yang dikeringkan dengan mengunakan tungku pengering ABC berbahan bakar sekam telah teruji mempunyai rendemen dan mutu yang tinggi dibandingkan dengan beras jemuran.<br />4) Dapat digunakan pada waktu dan cuaca buruk sekalipun.<br />5) Suhu dan kadar air dapat diatur sesuai keinginan.<br /><br />2. Tungku Gama<br /><br />Tungku gama adalah suatu teknologi pengeringan gabah yang menggunakan ruang pengering dengan tungku berbahan bakar sekam yang di dalamnya terdapat gas panas yang dapat mengalir melewati susunan rak gabah (kontak langsung).<br />Aliran gas panas itu berlangsung secara alami karena disedot oleh efek tarikan cerobong. Proses pengeringannya berlangsung secara terus-menerus sehingga dengan cepat gabah dapat mencapai tingkat kekeringan yang sesuai dengan keinginan.<br /><br /><br /><br />a. Menurut Sutrisno (Suara Merdeka 13 April 2004) tungku pengering gama mempunyai banyak sekali kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:<br />1) Sistem pengeringan gabah berbahan bakar sekam ini memamfaatkan tarikan cerobong sehingga tidak perlu blower listrik, sehingga dapat dibuat di daerah terpencil yang tidak ada listrik sekalipun. Hanya perlu sedikit latihan untuk mengoprasikan pengering itu secara optimal.<br />2) Berdasarkan penelitian, pengaruh pengeringan dengan pengasapan gas panas sensorik yang dihasilkan tidak terdeteksi dan bahkan mulai tampak indikasi pengaruh positif gas panas pada tingkat keawetan selama penyimpanan.<br />3) Pada kondisi lingkungan kurang ideal, pengeringan gabah hingga kering siap giling/simpan memerlukan waktu dua hari untuk tiap kali pengeringan.<br />4) Proses pembakaran dalam tungku tersebut hampir sempurna, gas buang berkadar CO di bawah 2% tanpa warna dan tidak berbau.<br /><br />b. Menurut Saepudin (Mahasiswa VEDCA Cianjur) tungku pengering merupakan suatu teknologi pengeringan buatan yang sangat efektif apabila diterapkan di masyarakat, karena sistem pengeringan dengan tungku sekam tidak begitu membutuhkan tenaga dan waktu yang lama juga dapat meningkatkan mutu dan rendemen gabah. Pengering dengan tungku ini juga dapat menjadi peluang usaha yang baik dalam bisnis pengeringaan dan hanya perlu sedikit latihan untuk mengoprasikannya.<br /><br /><br /><br /><br />B. Pemecahan Masalah Yang Pernah Dilakukan<br /><br />1. Masalah Proses Pengeringan dan Pemecahanya<br />Dalam proses pengeringan kadang timbul masalah yang sering terjadi pada waktu pengoprasian tungku pengering. Beberapa masalah yang sering timbul diantaranya adalah sebagai berikut :<br /><br />a. Gabah gosong<br />Gabah gosong merupakan suatu kejadian yang mungkin akan terjadi apabila kita tidak jeli dan selektif pada saat melakukan pengeringan.<br /><br />1) Identifikasi Masalah<br />Beberapa faktor penyebab terjadinya masalah di atas adalah sebagai berikut:<br /><br />a) Suhu Pengeringan Terlalu Tinggi<br />Suhu pengeringan sangat berpengaruh terhadap hasil pengeringan itu sendiri, oleh karena itu suhu pengeringan tidak boleh melebihi 40 oC untuk benih dan 45 oC untuk konsumsi karena apabila suhu pengeringan lebih dari 45 oC maka gabah yang dikeringkan bisa gosong atau beras yang digiling akan hancur.<br /> <br />b) Matinya Aliran Listrik<br />Matinya aliran listrik akan menyebabkan tidak berputarnya blower (yang menggunakan motor listrik), sehingga tidak tersalurkannya udara panas hasil pembakaran, akibatnya udara panas yang ada dalam ruang plenum tidak naik dengan sempurna, sehingga terjadi penumpukan udara panas pada gabah lapisan bawah yang dapat mengakibatkan gabah lapisan bawah menjadi gosong. <br /><br />c) Lapisan Gabah Terlalu Tebal<br />Lapisan gabah yang terlalu tebal dapat mengakibatkan terjadinya gabah yang gosong, dikarenakan udara panas tidak dapat menembus gabah lebih dari 50 cm dengn sempurna, yang akan mengakibatkan gosongnya gabah bagian bawah dan tidak tercapainya kadar air yang diharapkan.<br /><br />2) Pemecahan Masalah<br />Gabah gosong bisa diantisipasi apabila operator mau lebih sabar dan teliti dalam melaksanakan pengeringan, karena biasanya kelalaian operator dalam mentaati prosedurlah yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut. Cara mengantisipasi terjadinya gabah gosong adalah sebagai berikut:<br />a) Perahatikan suhu pengeringan dengan melihat termometer jarum yang terpasang di samping tungku.<br />b) Jangan meninggalkan gabah yang sedang dikeringkan.<br />c) Apabila listrik mati segera buka tutup rumah tungku untuk mengeluarkan udara panas yang tidak tersalurkan ke plenum. <br />d) Apabila suhu terlalu tinggi segera rubah kecepatan mesin. <br /><br />b. Terjadinya Kebakaran<br />Kebakaran, dari namanya mungkin kita sudah merinding mendengarnya, karena dalam pengeringan padi bisa saja terjadi, bahkan sangat disayangkan sekali apabila gabah yang sedang kita keringkan terbakar dengan tempat pengeringannya, karena itu sangat jauh dari harapan kita. Harapan kita ingin mendapatkan keutungan dan mutu besas yang tinggi dari pengeringan buatan tersebut, tapi malah mendapatkan musibah.<br /><br />1) Identifikasi Masalah<br />Beberapa sebab terjadinya kebakaran dalam pengeringan gabah diantaranya adalah sebagai berikkut:<br /><br />a) Matinya Aliran Listrik<br />Matinya aliran listrik juga dapat menyebabkan tidak berjalannya blower, yang mengakibatkan udara panas tidak tersalurkan ke bak pengering dan apabila udara panas itu tidak tersalurkan ke dalam ruang plenum oleh blower maka api akan naik ke cerobong yang mengakibatkan terjadinya kebakaran.<br /><br />b) Operator Yang Ceroboh<br />Operator adalah orang yang sangat berperan penting dalam proses pengeringan karena baik buruknya pengeringan itu diteuntukan oleh operator, kecerobohan operator bisa berakibat fatal, karena bukan hanya gabah yang gosong yang akan terjadi bahkan pabrik/ ruangan tempat pengeringan bisa terbakar.<br /><br />2) Pemecahan Masalah<br />Kebakaran merupakan suatu tragedi yang tidak ada satu orang pun yang mengharapkannya, akan tapi itu bisa terjadi apabila ada kelalaian dalam pengeringan gabah. Cara mengantisipasi terjadinya kebakaran pada waktu pengeringan adalah sebagai berikut:<br />a) Jangan meninggalkan tempat pengeringan pada waktu proses pengeringan<br />b) Buka pintu rumah tungku apabila aliran listrik mati<br />c) Bersikap teliti dan laksanakan prosedur pengeringan yang telah diteuntukan.<br /><br />c. Beras Giling Yang Hancur<br />Beras giling yang hancur bukanlah impian kita akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa beras giling yang kita keringkan dengan mesin pengering bisa hancur tanpa beras kepala.<br /><br />1) Identifikasi Masalah<br />Beberapa penyebab terjadinya beras giling yang hancur, diantaranya adalah sebagai berikut:<br /><br />a) Pengeringan Yang Terlalu Cepat<br />Pengeringan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan pecahnya beras dalam gabah dikarenakan minimalnya kadar air yang tersisa dalam gabah, akibatnya ketika gabah digiling maka beras kepala akan jauh lebih sedikit dibandingkan beras patahan.<br /><br />b) Api Yang Terlalu Besar<br />Api yang sedang, akan menghasilkan mutu beras yang baik dibandingkan dengan pengeringan yang menggunakan api yang besar, karena semakin lama pengeringan maka mutu beras yang dihasilkan akan semakin baik.<br /><br />2. Pemecahan Masalah<br />Beras giling hancur atau pecah pada waktu pengilingan padi merupakan masalah yang sudah tidak asing lagi di dalam pengeringan, karena penanganan pengeringan yang kurang baik dan operator yang tidak mentaati prosedur pengeringan. Cara mengantisipasi terjadinya beras pecah adalah sebagai beikut:<br />a) Jangan melakukan pengeringan dengan api yang teralu besar.<br />b) Usahakan pengeringan jangan sampai kurang dari 9 jam.<br />c) Suhu pengeringan tidak boleh lebih dari 40 oC untuk benih dan 45 oC untuk konsumsi.<br />d) Pengeringan yang lebih lama akan lebih meningkatkan kualitas beras.<br /><br /><br /><br />BAB III<br />METODE PELAKSANAAN<br /><br />A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan<br /><br />Pelaksanaan PKL (Praktik Kerja Lapangan) dimulai pada tanggal 17 September 2007 s/d 22 Februari 2008. Kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) dilakanakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) yang beralamat di Jl. Raya 9 Sukamandi, Subang 41256 Jawa Barat. Dengan NO Telepone (0260) 520157, Fax: (0260) 520158, E-mail : balitpa@telkom.net. Kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) dilaksanakan setiap hari kerja yaitu Senin sampai Jum’at, istirahat 12.00-13.00. Pelaksanaan PKL di Balai Besar Penelitian Padi tepatnya di Laboratorium Makanisasi meliputi membaca gambar, praktik bengkel, teknik teknologi penyambungan, kerja mesin dan produksi, rancangbangun alat.<br /><br />B. Metode<br /><br />1. Orientasi<br /><br />Sebelum mengikuti kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) mahasiswa dikumpulkan di Labolatorium Makanisasi untuk mengikuti orientasi yang dibimbing oleh Ir. Sutrisno selaku kepala bengkel Makanisasi. Dalam orientasi ini mahasiswa menerima petunjuk, pengarahan dan pengenalan Laboratorium Makanisasi serta peraturan yang berlaku selama PKL. Setelah itu kami juga diperkenalkan kepada para staff Makanisasi lainnya serta stuktur organisasi yang ada di Laboratorium Makanisasi.<br /><br />Selain itu untuk persiapan mengikuti PKL, mahasiswa juga diberikan penjelasan tentang lingkup kegiatan industri yang bisa diikuti selama PKL, dimulai dari teknologi penyambungan, kerja mesin dan produksi, rancangbangun alat.<br /><br />2. Observasi<br /><br />Kegiatan observasi dilaksanakan setelah orientasi yang bertujuan agar mahasiswa mengetahui ruang lingkup tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL).<br />Dalam kegiatan ini mahasiswa mengadakan survei langsung untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi perusahaan/instansi tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL). Selain itu dengan observasi mahasiswa juga dapat mengetahui peralatan yang dipakai dalam produksi alat mesin pertanian seperti, dalam pembuatan Tungku Pengering. Peralatan yang digunakan antara lain:<br />a) Mesin gergaji<br />b) Mesin las listrik AC<br />c) Gunting plat<br />d) Mesin bubut<br />e) Klem penjepit<br />f) Mesin hamplas<br />g) Mesin gerinda tangan<br />h) Mesin bor tangan<br />i) Mesin bor duduk<br />j) Mesin gerinda duduk<br /><br /><br /><br />3. Adaptasi<br /><br />Adaptasi lingkungan kerja pada saat Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dengan cara mengikuti semua kegiatan yang dilakukan di Makanisasi sebaik mungkin serta selalu mentaati semua peraturan yang berlaku di Makanisasi. Dengan demikian akan tejalin hubungan kekerabatan antara mahasiswa PKL dan staff Makanisasi, hal ini akan membuat kondisi tempat PKL menjadi nyaman serta mempermudah dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya selama PKL termasuk pencarian data/infomasi yang berkaitan dengan kegiatan PKL.<br /><br />4. Pelaksanaan PKL<br /><br />Mahasiswa mengikuti kegiatan PKL dengan cara mahasiswa dilibatkan langsung pada proses produksi dan aktivitas-aktivitas yang dapat memenuhi kompetensi mahasiswa sesuai dengan bidang peminatan dan SKS yang diteuntukan oleh pihak Kampus yaitu:<br />a. Membaca Gambar<br />b. Teknologi Penyambungan<br />c. Kerja Mesin dan Produksi<br />d. Rancangbangun Alat<br />e. Praktik Bengkel<br /><br />Selain praktik langsung di lapangan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk mencari informasi yang berhubungan langsung dengan proses Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya:<br />a) Pembinaan yang dilakukan oleh pembimbing untuk memberikan pengarahan prosedur kerja sebelum praktik dilaksanakan.<br />b) Wawancara kepada teknisi atau pihak yang bersangkutan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tambahan yang diperlukan.<br />c) Diskusi dengan tujuan memecahkan masalah maupun kendala-kendala yang dijumpai di lapangan.<br />d) Study Referensi yaitu pengumpulan referensi dan literature sebagai perbandingan dan data lengkap di lapangan.<br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB IV<br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />A. Gambaran Umum Perusahaan<br /><br />1. Sejarah Balai Besar Padi (BB Padi)<br /><br />Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) barada di Sukamandi, Subang Jawa Barat, sekitar 20 KM dari Cikampek ke arah Cirebon. Semuanya berawal dari didirikannya Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) Cabang Sukamandi pada tahun 1972. Pada tahun 1980 diadakan rekturisasi di tingkat badan Litbang dan LP3 cabang Sukamandi berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan (BALITAN) Sukamandi. Selanjutnya berdasarkan SK Mentan No. 769/kpts/OT.210/12/94 Balai Balitan Sukamandi mendapat mandat khusus untuk penelitian padi sehingga namanya berubah lagi menjadi Balai Penelitian Tanaman Padi (BALITPA) pada tahun 1994. BALITPA mengemban tugas utama malakukan penelitian untuk menghasilkan ilmu dan teknologi padi yang mampu meningkatkan produksi dan pendapatan petani.<br /><br />Sebagai insitut riset, Balitpa mempunyai berbagai fasilitas fisik seperti gedung perkantoran serta perlengkapannya, rumah kaca, laboratorium dan tempat kebun percobaan. Tempat kebun percobaan tersebut berlokasi di Sukamandi, Pusaka Negara, Kuningan dan Muara Bogor, tersedia untuk evaluasi lapangan berbagai genotip Padi yang ada.<br /><br />Sebagai satu-satunya insitut yang menangani penelitian Padi di Indonesia, pamerintah memandang perlu memberikan mandat yang lebih luas untuk menghasilkan dan menyebarkan inovasi teknologi padi. Dengan pertimbangan tersebut, diterbitkan SK Mentri Pertanian No.12/mentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 maret 2006 tentang organisasi dan tata kerja Balai Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)<br /><br />2. Visi dan Misi<br /><br />Visi dari Balai Besar Padi adalah sebagai sumber IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) tanaman padi terdepan, profesional mandiri dan mampu menghasilkan teknologi padi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.<br /><br />Sedangkan misi Balai Besar Padi adalah sebagai berikut:<br />a) Menghasilkan IPTEK (Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi) tinggi strategis dan unggul tanaman padi untuk pembangunan nasional sesuai dengan dinamika kebutuhan pengguna.<br />b) Meningkatkan kemandirian dalam melaksanakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tanaman padi.<br />c) Meningkatkan profesionalisme dalam penyediaan informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tanaman padi.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />3. Stuktur Organisasi Balai Besar Padi<br /><br />Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.12/Permentan/OT.140/3/2006, secara stuktur Balai Besar Padi dipimpin oleh seorang pejabat eselon II-B (Kepala Balai Besar) dan dibantu oleh 3 orang pejabat eselon III-B yaitu Kepala Bagian Tatausaha, Kepala Bidang Program Evaluasi Dan Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Bidang dibantu oleh dua orang pejabat eselon IV. Disamping pejabat stuktural tesebut Kepala Balai Besar Padi dibantu oleh ketua-ketua kelompok peneliti dan kepala kebun percobaan. Berikut adalah bagan stuktur organisasi Balai Besar Padi.<br /><br /><br />Stuktur Organisasi Balai Besar Padi (BB Padi)<br />4. SDM dan Fasilitas<br /><br />Sampai pertengahan 2007, seluruh karyawan PNS Balai Besar Padi berjumlah 339 orang. Berdasarkan latar belakang pendidikan akademis, komposisi tenaga kerja terdiri dari 19 orang S3 (doktor), 28 orang S2, 49 orang SD, SLTP, dan SLTA. Sedangkan berdsarkan jabatan fungsional 13 orang menjabat peneliti utama dimana 3 orang di antaranya telah dikukuhkan sebagai profesor riset, 11 orang peneliti madya, 8 orang peneliti muda, dan 6 orang peneliti pertama. Selain itu terdapat 49 orang teknik litkayasa, 2 pustakawan dan 1 arsiparis. <br /><br />Balai Besar Padi (BB Padi) memiliki sarana dan prasarana penelitian yang relatif memadai. Dalam penyelenggaraan penelitian, Balai Besar Padi ditunjang oleh gedung perkantoran, rumah kaca, laboratorium tanah, dan tanaman, laboratorium entamologi, laboratorium makanisasi, laboratorium fitofatologi, laboratorium tikus, laboratorium kultur anter, laboratorium benih (terakteditasi ISO 17025), laboratorium pasca panen dan kimia mutu (terekridasi ISO 17025 untuk analisis proksimat). Untuk kegiatan penelitian di lapangan, Balai Besar Padi mengelola 4 kebun percobaan Sukamandi (300 ha), kebun percobaan Pusaka Negara (24,5 ha), kebun percobaan Kuningan (15 ha), dan kebun percobaan Muara Bogor (23,1 ha).<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />B. Hasil Kegiantan PKL<br /><br />Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) secara mandiri dilakukan penyusunan setelah mengikuti pelatihan keterampilan, pengoprasian mesin dan teknik-teknik pengerjaan lainnya secara terbimbing.<br /><br />Keberhasilan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan dapat tercapai apabila ada kerja sama yang baik dari berbagai pihak, baik dari pembimbing, operator, maupun karyawan lainnya. Setelah itu tingkat kedisiplinan dan keterampilan yang tinggi akan mendukung terciptanya alat mesin yang diharapkan. Langkah kegiatan magang ini meliputi:<br /><br />1. Persiapan<br />Sebelum memulai pembuatan tungku pengering, ada beberapa hal yang perlu disiapkan diantaranya adalah sebagai berikut:<br /><br />a. Mempersiapkan Bahan Baku<br />Sebelum memulai pekerjaan terlebih dahulu membeli bahan di toko, Selanjutnya bahan tersebut dibawa ke ruang produksi.<br /><br />b. Membersihkan Bahan Baku<br />Untuk memudahkan dan menjaga keselamatan kerja operator mesin Kondisi bahan baku harus bersih dari sisi tajam, oleh karena itu bahan yang akan dikerjakan dibersihkan tarlebih dahulu dengan gerinda.<br /><br />c. Mempersiapkan Peralatan Yang Dibutuhkan<br />Guna mengefektifkan waktu dan tanaga, maka sebelum memulai pekerjaan telebih dahulu mempersiapkan peralatan pendukung yang akan digunakan pada proses pekerjaan nantinya. Peralatan yang dibutuhkan diantaranya: alat ukur, kunci-kunci, mesin, mata bor, pahat bubut, batu gerinda, daun gergaji, tap.<br /><br />2. Pelaksanaan<br />Kegiatan pembuatan tugku pengering dibuat di makanisasi BB Padi oleh karyawan dimana mahasiswa hanya membantu proses pembuatannya. Adapun proses pengerjan pembuatan Tungku Pengering ABC adalah sebagai berikut:<br /><br />a. Pembuatan Kerangka Rumah Tungku<br /> Dalam pembuatan kerangka ada beberapa proses pengerjaan, diataranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan Bahan<br />a) Persiapan Bahan dan Alat<br /> Besi siku<br /> Meteran<br /> Daun gergaji mesin<br /><br />2) Pemotongan<br />Langkah Kerja<br />a) Ukur bahan (besi siku) yang akan dipotong dengan gergaji mesin. Hasilnya adalah panjang 173 cm. lebar 81 cm. dan tinggi 96 cm.<br />b) Letakan besi siku yang akan dipotong pada ragum.<br />c) Cekam besi siku dengan ragum.<br />d) Sentuhkan daun gergaji pada besi siku sesuai dengan ukuran besi siku yang akan dipotong.<br />e) Hidupkan mesin dan biarkan pemotongan berjalan dengan otomatis.<br />f) Setelah pemotongan selesai, lepas besi siku dari cekaman.<br /><br />3) Pengelasan<br /> Langkah Kerja<br />a) Rakit potongan besi siku yang akan dilas.<br />b) Tempelkan ujung-ujung besi siku.<br />c) Setelah besi siku siap dilas, pasang elektroda las.<br />d) Hidupkan mesin las dan atur Amper untuk penyambungan.<br />e) Sentuhkan elektroda las dan mulai pengelasan.<br />f) Pengelasan dilakukan secara perlahan sampai pengelasan selesai.<br />g) Setelah pengelasan selesai, matikan mesin las.<br /><br />b. Pembuatan Rumah Tungku<br />Dalam pembuatan rumah tungku ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan Bahan<br />Langkah Kerja<br />a) Ukurlah terlebih dahulu plat besi yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 137 cm. lebar 81 cm dan tinggi 96 cm.<br />b) Angkat handle gunting dan letakan plat besi yang akan dipotong.<br />c) Sentuhkan plat besi yang akan dipotong pada ujung gunting dan paskan.<br />d) Setelah gunting pas, tekan handle gunting secara perlahan sampai ukuran yang diiginkan.<br /><br />2) Pengelasan<br />Langkah Kerja<br />a) Tempelkan plat besi yang sudah dipotong di atas kerangka rumah tungku.<br />b) Atur plat sesuai dengan ukuranya dan rapatkan pada kerangka.<br />c) Setelah semuanya siap, hidupkan mesin las listrik pasang elektroda las dan atur amper.<br />d) Setelah mesin hidup, mulai pengelasan dengan cara menempelkan elektroda las pada ujung plat dan besi siku yang akan dilas.<br />e) Ketukan elektroda las sampai terjadi percikan dan jalankan bunga api secara perlahan sampai pengelasan selesai.<br /><br />c. Pembuatan Tungku<br />Dalam pembuatan tungku ada beberapa proses pengerjaan yang harus di kerjakan, diantaranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan Bahan<br /> Langkah Kerja<br />a) Ukurlah terlebih dahulu plat yang akan dipotong dengan mengunakan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 132 cm. lebar 156 cm.<br />b) Sentuhkan plat besi yang akan dipotong pada ujung gunting dan paskan.<br />c) Setelah gunting siap, tekan handle gunting secara perlahan sampai ukuran yang diiginkan.<br />d) Setelah pemotongan selesai, angkat plat yang sudah dipotong simpan untuk pengerjaan selanjutnya.<br /><br /><br />2) Pengerolan<br />Pengerolan dilakukan di luar makanisasi disebabkan keterbatasan peralatan yang ada serta untuk lebih mempersingkat proses produksi.<br /><br />3) Pemberian Lubang<br />Pemberian lubang dilakukan dengan cara mengelas lubang yang sudah digambar, dengan menggunakan mesin las listrik AC.<br /><br />d. Pembuatan Kerangka Pintu Tungku<br /> Dalam pembuatan kerangka ada beberapa proses pengerjaan, diataranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1. Pemotongan<br />Langkah Kerja<br />a) Ukur terlebih dahulu bahan (besi siku) yang akan dipotong dengan gergaji mesin. Hasilnya adalah panjang 85,5 cm. lebar 42 cm.<br />b) Letakan besi siku yang akan dipotong pada ragum.<br />c) Cekam besi siku dengan ragum.<br />d) Sentuhkan daun gergaji pada besi siku sesuai dengan ukuran besi siku yang akan dipotong.<br />e) Hidupkan mesin dan biarkan pemotongan berjalan dengan otomatis.<br />f) Setelah pemotongan selesai lepas besi siku dari cekaman.<br /><br />2) Pengelasan<br /> Langkah Kerja<br />a) Rakit potongan besi siku yang akan dilas.<br />b) Tempelkan ujung besi siku.<br />c) Setelah besi siku siap dilas pasang elektroda las.<br />d) Hidupkan mesin las dan atur Amper untuk penyambungan.<br />e) Sentuhkan elektroda las dan mulai pengelasan.<br />f) Pengelasan dilakukan secara perlahan sampai pengelasan selesai.<br />g) Setelah pengelasan selesai matikan mesin las.<br /><br />e. Pembuatan Pintu Tungku<br /> Dalam pembuatan kerangka pintu ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diataranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan Bahan<br />Langkah Kerja<br />a) Ukurlah terlebih dahulu plat besi yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 90 cm. lebar 47 cm.<br />b) Angkat handle gunting dan letakan plat besi yang akan dipotong.<br />c) Sentuhkan plat besi yang akan dipotong pada ujung gunting dan lepaskan.<br />d) Setelah gunting pas dengan plat, tekan handle gunting secara perlahan sampai ukuran yang diiginkan.<br />e) Setelah pemotongan selesai angkat plat yang sudah dipotong simpan untuk pengerjaan selanjutnya<br /><br />2) Pengelasan<br />Langkah Kerja<br />a) Tempelkan plat besi yang sudah dipotong di atas kerangka rumah tungku.<br />b) Atur plat sesuai dengan ukuranya dan rapatkan pada kerangka.<br />c) Setelah semuanya teratur hidupkan mesin las listrik pasang elektroda las dan atur amper.<br />d) Setelah mesin hidup mulai pengelasan dengan cara menempelkan elektroda las pada ujung plat dan besi siku yang akan dilas.<br />e) Ketukan elektroda las sampai terjadi percikan dan jalankan bunga api secara perlahan sampai pengelasan selesai.<br /><br />f. Pambuatan Saluran Penghubung Tungku dan Plenum<br />Dalam pembuatan saluran penghubung tungku dan plenum ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan<br />Langkah Kerja:<br />a) Ukur terlebih dahulu bahan yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 92 cm. lebar 137 cm. tinggi 173 cm (bagian atas) dan lebar 31cm. serta tinggi 40 cm (bagian bwah).<br />b) Sentuhkan plat pada pada gunting.<br />c) Pegang handle gunting dan potong plat secara perlahan sampai plat habis tepotong.<br />d) Setelah plat terpotong, rapihkan dengan gerinda untuk di lakukan pekerjaan selanjutnya.<br /><br />2) Pengelasan<br />Langkah Kerja<br />a) Ambil dan rakit potongan plat yang sudah dipotong.<br />b) Hidupkan mesin las, Pasang elektroda dan atur amper sesuai dengan tebalnya plat.<br />c) Rapatkan plat yang akan dilas dengan plat yang lainnya.<br />d) Ketukkan elektroda las pada plat yang akan dilas sampai timbul percikan bunga api las.<br />e) Dan jalankan bunga api las secara perlahan sampai pengelasan selesai.<br /><br />f. Pembuatan Outlet<br />Dalam pembuatan Outlet ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan<br />Langkah Kerja<br />a) Ukur terlebih dahulu bahan (besi siku) yang akan dipotong dengan gergaji mesin. Hasilnya adalah panjang 40 cm, lebar 31cm.<br />b) Letakan besi siku yang akan dipotong pada ragum.<br />c) Cekam besi siku dengan ragum .<br />d) Sentuhkan daun gergaji pada besi siku sesuai dengan ukuran besi siku yang akan dipotong.<br />e) Hidupkan mesin dan biarkan pemotongan berjalan dengan otomatis.<br />f) Setelah pemotongan selesai lepas besi siku dari cekaman dan simpan untuk pengerjaan selanjutnya.<br /><br />2) Pengelasan<br />Langkah Kerja<br />a) Ambil dan rakit potongan plat yang sudah dipotong.<br />b) Hidupkan mesin las, Pasang elektroda dan atur amper sesuai dengan tebalnya plat.<br />c) Rapatkan plat yang akan dilas dengan plat yang lainnya.<br />d) Ketukkan elektroda las pada plat yang akan dilas sampai timbul percikan bunga api las.<br />e) Jalankan bunga api las secara perlahan sampai pengelasan selesai.<br />g. Pembuatan Hopper<br />Dalam pembuatan hopper ada beberapa proses pengerjaan, diataranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan<br />Langkah Kerja:<br />a) Ukur terlebih dahulu bahan yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 55,5 cm dan lebar 69 cm.<br />b) Sentuhkan plat pada gunting.<br />c) Pegang handle gunting dan potong plat secara perlahan sampai plat habis tepotong.<br />d) Setelah plat terpotong, ratakan dengan gerinda untuk dilakukan pekerjaan selanjutnya.<br /><br />2) Pengelasan<br />Langkah Kerja<br />a) Ambil dan rakit potongan plat yang sudah dipotong.<br />b) Hidupkan mesin las, pasang elektroda dan atur amper sesuai dengan tebalnya plat.<br />c) Rapatkan plat yang akan dilas dengan plat yang lainnya.<br />d) Ketukkan elektroda las pada plat yang akan dilas sampai timbul percikan bunga api las, dan jalankan bunga api las secara perlahan sampai pengelasan selesai.<br /><br /><br /><br /><br /><br />h. Pembuatan Nako<br />Dalam pembuatan nako ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diataranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan<br /> Langkah Kerja:<br />a) Ukur bahan besi siku dan plat stip yang akan dipotong dengan gergaji mesin. Hasilnya adalah panjang 50 cm, tinggi 33 cm dan panjang 48 cm ( plat strip).<br />b) Letakan besi siku yang akan dipotong pada ragum.<br />c) Cekam besi siku dengan ragum.<br />d) Sentuhkan daun gergaji pada besi siku sesuai dengan ukuran besi siku yang akan dipotong.<br />e) Hidupkan mesin dan biarkan pemotongan berjalan dengan otomatis.<br />f) Setelah pemotongan selesai, lepas besi siku dari cekaman.<br /><br />2) Pengelasan<br /> Langkah Kerja<br />a) Rakit potongan besi siku yang akan dilas.<br />b) Tempelkan ujung-ujung besi siku.<br />c) Setelah besi siku siap dilas, pasang elektroda las.<br />d) Hidupkan mesin las dan pengaturan amper.<br />e) Sentuhkan elektroda las dan mulai pengelasan.<br />f) Pengelasan dilakukan secara perlahan sampai pengelasan selaesai.<br />g) Setelah pengelasan selesai matikan mesin las.<br /><br /><br />i. Pembuatan Cerobong Asap<br />Dalam pembuatan cerobong asap ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diataranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan<br /> Langkah Kerja:<br />a) Ukur terlebih dahulu bahan yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang100 cm lebar 62,8 cm.<br />b) Sentuhkan plat pada pada gunting.<br />c) Pegang handle gunting dan potong plat secara perlahan sampai plat habis tepotong.<br />d) Setelah plat terpotong ratakan dengan gerinda untuk di lakukan pekerjaan selanjutnya.<br /><br />2) Pengerolan<br /> Pelaksanaan <br />Pengerolan dilakukan di luar bengkel makanisasi karena tidak adanya alat pengerol plat dan untuk mempercepat pengerjaan mesin.<br /><br />3) Pengelasan<br />Langkah Kerja<br />a) Ambil dan rakit potongan plat yang sudah dipotong dan dirol.<br />b) Hidupkan mesin las, pasang elektroda dan atur amper sesuai dengan tebalnya plat.<br />c) Rapatkan plat yang akan dilas dengan plat yang lainnya.<br />d) Ketukkan elektroda las pada plat yang akan dilas sampai timbul percikan bunga api las, dan jalankan bunga api las secara perlahan sampai pengelasan selesai.<br /><br />j. Pembuatan Pelindung Cerobong Asap<br />Dalam pembuatan pelindung cerobong asap ada beberapa proses pengerjaan, diataranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan<br /> Langkah kerja:<br />a) Ukur terlebih dahulu bahan yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 30 cm. dan lebar 64,8 cm (4 buah).<br />b) Sentuhkan plat pada pada gunting .<br />c) Pegang handle gunting dan potong plat secara perlahan sampai plat habis tepotong.<br />d) Setelah plat terpotong ratakan dengan gerinda untuk di lakukan pekerjaan selanjutnya.<br /><br />2) Pengerolan<br /> Pelaksanaan<br /> Pengerolan dilakukan di luar bengkel makanisasi karena tidak adanya alat pengerol plat dan untuk mempercepat pengerjaan mesin.<br /><br />3) Pengelasan<br />Langkah Kerja<br />a) Ambil dan rakit potongan plat yang sudah dipotong dan dirol.<br />b) Hidupkan mesin las, pasang elektroda dan atur amper sesuai dengan tebalnya plat.<br />c) Rapatkan plat yang akan dilas dengan plat yang lainnya.<br />d) Ketukkan elektroda las pada plat yang akan dilas sampai timbul percikan bunga api las, dan jalankan bunga api las secara perlahan sampai pengelasan selesai.<br /><br />k. Pembuatan Roda Tungku<br />Dalam pembuatan roda tungku ada beberapa proses pengerjaan, diataranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1) Pemotongan<br /> Langkah Kerja:<br />a) Ukur bahan pipa besi yang akan dipotong dengan gergaji mesin. Hasilnya adalah diameter 12 cm.<br />b) Letakan pipa besi yang akan dipotong dengan ragum.<br />c) Cekam pipa besi dengan ragum.<br />d) Sentuhkan daun gergaji pada pipa besi pada ukuran yang akan dipotong.<br />e) Hidupkan mesin dan biarkan pemotongan berjalan dengan otomatis.<br />f) Setelah pemotongan selesai lepas besi siku dari cekaman dan keluarkan.<br /><br />2) Pembubutan<br />Langkah Kerja<br />a) Letakan pipa besi yang akan dicekam dengan ragum sampai rata<br />b) Kencangkan mulut ragum.<br />c) Pasang pisau bubut pada dudukannya dan kencangkan dengan kunci.<br />d) Sentuhkan pisau bubut pada ujung pipa pipa.<br />e) Hidupkan mesin bubut dan mulai eretan kedepan secara perlahan.<br />f) Setelah ukuran yang dikehendakai tercapai, ratakan hasil pembubutan.<br />g) Setelah rata, keluarkan pipa tadi dari ragum dan diamkan beberapa saat untuk pengerjaan selanjutnya.<br />3) Pengelasan<br />Langkah kerja<br />a) Rakit potongan besi siku yang akan dilas pada besi pipa.<br />b) Tempelkan (dekatkan) ujung-ujung besi siku.<br />c) Setelah besi siku siap dilas, pasang elektroda las.<br />d) Hidupkan mesin las dan pengaturan amper.<br />e) Sentuhkan elektroda las dan mulai pengelasan.<br />f) Pengelasan dilakukan secara perlahan sampai pengelasan selaesai.<br />g) Setelah pengelasan selesai matikan mesin las.<br /><br />2. Finishing<br />Tahapan akhir adalah penyelesaian atau sentuhan akhir dimana ada beberapa proses yang dilakukan dalam tahapan akhir pembuatan tungku pengering, diantaranya adalah sebagai berikut:<br /><br />a. Perataan<br />Perataan dimaksudkan untuk menghilangkan bekas pengelasan dan sisi tajam sisi pengerjaan yang dapat membahayakan orang banyak. Perataan juga dimaksudkan untuk memberikan tampilan yang rapi dan bagus saat dicat.<br /><br />b. Pendempulan<br />Pendepulan dilaksanakan setelah dilakukannya perapihan atau perataan pada hasil pengerjaan. Pendempulan dimaksudkan untuk meratakan bagian-bagian tungku yang tergores pada saat dilakukan pengerjaan, sehingga pada waktu dilakukan pengecatan tampilan tungku akan baik dan indah dipandang.<br /> <br /><br />c. Pengecatan<br />Pengecetan dimaksudkan untuk memberikan tampilan yang berbeda dan lebih indah untuk dipandang, sehingga mempunyai nilai jual tinggi.<br /><br />3. Pengujian Mutu Hasil Pekerjaan<br /><br />Dengan menggunakan teknologi pengeringan buatan, maka mutu dan rendemen beras giling akan meningkat dibandingkan dengan penjemuran. Hasil uji coba pengeringan gabah terhadap 4 varietas padi di lahan pasang surut sumatera selatan, menunjukan bahwa rendemen rata-rata meningkat menjadi 2 % yaitu dari 60% (penjemuran) menjadi 62 % (pengering buatan), kandungan beras kepala meningkat sebesar 29,92 % yaitu dari 34,83 % (penjemuran) menjadi 64,75 % (pengeringan buatan) (sutrisno et al., 1999). Pengeringan berlangsung rata-rata pada suhu 45 oC, waktu pengeringan berkisar antara 8-9 jam dan kecepatan udara tumpukan gabah berkisar antara 6-7 m/menit.<br /><br />C. Pembahasan<br /><br />1. Ulasan Hasil<br />Banyak sekali kendala dalam pembuatan box dryer di Makanisasi BB Padi, baik kedala yang ringan maupun sedang, akan tetapi semua kendala dapat di atasi dengan kesabaran dan keuletan para karyawan makanisasi. Beberapa kendala dalam pembuatan box dryer adalah masalah peralatan diantaranya adalah sebagai berikut:<br /><br /><br /><br /><br />a. Pembuatan Tungku<br /><br />1) Kendala yang dihadapi<br />Dalam pembuatan tungku di Balai Besar Padi ada beberapa kendala yang dihadapi, diataranya adalah sebagai berikut:<br /><br />a) Pemotongan Plat<br />Pemotongan bahan plat 3 mm adalah suatu pekerjaan yang cukup sederhana akan tetapi dengan keterbatasan peralatan di Makanisasi Balai Besar Padi itu menjadi sulit karena untuk pemotongaan plat yang cukup tebal hanya mengunakan gunting plat dan bukan dengan las asetilin, sehingga pemotongan kurang maksimal dan terlalu menghabiskan tenaga dan waktu.<br /><br />b) Pengerolan Plat<br />Pengerolan bahan plat merupakan suatu pekerjaan yang hampir tidak mungkin dilakukan di sana karena keterbatasan alat dan peralatan yang ada. Pengerolan bahan di Balai Besar Padi (BB Padi) hanya menggunakan pipa besi di mana plat yang akan dibentuk dipukul-pukul sampai mencapai bentuk yang diinginkan, akan tetapi ternyata hal itu terlalu banyak menguras tenaga dan memakan waktu.<br /><br />c) Pembuatan Lubang<br />Pembuatan lungang akan lebih baik dilakukan dengan menggunakan las asetilin dan mengunakan blender potong, akan teapi karena terbatasnya peralatan di sana sehingga pembuatan lubang menggunakan las listrik akan menjadi lebih boros dan memakan banyak biaya dan juga waktu serta tenaga.<br />2) Pemecahan Masalah<br /><br />a) Pemotongan Bahan<br />Memang pemotongan bahan yang cukup tebal masih makan waktu dan tenaga. Akan tetapi untuk memaksimalkan pemotongan, kami dapat mengatasinya dengan langkah-langkah sebagai berikut, seperti penajaman kembali mata gunting, perbaikan handle, pengencangan baut yang kendor dan penggantian baut-baut yang sudah aus. Dari pemakain peralatan yang sederhana itu, kami lebih mengerti bahwa untuk menciptakan suatu inovasi teknologi bukan hanya bisa dilakukan oleh peralatan yang modern saja, akan tetapi dengan keinginan dan tekat yang kuat serta ilmu yang berimbang walaupun dengan pralatan yang sederhana itu bisa saja dilakukan.<br /><br />b) Pengerolan<br />Proses pengerolan di Makanisasi Balai Besar Padi tidak bisa dilakukan dengan baik sehingga untuk mengefisienkan waktu dan tenaga serta biaya, kami menyerahkannya ke bengkel lain untuk dilakukan pengerolan. Akan tetapi untuk proses selanjutnya dikerjakan di Makanisasi. Dari pengalaman tersebut kami dapat menyimpulkan bahwa untuk membuat suatu alat kita tidak perlu membut semua komponen apabila itu dirasa tidak mungkin, kita bisa memesanya atau membeli komponen tersebut dipihak lain karena hal itu akan jauh labih baik demi kelancaran dan untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan juga biaya.<br /><br />c) Pembuatan Lubang<br />Pembuatan lubang untuk cerobong tungku di makanisasi Balai Besar Padi dapat di atasi dengan mengunakan las listrik, dengan mengatur amper meter yang tinggi, sehingga panas dari cairan elektroda dapat menembus plat. Memang pembuatan lubang dengan menggunakan las listrik masih memerlukan ketelitian dan kesabaran, karena pembuatan lubang memerlukan waktu yang lebih lama dari las asetilin. Dari pembuatan lubang tersebut kami jadi lebih mengerti bahwa peralatan yang ada bisa kita mamfaatkan dengan semaksimal mungkin apabila memungkinkan.<br /><br />b. Pembuatan Cerobong<br /><br />1) Identifikasi Masalah<br />Dalam pembuatan cerobong ada beberapa kendala yang dihadapi, diataranya adalah sebagai berikut:<br /><br />a) Pemotongan Bahan<br /> Pemotongan bahan untuk cerobong menggunakan plat 2 mm dengan alat pemotong gunting plat. Mungkin lebih tipis akan tetapi masih mempunyai tingkat kesulitan yang sama.<br /><br />b) Pengerolan<br />Pengerolan juga masih menghadapi kendala yang sama dengan masalah di atas, yaitu pada peralatan kurang lengkap dan bahkan untuk pengerolan tidak ada alat yang khusus jadi sangat sukar sekali.<br /><br />c) Pemasangan<br />Pemasangan (perangkaian) cerobong memang cukup sulit kerena pada saat dirangkai cerobong harus pada posisi di atas, jadi pengangkatan ke atas sangat memerlukan tanaga dan alat yang memadai.<br /><br />2) Pemecahan Masalah<br /><br />a) Pemotongan plat<br />Pemotongan plat (2 mm) memang masih cukup tebal untuk dipotong dengan menggunakan gunting, sehingga masih meboroskan waktu dan tenaga, akan tetapi untuk memaksimalkan pemotongan kami dapat mengatasinya dengan langkah-langkah sebagai berikut seperti penajaman kembaki pisau gunting, perbaikan handle, pengencangan baut yang kendor dan penggantian baut-baut yang sudah aus. Dari pemakaian peralatan yang sederhana itu sehingga kami lebih mengerti bahwa untuk menciptakan suatu inovasi teknologi bukan hanya bisa dilakukan oleh peralatan yang modern saja, akan tetapi dengan keinginan dan tekat yang kuat serta ilmu yang berimbang dan teknik-teknik pengerjaan walaupun dengan pralatan yang sederhana bisa saja dilakukan.<br /><br />b) Pengerolan Plat<br />Proses pengerolan di Makanisasi Balai Besar Padi tidak bisa dilakukan dengan baik sehingga untuk mengefisienkan waktu dan tenaga serta biaya kami menyerahkannya ke bengkel lain untuk dilakukan pengereolan. Akan tetapi untuk proses selanjutnya di kerjakan di Makanisasi. Dari pengalaman tersebut kami dapat menyimpulkan bahwa untuk membuat suatu alat kita tidak perlu membut semua komponen apabila itu dirasa tidak mungkin kita bisa memesanya atau membeli komponen tersebut dipihak lain karena hal itu akan jauh labih baik demi kelancaran dan untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan juga biaya.<br /><br />c) Pemasanagan (Perangkaian)<br />Pamasangan cerobong bisa dilakukan dengan menggunakan tanaga manusia atau kursi sebagai penahan cerobong pada waktu cerobong dinaikan dan dua atau tiga orang mengangkatnya secara perlahan. Dari pemasangan cerobong ini saya bisa memepelajari bagaimana cara bersosialisasi dan kerja sama dalam tim.<br /><br /><br /><br />2. Analisa Usaha<br />Penelitian pengeringan gabah bertujuan untuk meningkatkan mutu dan rendemen beras giling, serta mutu benih dan meningkatkan daya jual masyarakat, dilaksanakan di BALITPA Sukamandi. Berikut hasil analisa usaha pengeringan gabah dengan menggunakan Box Dryer Vs. Penjemuran.<br /><br /><br />Tabel 1. Analisa Ekonomi Pengeringan Gabah Dengan Menggunakan<br />Box Dryer Bbs Vs. Penjemuran per ha (1 ha 6000 kg GKP)<br /><br />Box dryer BBS Penjemuran Keterangan<br />Pengeluaran Pengeluaran <br />GKP =6000 kg Rp15.000.000 GKP =6000 kg Rp.15.000.000 Pengadaan gabah<br />GKG=5250 kg Rp 180.000 GKG=5.100 kg Rp.150.000 Biaya pengeringan<br />BG=3.412,5 kg Rp 945.000 BG=3162 kg Rp.918.000 Biaya penggilingan<br />Jumlah Rp16.125.000 Rp.16.068.000 <br />Pemasukan Pemasukan <br />BG= 3.412,5 kg Rp19.792.500 BG=3162 kg Rp.17.391.000 Hasil penjualan BG<br />Keuntungan Rp3.667.500 Rp.1.323.000 <br />Nilai tambah Rp2.344.500 <br /><br /><br /> <br /><br /> BAB V<br />SIMPULAN DAN SARAN<br /><br />A. Simpulan<br /><br />Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Padi (BB Padi) berlangsung selama 5 (lima) bulan. Pada kesempatan tersebut mahasiswa banyak memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan, terutama di bidang permesinan, yaitu penggunaan-penggunaan mesin perkakas yang ada di makanisasi BB Padi.<br />Mahasiswa juga memperoleh kesempatan untuk menerapkan dan mengembangkan keterampilan yang diperoleh selama kuliah, maupun yang diperoleh selama PKL di balai tersebut.<br /><br />Setelah melaksanakan magang selama 5 bulan, penulis dapat menyimpulkan bahwa :<br />1. Pengolahan pasca panen dapat mengakibatkan turunnya mutu dan kualitas beras, kerena itu perlu penanganan yang baik dan benar.<br />2. Untuk menciptakan suatu teknogi tepatguna bukan hanya diperlukan peralatan yang modern, tapi juga pemikiran dan juga keinginan yang keras serta tujuan yang jelas dari perancangnya.<br />3. Dengan peralatan yang sangat sederhana, Makanisasi Balai Besar Padi dapat menciptakan alat (Tungku Pengering) yang praktis dan ekonomis.<br />4. Untuk dapat berhasil seseorang harus mempunyai keberanian dan keyakinan akan apa yang menjadi mimpinya.<br /><br />Pelaksanaan PKL industri ini berjalan lancar dan mahasiswa memperoleh banyak pengetahuan dalam proses produksi mesin pengering. Dalam pengerjaan permesinan, mahasiswa banyak megetahui teknik-teknik menggunakan mesin-mesin perkakas, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, serta hasil yang baik.<br /><br />B. Saran<br /><br />Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu:<br />1. Dalam melepaskan / memberangkan mahasiswa magang, hendaknya pihak PPPPTK Pertanian melakukan pengantaran mahasiswa magang ke industri tempat mahasiswa melaksanakan magang, sehingga tercipta suatu hubungan kerjasama dan kekeluargaan yang baik.<br />2. Diharapkan makanisasi BB Padi lebih memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya.<br />3. Diharapkan makanisasi BB Padi menata kembali bengkel serta peralatan yang ada, agar terlihat lebih rapi, dan lebih mudah dalam melaksanakan pekerjaan.<br />4. Meningkatkan produksi, mengingat kebutuhan pasar sangat tinggi.<br />5. Penambahan sarana dan prasarana untuk lebih meningkatkan peran dan fungsi Labolatorium Makanisasi BB Padi .<br />6. Meningkatkan disiplin waktu, mengingat banyak waktu luang yang tidak termanfaatkan secara optimal.<br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Pustaka (acuan)<br /><br />Sutrisno, Sugih Nugroho, dan Syafarudin Lubis. 2004c. Pengering padi varietas padi Cilosari menggunakan mesin pengering bahan bakar sekam tungku model ABC. Di Desa Baturimpang NTB. Laporan teknis interen Balai Besar Penelitian Pasca Panen.<br /><br />Suara Merdeka selasa 13 April 2004.<br /><br />Sutrisno, M. Wahyudi, dan E. Eko Ananto. 1994. Perancangan dan pengujian Pengering Padi Kapasitas Menenganh Bahan Bakar Sekam ”ABC”. Seminar nasional strategi penelitian dan perkembangan bidang teknik pertanian (Agriculural Engginering) di Indonesia dalam PJP II.<br /><br /><br /><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-13432780915239574762009-09-17T19:06:00.000-07:002009-09-17T19:56:22.048-07:00tugas manajemn bengkel<div style="text-align: center;">PENTINGNYA KRITERIA DAN PROSEDUR ANALITIS<br />DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN MENGENAI<br /> INVESTASI YANG DI USULKAN<br /><br /><br />Disusun oleh :<br />Saepudin<br />K4060608<br />Rancang Bangun Peralatan Pertanian<br /></div><br /><br /><br />1. Pentingnya Pengambilan Keputusan<br />Lebih disukai untuk mempunyai sebuah criteria untuk pengambilan keputusan atau mungkin beberapa criteria.<br />Jelasnya criteria harus digunakan pada perbedaan dalam konsekuensi yang diperoleh alternatif yang berlainan.<br />Dengan referensi pada usulan untuk infestasi alternatif dalam bentuk asset fisik, telah dinyatakan bahwa konsekuensi dari sebuah pilihan harus dinyatakan sejauh yang dapat dilakukan dalam bentuk aliran dana (atau angka-angka moneter lainnya) pada titik waktu yang dinyatakan.<br />Dalam hubungan dengan jenis-jenis hubungan tertentu, bisa juga disukai untuk lebih disukai untuk mempunyai satu atau lebih criteria tamabah atau skunder yang diterapkan pada angka-angka moneter tersebut. <br /><br />2. Pilihan Criteria Primer<br />Criteria primer yang digunakan dalam sebuah pilihan diantara alternatif usul-usul investasi dalam asset fisik harus dipilih dengan suatu tujuan untuk membuat penggunaan terbaik dari sumberdaya yang terbatas.<br />Individu, bisnis dan pemerintahan di dunia ini mempunyai keterbatasan daya yang ada yang dapat diberikan untuk investasi dalam bentuk aset fisik. Sumber keterbatasan itu bisa berbagai macam, seperti tanah, buruh atau bahan-bahan tatapi Karena pasar menberikan kepada kita penilaian uang terhadap kebanyakan sumber-sumber itu biasanya beralasan untuk menyatakan pembatasan keseluruhan dalam bentuk uang.<br />Dalam mengevaluasi investasi yang harus diusulkan, pertanyaan yang harus dinyatakan apakah produksi itu cukup prduktif, segala sesuatu dipertimbangkan ‘’cukup produktif’’ bisa ditafsirkan menghasilkan suatu pengembalian yang memadai dibandingakan dengan satu atau lebih alternatif. Dengan suatu input yang sama, ke empat metode tsb mengarahkan kepada suatu kesimpulan apakah kriteria primer telah dipenuhi atau belum<br />Dimana pendapatan dipungut, pajak semacam itu cenderung mengurangi tingkat suku bunga dari investasi di asset-aset fisik. Namun, undang-undang dan peraturan pajak pendapatan jenis investasi tertentu dibandingkan dengan jenis lainya: untuk urusan yang berhubungan dengan hal-hal teknis dari pajak pendapatan: tingkat bunga setelah pajak bukan merupakan presentase yang tetap dari bunga sebelum pajak. Secara prinsip, diperoleh bahwa konsekuensi pajak pendapatan dari investasi yang diusulkan harus diperkitrakan, dan bahwa tingkat suku bunga minimum menguntungkan yang tetap pada industri swasta haruslah tingkat bunga setelah pajak dan bukan tingkat bunga sebelum pajak.<br /><br />3. Kriteria Skunder Yang Digunakan Pada Konsekuensi Yang Dinyatakan Dalam Bentuk Moneter<br />Bahkan perkiraan yang paling telitipun dari konsekuensi moneter dalam memilih alternatif yang berlaian ternyata hampir pasti tidak tepat. Sering berguna bagi seseorang pengambil keputusan mengunakan criteria skunder yang mencerminkan tidak adanya kepastian yang berhubungan dengan semua perkiraa-perkiraan di masa yang akan datang.<br /><br />4. Daya Yang Tidak Dapat Disederhanakan Dalam Persoalan Investasi<br />keputusan-keputusan diantara alternatif investasi harus memberikan bobot untuk setiap perbedaan dalam konsekuensi yang belum disederhanakan dalam bentuk uang.<br />“Frase” (data yang tidak dapat disederhanakan dari persoalan investasi) digunakan untuk perbedaan-perbedaan prospektif diantara alternatif yang tidak disederhanakan menjadi penerimaan-penerimaan dan pembayaran-pembayaran yang diperkirankan untuk maksud analisa. Kata-kata lain yang digunakan untuk perbedaan non-moneter seperti itu adalah factor-faktor penilaian “tak terduga” dan tidak dapat dilihat (Prfesor J.C.L Fish 1929).<br /><br />5. Pentingnya Sebuah Segi Pandangan System<br />Sering terdapat efek-efek samping yang cenderung diabaikan jika keputusan-keputusan individual dibuat. Untuk mempertimbangkan efek-efek samping rencana semacam itu dengan memadai, mungkin perlu untuk memeriksa antar hubungan diantara sebuah keputusan setiap keputusan individual bisa dibuat.<br />Persoalan dasarnya ialah apakan segi pandangan yang terlalu sempit yang diambil dari alternatif yang sedang dibandingkan. Jika efek-efek samping dari sebuah keputusan tidak cukup penting mungkin sebuah studi tentang mereka tidak akan mengubah keputusan mungkin diperlukan untuk memberikan sebuah dasar untuk penilaian apakah efek-efek samping itu tidak penting.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-60208231198805804902009-09-17T18:22:00.000-07:002009-09-17T18:49:41.445-07:00english practise<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxzEgAXQjzjQhWpNKQzlfNmtqfbwIBc3pZ5QUDsOo7cZehJobwaHvjTfCz-bUxXlx7Jzd7fgC0a2rDcBkr1JteDJ-9zlqcGA2rtWI9f0TvEVai13gV-_A7Z02kJI5T4s8MVf8v3qy-P6o/s1600-h/PICT0094.JPG"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 300px; height: 400px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxzEgAXQjzjQhWpNKQzlfNmtqfbwIBc3pZ5QUDsOo7cZehJobwaHvjTfCz-bUxXlx7Jzd7fgC0a2rDcBkr1JteDJ-9zlqcGA2rtWI9f0TvEVai13gV-_A7Z02kJI5T4s8MVf8v3qy-P6o/s400/PICT0094.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5382617476300129554" border="0" /></a><br /><br /><div style="text-align: center;"><br />Kehidupan hanya sebentar banyak halangan dan rintangan yang harus dihadapi akan tetapi apbila kita tetap sabar maka kita akan mendapatkan jalan keluarnya….<br /><br /><br /><br /><br />kegagalan memang kadang menyakitkan tapi serahkan dan kembalikanlah semuanya kepada Alloh maka semua masalah dan segala gundahmu akan menjadi urusannya…<br />percayalah.</div><br /><br /><br /><br /><br /><br />PART OF SPEECH / WORD CLASS<br />(Jenis Kata/Pengkelasan Kata)<br /><br /><br />1. NOUN = Kata Benda <br />2. PRONOUN = Kata Ganti<br />3. VERB = Kata Kerja<br />4. ADVERB = Keterangan Kata Kerja<br />5. ADJECTIVE = Kata Sifat<br />6. ARTICLE<br />7. PREPOSITION= Kata Depan<br />8. CONJUNCTION = Kata Sambung<br />9. INTERJECTION = Kata Seru<br /><br /><br /> Noun (kata benda)<br />Kata benda adalah kata yang diucapkan untuk menyebutkan sesuatu yang terlihat, beberapa jenis kata benda diantaranya:<br /><br />I . KINDS OF NOUNS :<br />Common nouns (kata benda biasa): table, dog, man<br />Proper Nouns (kata benda besar): France, The Himalayas<br />Abstract Nouns (kata benda abstrak) : Charity, Beauty, fear, bravery<br />Collective nouns (kata benda bersama): team, family, group, etc.<br /><br />II. FUNCTIONS:<br />SUBJECT : The man climbed the electric pole<br />COMPLEMENT “pelengkap” (after be, become): Tom cruise is an actor<br />OBJECT OF A VERB: I saw a girl in the river<br />OBJECT OF A PREPOSITION : She is looking at the dog hysterically<br />IN POSSESSIVE OF OTHER NOUNS: He holds the girl’s hand tightly to show his love<br /><br /><br /><br /><br /> Pronoun (kata ganti)<br /><br />Subject<br />Object<br />Adjective<br />Pronoun<br />Reflexive<br />I Me My Mine Myself<br />we You Your Yours Ourself<br />You Them Their Theirs Yourself<br />They Use Our Ours Theyself<br />he Him His His Himself<br />She Her Her Hers Herself<br />it it It’s Its itself<br /><br />Adverbs (keterangan kata kerja/untuk menerangkan kata kerja)<br /><br />• Adverbs of Manner (kata tambah cara): carefully, slowly, fast, hard, etc.<br />• Adverbs of place (kata tambah tempat): somewhere, here, there, and places after prep.<br />• Adverbs of time (kata tambahan waktu): now, soon, today, eventually, afterwards, lately, recently, now, soon, tomorrow, immediately, still, etc.<br />• Adverbs of frequency (kata tambahan frekuensi): always, usually, sometimes, often, seldom, never, twice a day, periodically, etc.<br />• Adverbs of certainty(kata tambahan kepastian): certainly, definitely, apparently, evidently, obviously, presumably, undoubtedly<br />• Adverbs of degree (modify adjective or other adverbs, some also verb) “kata tambahan derajat (memodifikasi kata sifat atau kata tambahan lain, juga kata kerja)”: very, fairly, rather, quite, too, almost, nearly, quite, extremely, absolutely, really, so, only, completely, etc.<br />Interrogative Adverbs (kata tambahan bentuk Tanya)<br />Relative Adverbs (kata tambahan penghubung)<br /><br /><br /> ADJEKTIVE (Kata Sifat)<br /><br />KINDS:<br />1. ONE OR TWO SYLLABLE/S (satu atau dua suku kata/s)<br />Ex : fast, happy, slow<br />2. More than two syllables: (lebih dari dua suku kata)<br />Ex : beautiful, expensive, productive<br /><br />Positions :<br />1. Before noun (sebelum kata benda): beautiful girl<br />2. After to be (mendesak untuk): She is beautiful<br />3. Sometimes after object (kadang-kadang setelah benda): He always makes me sad ‘‘dia selalu membuat saya sedih’’<br /><br />SIMPLE SENTENCE ORDER<br /><br /><br />Pembuatan kalimat pada dasarnya didasarkan pada 2 atau 3 komponen, yaitu noun (kata benda), verb (kta kerja)/be and adjective (kata sifat) and pronoun (kata ganti). Seperti pada bahasa Indonesia terdapat SPOK pada setip kalimat maka dalam kalimat bahasa inggrispun sama yaitu subjek pada kata benda, predikat pda kata kerja dan objek pada kata sifat… atau adverb (keterangan kata kerja).<br /><br />Pelajari bagian ini dengan teliti untuk membentuk suatu kalimat yang benar.<br /><br /><br />Ada dua bentuk kalimat sederhana yaitu<br />1. Verbal adalah kalimat yang predikatnya dari kata kerja<br />I<br />He you<br />She does and we do<br />it they<br /><br />dan perlu diingat bahwa setiap kata benda tunggal fositif kata kerja harus di beri tambahan es/e. exsample: studies, writes, eats, goes, dll.<br />Co. untuk positif yang jawabanya adalah yes dan no “merry studies hard?” yes he doesn’t/no, he doesn’t<br />Dan untuk negatifnya “merry doesn’t study hard” (hurup s dihilangkan karena telah digantikan oleh doesn’t).<br /><br />Untuk positif “I eat rice” tidak pake s.<br />Untuk negative “I don’t eat rice” memakai don’t karena termasuk kelompok yang jamak.<br /><br /><br />2. Nominal/Complemen adalah suatu bentuk kalimat sederhana dimana yang menjadi predikat adalah be (am,are,is)<br />Co. untuk positif yang jawabanya yes and no.“ the gril is a nurse”<br />Dalam pembuatan kalimat positif pada verbal hampir sama dengan nominl karena untuk subjek tunggal pada kata sifat akan diberi akhiran e/es, akan tetapi pada kalimat nominal sebelum kata sipat/profesi maka akan diberi be.,…” the gril isn’t a nurse’ dan untuk negative tinggal ditambah not.<br /><br /><br /><br />W-H (what, when, whay, where, who,how) Question and the answer<br />Setelah mempelajari kalimat negative dan fositf verbal n nominal kita akan melanjutkan ke kalimat tanya…. Pelajari dan resapi…. Pasti bisa.<br />1. she drive slowly (verbal)<br />a. how does he drive? (pake does karena subjek tunggal)<br />b. who does drive slowly?<br /><br />2. the gril is a nurse in the hospital.<br />a. what is the gril?<br />b. Where is the gril work?<br /><br />3. the man works at a bank<br /><br />4. cat runs quickly<br /><br /><br />5. the cat is funny<br /><br />Sebenarnya untuk pembeljaran sampai disini anda sudah bisa langsung menerapkan berbicara bahasa inggris.<br /><br />SHORT CONVERSATIONS<br /><br /><br />Living at the bording house<br /><br />Anis : Do you live with your parents?<br />-Apakah kamu tinggal bersama orang tuamu?<br />Andini : No, I live at the boarding house.<br />-Tidak, saya tinggal di kos<br />Anis : How many people are there at the boarding house?<br />-Ada berapa orang di tempat kosmu?<br />Andini : There are ten people.<br />-Ada 10 orang disana<br />Anis : Are there university students?<br />-Apakah mereka semuanya mahasiswa<br />Andini : No, there are five students, two teachers, and three civil servants?<br />-Tidak, ada 5 mahasiswa, 2 guru dan 3 PNS.<br />Anis : what facilities are there?<br />-Fasilitas apa yang ada disana?<br />Andini : There are meeting room dan swimming pool.<br />-Ada ruang pertemuan dan kolam renang<br />Anis : Is there a regulation?<br />-Apakah ada peraturan tertentu?<br />Andini : Yes, there is. All inhabitans must come back before ten pm.<br />-Ya, semua penghuni harus kembali sebelum jam 10 malam.<br />Anis : How about the guest regulation?<br />-Bagaimana dengan peraturan mengenai tamu?<br />Andini : Visiting hourst is until nine pm, except Saturday evening.<br />-Jam tamu samapi jam 9 malam kecuali malam minggu.<br />Anis : Are there certain activities among the inhabitans?<br />-Apakah ada kegiatan tertentu diatara penghuni kos?<br />Andini : Yes, we usually discuss about certain topics every two weeks. And sometimes we hold swimming competion.<br />-Ya, kami biasa berdiskusi mengenai topic tertentu setiap 2 minggu sekali. Dan kadang-kadang mengadakan lomba renang.<br />Anis : That’s interesting. I am interested to live there.<br />-Wa, itu menarik. Saya tertarik tinggal disana.<br />Andini : Just by chance, there are two rooms still available. But you must hurry.<br />-Kebetulan masih ada kamar kosong, tetapi kamu mesti/harus bergegas.<br />Anis : All right. Let’s go there.<br />-Baiklah, mari kita pergi kesana.<br /><br /><br /><br />WHERE ARE YOU WORKING NOW<br /><br /><br />Eko : say en! How are you doing?<br />-Hai, en! Apa kabar?<br />Eni : eko! Hey, how are you?<br />-Eko! Hai, apa kabar?<br />Eko : not bed. Long time, no see.<br />-Baik-baik saja. lama tidak ketemu.<br />Ani : yeah, it must be close to there years.<br />-Yah, pasti sudah sekitar 3 tahun.<br />Eko : what are you doing here?<br />Apa yang sedang kamu lakuka disini?<br />Eni : I am waiting for my friend.<br />-Saya sedang menunggu teman.<br />Eko : where are you going?<br />-Kemana kamu akan pergi<br />Eni : we are going to campus. How about you?<br />-Kami akan pergi kekampus. Bagaimana dengan kamu?<br />Eko : I am still waiting for the bus.<br />-Saya masih menunggu bis.<br />Eni : are you going to work?<br />-Apakah kamu akan pergi kerja?<br />Eko : Yes, I am<br />-Ya.<br />Eni : are you still working in the at insurance company?<br />-Apakah kamu masih kerja diperusahaan asuransi?<br />Eko : No, I am not.<br />-Tidak.<br />Eni : why?<br />-Mengapa?<br />Eko : the salary is poor.<br />-Gajinya kecil.<br />Ani : where are you working now?<br />-Dimana kamu bekerja sekarang?<br />Eko : I am working at the bank. How about you, eko?<br />-Saya bekerja di bank. Bagaimana dengan kamu, Eko?<br />Eni : I am studying at Indonesian university.<br />-Saya masih study di UI.<br />Eko : what are you majoring?<br />-Kamu mengambil jurusan apa?<br />Eni : I am majoring English department. Sorry the bus is coming.I must be going now.<br />-Saya mengambil jurusan bahasa inggris. Maaf, busnya datang. Saya harus pergi sekarang.<br />Eko : until the next time.<br />-Sampai ketemu lain kali.<br />Eni : see you.<br />-Selamat tinggal.<br /><br /><br /><br /><br />WHERE WERE YOU LAST NIGHT<br /><br /><br />Rani : were you at home last night, yos?<br />-Apakah kamu dirumah tadi malam, yos?<br />Yossy : no, I wasn’t. I was at andi’s.<br />-Tidak, aku dirumah andi.<br />Rani : why were you there?<br />-Mengapa kamu di sana?<br />Yossy : we studied together.<br />-Kami belajar bersama.<br />Rani : was rani there too?<br />-Apakah roni juga disana?<br />Yoss : No, he wasn’t. he went to a cinema with his friend.<br />-Tidak, ia pergi ke bioskop dengan temannya.<br />Rani : how is andi’s mother?<br />-Bagaimana keadaan ibunya andi?<br />Yossy : she was sick yesterday afternoon. But she is well now.<br />-Ia masih sakit sore kemarin, tapi sekarang ia baik-baik saja.<br />Rani : thanks god.<br />-Syukurlah.<br />Yossy : how about you, ran. Were you at home last night?<br />-Bagaimana denganmu, ran. Apakah kamu dirumah tadi malam?<br />Rani : yes, I was.<br />-Ya benar.<br />Yossy : who were at home?<br />-Siapa yang berada dirumahmu?<br />Rani : my family and I were. We celebrated my brother’s brithdat.<br />-Aq dan keluargaku, kami merayakan ulang tahun adiku.<br /><br /><br /><br />THE BULDINGS<br /><br /><br />The driver : you can enjoy many interesting places of interest in central java Indonesia, like borobudur and parambanan temples, parangtritis beach, eat.<br />Pengemudin : Anda bisa menikmati temapt wisata di jawa tengah, seperti candi borobudur dan prambanan, pantai parnagtritis dan sebagainya.<br />The frenchman : how long were the two temples built?<br />Turis prancis : Berapa lam kedua candi itu dibangun?<br />The driver : I don’t know, sir. I wasn’t born yet at that time.<br />Pengemudi : Maaf, saya tidak tahu, tuan. Saya belum lahir saat itu.<br />The America : did you know that empire state building was built in only two months?<br />Turis amerika : Apakah kalian tahu bahwa empire state bulding hanya dibangun dalam waktu 2 bulan<br />The Frenchman : Really? The Eiffel tower was built innly one month.<br />Turis prancis : Benarkah. Menara Eiffel dibangun dalam waktu satu bulan.<br />the Englishman : that’s interesting. Buckingham palace in London was built in only to weeks.<br />Turis inggris : Menarik. Istana Buckingham di London di bangun hanya dibangun dalam waktu dua minggu.<br />The America : look at that large beautiful building over there. When was it built, sir?<br />Turis amerika : Lihat bangunan besar dan indah di sebelah sana. Kapan ia dibangun, pak?<br />The sriver : I don’t know. It wasn’t there yesterday.<br />Pengemudi : Saya tidak tahu. Bagunan itu tidak ada kemarin.<br /><br /><br /><br />Lanjutannya akan diberikan dengna pengiriman buku (speaking English correctly) n kamus yang disa diambil sekitar satu minggu setelah teks ini dikirim.<br /><br />Pelajari dan hapalah setiap harinya minimal 3 kata (untuk membentuk kalimat). Inti dari belajar adalah mengunakannya setiap hari begitu juga dengan bahasa inggris gunakan (praktekan) walau hanya sedikit. Yakinlah anda pasti bisa…….Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6362789762856317376.post-80807346664656527932009-09-17T18:09:00.000-07:002009-09-18T17:35:43.908-07:00LAPORAN ALSIN<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1RZOSr_QaIpWVIzBpFLiBdKUBoq9Vkzms9VhvlLPt9VCMuSBn-4cYasjrhziG4VucaCGbKlg9_WVhorwC-wCVo4VFGZhYFA4qgIGmPiGRUM1QCt5FuyiUi6icsEMjUlLt_rIVKgrU2i8/s1600-h/image024.gif"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 400px; height: 351px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1RZOSr_QaIpWVIzBpFLiBdKUBoq9Vkzms9VhvlLPt9VCMuSBn-4cYasjrhziG4VucaCGbKlg9_WVhorwC-wCVo4VFGZhYFA4qgIGmPiGRUM1QCt5FuyiUi6icsEMjUlLt_rIVKgrU2i8/s400/image024.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5382970046199429282" border="0" /></a><br /><div style="text-align: center;"> LAPORAN<br />ALAT MESIN PERTANIAN<br /><br /><br />AT TANAM (SEED DRILL)<br /><br /><br /><br />Disusun oleh:<br />Saepudin<br /><br /><br />DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />POLITEKNIK NEGERI JEMBER<br />2009<br /></div><br /><br /><br /><br /> <br /><div style="text-align: center;">BAB I. PENDAHULUAN<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br />A. Latar Belakang<br />Benih harus ditanam pada kedalaman tertentu pada tanah agar dapat tumbuh dengan baik. Benih yang ditanam terlalu dalam (lebih dari 10 cm) akan sulit tumbuh karena cepat membusuk, sebaliknya benih yang ditanam terlalu dangkal (misalnya sangat dekat dipermukaan tanah) akan cepat kering dan juga akan mengalami kesulitan untuk tumbuh. Umumnya benih ditanam pada kedalaman Benih 3 - 5 cm didalam tanah. Untuk pertumbuhan yang baik setelah perkecambahan, maka populasi benih dalam setiap luasan perlu diatur. Sebab populasi yang terlalu padat akan menyebabkan tanaman muda saling bersaing satu sama lain dalam mendapatkan makanan sehingga hasil panennya tidak maksimal. Sebaliknya populasi tanaman yang terlalu sedikit jelas juga tidak akan memberikan hasil panen yang maksimal. Karena itu selain pengaturan kedalaman tanam juga diperlukan pengaturan populasi pertumbuhan. Untuk memudahkan kerja petani, maka harus digunakan alat tanam yang dapat melaksanakan fungsi tersebut.<br /><br /><br />B. Tujuan<br />Adapun tujuan praktek pengenalan mesin penanam ini adalah agar mahasiswa dapat:<br />1. Mengidentifikasi alat tanam bij-bijian<br />2. Menyebutkan bagian-bagian alat tanam<br />3. Menjelaskan prinsip kerja dan dan fungsi bagian-bagian alat tanam biji-bijian<br />4. Mempersiapkan judul untuk tugas akhir<br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;">BAB II<br />LANDASAN TEORI<br /></div><br /><br />A. Hakekat Penanaman<br />Kemempuan suatu benih untuk tumbuh setelah ditanam bergantung pada varietas benih, kondisi tanah dan air serta lingkungan hidupnya. Apabila tanah ditanam dengan menggaunakan alat tanam, maka mekanisme kerja dan alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanah yaitu berpengaruh pada kedalama tanaman, jumlah benih per lubang, jarak antar lubang dalam baris dan jarak antar baris. Disamping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran benih dalam alat tanam. Hal ini tentu saja harus dihindari.<br /><br />Terdapat macam-macam jenis tanaman yang beruppa biji-bijian seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacanng hijau dan lain-lain, yang masing-masing memiliki bentuk, ukuran dan kekuatan serta kebutuhan agronmis yang berbeda –beda. Beragam sifat tersebut menyebabkan dibuthakan alat tanam yang mempunyai kemampuan yang berbeda pula.<br /><br />Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuankhususnya dalam bidang pertanian sekarang ini telah dekembangkan berbagi jenis mesin penanam biji-bijian yang dimaksudkan untuk membantu petani dalam memudahkan proses penanaman sehingga dapat menghasilkan kinerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih besar pula.<br /><br /><br />B. Alat Tanam Biji-Bijan (Seed Drill)<br />Alat tanam merupau alat yang digunakan untuk menanam biji bijian sesuai dengan kedalaman dan jumlah yang dikehendaki.<br /><br />1. Macam-macam Alat Tanam<br />Berdasarkan tenaga penariknya, alat tanam dibedakan menjadi:<br />a. Alat tanam manual<br />b. Alat tanam tarik hewan<br />c. Alat tanam mekanis<br /><br />2. Metode Penanaman<br />Ada beberapa metede penanaman biji antara lain:<br />a. Broadcasting (disebar)<br />b. Drill seeding (penanaman acak)<br />c. Precision drilling (jarak atur)<br />d. Hill droping (penempatan sekelompok)<br />e. Cheek row palting (penempatan seragam)<br /><br />C. Macam-macam Mesin Penanam Biji-Biian<br />Banyak sekali mesin tanam biji-bijian yang telah dibuat untuk mempercepta proses penanaman untuk membantu petani diantranya adalah sebagai berikut:<br />1. Mesin Tanam Sebar (Broadcast Seede)<br /><br />Centrifugal broadcast seeder Pada alat ini benih penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk menceaah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih dapat kontinyu.<br /><br />Kadang-kadang suatau roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang berputar, karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan dilempar mendatar karena akanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diamter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar.<br /><br />Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gamabr 1. Alat Tanam Sebar<br /><br />2. Mesin Tanam Acak Dalam Lajur (Drill Seeder)<br />Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain.<br /><br /><br /><br /><br />Gamabar 2. Mesin Tanam Acak Dalam Alur<br />3. Mesin Tanam Presisi Dalam Alur<br />Mesin ini memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumny dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 3. Mesin Tanam Presisi Dalam Alur<br /><br />D. Bagian-bagian Alat Tanam Benih<br />Dalam alat tanama benih terdapat beberapa bagian pokok diantaranya adalah sebagai berikut:<br />1. Hopper<br />Hopper merupakan bagian dari komponen mesin tanam yang berada di atas, yang berfungsi sebagai kotak penampung benih sebelum disalurkan atau ditanam pada tanah. Hopper mempunyai peranan penting dalam prses berjalannya benih karena apabila desain hopper tidak bagus maka akan terjadi penumpukan benih yang akan menghambat proses penanaman.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gamabar 4. hopper dengan lubang panjatan benih variable<br /><br />2. Seed Matering Device (SMD)<br />Seed matering device merupakan bagian dari alat tanah yang berada pada posisi tengah ataupun bawah yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran benih sehingga benih dapat jatuh dengan jumlah tertentu dan jarak tertentu sehingga proses penanaman bisa berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penanaman benih.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 5. Seed Marering Drill<br /><br />3. Feed Tube<br />Feed tube berada pada posisi dibawah hopper yang berfungsi sebagai penyalur pengeluaran benih dari hopper sehingga dapat masuk/tertanam pas pada lubang tanam yang telah dibuat oleh furrow opener.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gamabr 6.Sistem Penjatahan Benih Yang Melewati Feed Tube<br /><br /><br /><br /><br /><br />4. Furrow Opener<br />Furrow opener berfungsi sebgai pembuka alaur tanam yang akan dimasuki oleh oleh benih (biji-bijian) sehingga benih dapat cepat tumbuh terlindung dari panasnya sinar matahari serta binatang penganggu.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gambar 6. Jenis-jenis Pembuka Alur<br /><br />5. Covering Device<br />Corvering device berfungsi untuk menutup alur tanam sehingga tidak terjadi kavitsi lengas (tanah yang kering padat dan cepat menguap) yang bisa menyebabkabkan benih tidak dapat tumbuh dengan baik/tidak tumbuh.<br /><br /><br /><br /><br /><br />Gamabr 7. Penanaman Benih Sampi Ditutup Oleh Cnvering Device<br /><br /><br />E. Prinsip Kerja<br />Prinsip kerja mesin tanam bibit adalah perputaran mesin (motor) baik motor baker amupun motor bensin yang akan memutarkan SMD sehingga terjadi sirkulasi perputaran benih yang menyebabkan benih masuk kedalam SMD dengna jumlah tertentu sesuai dengan setingan (pengaturan) yang kemudian disalurkan pada feed tube yang selanjutnya ditanam pada alur yang telah dibuat oleh furriw opener dan kemudian ditutup oleh converind device sehingga tertutup dan terhindar dari koservasi legas.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Gamabr 7. Mekanisme Singulasi Pada Mesin Tanam (ASAE Handbook Vol.III, 1999)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;">BAB III<br />METODE PENULISAN<br /></div><br />A. Praktek Lapangan<br />Pengambilan data dengan mempraktekan langsung dilapangan terhadap teori-teori yang diberikan oleh dosen pengajar, dengan diawasi dan dibimbing untuk mencapai hasil praktek yang maksimal.<br /><br />B. Telaah Pustaka<br />Pengambilan materi juga dilakukan dengan mebaca buku-buku dan literatur lainnya guna menambah wawasan dan pengetahun penulis sehingga dapat tercapai laporan yang baik.<br /><br />Browsing Internet<br />Pasilitas internetpun ditempuh untuk mencari informasi-informasi terbaru dan pengambilan gambar tentang mesin-mesin yang menujang pembuatan laporan ini.<br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;">BAB IV<br />PEMBAHASAN<br /></div><br />A. Kebutuhan Benih<br />Untuk suatu jenis tanaman terdapat hubungan antara jarak tanam atau jumlah populasi per satuan luas dengan hasil yang akan diperoleh. Untuk itu kebutuhan benih yang optimum sangat perlu untuk diperhitungkan. Disamping itu harus diperhitungkan pula kemungkinan pekerjaan lain sesudah tanam dan panen degan penggunaan alat yang akan dipakai. Kebutuhan benih per hekter dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:<br /><br /><br /><br /><br />N = A.Q.100<br />K<br /><br />Diamana:<br />N = kebutuhan benih per hektar (kg)<br />A = jumlah pertumbuhan per hektar (juta)<br />Q = jumlah benih yang keluar dari mesin (kg)<br />K = factor kualitas benih<br /><br />K = C.E/100<br /><br />C = kebersihan benih (%)<br />E = daya tumbuh (%)<br /><br />Dengan pengaturan diusahakan supaya jumlah benih dapat diperhitungkan dapat dipenuhi dengan mengatur kecepatan putar dari seed matering devices atau pengaturan luas bagian yang mengambil benih. Pengaturan dilablatorium dengan mengambil seed drill sedemikian rupa sehingga mekanisme dan penyaluran benih dapat berjalan. Benih yang keluar ditampung dan kemudian ditimbang. Jumlah benih yang keluar harus sesuai dengan berat yang diperoleh dengan persamaan berikut:<br /><br /><br />X = 3,14.D.B.N<br />10.000<br /><br /><br />Dimana :<br />X = jumah benih yan gkeluar satu kali putaran roda (kg)<br />D = diameter roda (m)<br />B = lebar kerja seed drill (m)<br />N = berat benih per hektar (kg)<br /><br />Dengan msisng-msing alur tidak boeh menyimpang lebih dari 5 % dari ketentuan. Pengaturan ini harus diuji sekali lagi dilapangan sebelum betul-betul digunakan. Salah satu pengujian dapat menggunakan rumus berikut:<br /><br />Q = B.L.N<br />10.000<br /><br />Dimana:<br />Q = jumlah benih yang keluar (kg)<br />L = panjang yang ditempuh (m)<br />B. Penyetelan Pembuka Alur (Furrow Opener)<br />Furrow opener distel sesuai dengna jarak alur tanam yang direncanakan, bila jarak alur merupakan keliptan dari jarak yang sesuai dengan ukuran seed drill tersebut maka hanya menutup sebagian penyalur benih yang sesuai hingga diperoleh jarak alur yang sesuai. Ukuran seed drill 11-7 berarti jumlah furrow opener dari masing-masing jarak 7 inchi.<br />Apabila harus menyusun furrow opener pada batang penempatannyapada jarak tertentu, jumlah furrow opener yang dapat dipasang pada batang penempatannya (n) dapat ditentukan sebagai berikut:<br /><br />n = I + 1<br /> b<br />Dimana:<br />I = panjang batang penempatan (m)<br />b = jarak antar alur tanam (m)<br /><br />harga I/b merupakan bilangan bulat, kalau tersisia angka yang tersisa tersebut dibagi dua, hasilnya merupakan jarak antar pinggir dari batang penenpatan dengan pembuka alur paling pinggir.<br />Apabila penanaman dengan tebar alur yang tidak seragam, jumlah strip dapat dipasang m dalam sebagai berikut:<br /><br />m = 1 + a – (c – 1) b<br />a<br /><br /><br />Dimana:<br />a = jarak antar tengah strip satu dengna strip yang lain (m)<br />b = jumlah alur tiap strip<br />harga m juga merupakan bilangan bulat, bila tersisa maka bilangan tersebut dibagi dua dan hasilnya merupakan jarak pinggir dari batang penempatan terujung dengan pembuka alur terluar.<br /><br />C. Pengaturan Maker<br />Pengaturan ini dilakukan supaya penanaman kesatu dan berikutnya tidak terjadi overlapping atau terlalu jauh. Panjang marker M bila dipasang dikanan, sebagai pedoman kanan dapat ditentkan sebagai berikut:<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />M = P - M + b<br />100<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;">BAB V<br />SIMPULAN DAN SARAN<br /></div><br />A. Simpulan<br />Praktek dilaksanakan di Labolatorium Mekanisasi Politeknik Negeri Jember, banyak sekali pengalaman dan ilmu baru yang saya dapat. Dari hasil praktek diatas dapat kami simpulkan bahwa:<br />1. Penanaman dengan mengunakan alat tanam lebih ekonomis dan efisien<br />2. Pengaturan alat tanam yang baik akan menghasilkan hasil tanam yang baik pula<br />3. Perancangan alat tanam yang baik adalah dengan melihat kondisi lapangan dan medan tempat alat tanam tersebut akan dioperasikan<br />4. Untuk menghsilkan penanaman yang baik keceptan mesin penanam harus disesuaikan dengan pengeluaran benih<br /><br /><br /><br />B. Saran<br />Adapun saran yang ingin disampaikan penulis adalah:<br />Pelaksanaan praktek dilapangan sangat baik apabila bila bisa di coba langsung di lahan dengan penanaman benihnya, agar kami bisa melihat hasil proses penanaman yang baik dan yang tidak baik.</div>Unknownnoreply@blogger.com0