Selasa, 29 September 2009

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beras adalah komoditas strategis dan merupakan pangan pokok bangsa Indonesia. Konsumsi beras setiap tahun selalu meningkat seiring dengan laju penambahan penduduk. Sudah banyak upaya untuk mengerem laju konsumsi beras dengan aneka ragaman pangan lokal namun tampaknya setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Swasembada beras terjadi tahun 1984 dan dapat dipertahankan pada tahun 1990. Setelah itu peningkatan konsumsi beras tidak sebanding lagi dengan laju peningkatan produksi dan areal panen (Kasryno et al., 2001). Sejak tahun 1994 Indonesia mulai mengimpor beras lagi, dan setiap tahun ada kecenderungan peningkatan impor.
Masalah besar petani adalah kehilangan hasil, mutu yang rendah dan harga yang fluktuatif yang cenderung tidak memberikan insentif kepada mereka sangat amat dirasakan dan perlu segera solusinya (Moehaimin-Sovan, 2002). Kehilangan hasil pasca panen masih tinggi yaitu mencapai 20,5% (Anonimus, 1995). Mutu beras yang dihasilkan umumnya sangat rendah yang dicirikan oleh beras patah (broken) yang lebih dari 15% dengan rasa, warna yang kurang baik. Selanjutnya harga gabah ditingkat petani belum dapat memperbaiki tingkat pendapatan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi telah banyak sekali peralatan dan mesin yang dibuat untuk penanganan pasca panen yang dapat membantu petani dalam mengefektifkan dan mengefisienkan hasil pengilingan padi (RMU) sehingga harga padi dapat sesuai dengan harga dan kebutuhan pasar.

B. Tujuan
Adapun tujuan digunakannya Pengilingan Padi (RMU) adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi jumlah kehilangan beras akibat penumbukan.
2. mengurangi dan mempertahankan kualitas beras hasil gilingan.
3. mengefektif dan mengefisienkan waktu, biaya dan pekerja.























BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pengilingan
Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling (huller atau husker)
2. Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator)
3. Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher)
4. Mesin pengayak bertingkat (sifter)
5. Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung)

Mesin pemecah kulit/sekam gabah kering giling berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah. Input bahan dari mesin ini adalah gabah kering giling (GKG), yaitu gabah dengan kadar air sekitar 14% basis basah dan outputnya berupa beras pecah kulit (BPK) yang berwarna putih kecoklatan (kusam) atau disebut juga brown rice. Mesin pemecah kulit gabah yang banyak digunakan dewasa ini adalah mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya memecah kulit gabah dengan cara memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder karet yang dipasang berhadapan. Persentase gabah terkupas, beras patah dan beras menir tergantung pada kerapatan dan kelenturan silinder karet ini. Silinder yang telah mengeras atau yang terlalu rapat satu sama lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras menir, sedangkan jarak kedua silinder yang renggang akan menyebabkan persentase gabah tidak terkupas meningkat. Biasanya gabah yang tidak terkupas akan dipisahkan dari beras pecah kulit dan dimasukkan lagi ke dalam pengumpan hingga semuanya terkupas. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan mesin lain yang disebut mesin pemisah BPK dan gabah, atau secaram umum disebut pengayak.
Mesin pemecah kulit diperlihatkan pada Gambar 1, sedangkan Gambar 2 memperlihatkan aliran gabah dalam mesin tersebut. Gabah yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas. Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini tergantung pada penyetelan mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari beras pecah kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah gabah dari beras pecah kulit, yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit.


Gambar 1. Mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll (Sumber : PT Agrindo)





Gambar 2. Aliran bahan pada mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll (Sumber : PT Agrindo)
Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak. Mesin penyosoh yang umum digunakan di Indonesia adalah mesin tipe friksi jetpeller. Beras pecah kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak rata dan pada bagian dalamnya terdapat silinder lain yang lebih kecil dan mempunyai permukaan luar yang tidak rata serta berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan bergesekan dengan permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit arinya (aleuron) yang berwarna kecoklatan terkikis. Kulit ari yang terkikis ini menjadi serbuk dedak yang dapat menempel pada permukaan beras dan juga permukaan dinding silinder, sehingga dapat menurunkan kapasitas penyosohan. Oleh karena itu mesin penyosoh tipe jetpeller dilengkapi dengan hembusan udara yang kuat dari dalam silinder kecil yang berlubang-lubang, sehingga mendorong dan melepaskan serbuk dedak dari permukaan beras dan dinding silinder untuk mendapatkan beras putih yang bersih dan menjaga kapasitas giling tidak menurun. Selain itu hembusan udara ini juga berfungsi untuk menjaga suhu beras tetap rendah selama proses penyosohan sehingga penurunan mutu akibat perubahan kimia (menyebabkan cracking pada beras) yang disebabkan oleh panas dapat dicegah.





Gambar 3. Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller (Sumber : PT Agrindo)
Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik, beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga. Pemisahan dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau silinder pemisah (silinder separator). Ketiga macam mutu beras tadi akan dicampurkan kembali dengan perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual sebelum beras dikemas bila akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan karung plastik berukuran 50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian pula penutupan karung, dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa bantuan alat penjahit portabel. Gambar 4 memperlihatkan cara kerja mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat beserta hasil pemisahannya.


Gambar 4. Mesin pengayak beras dengan saringan bertingkat dan hasil proses pemisahannya (Sumber : PT Agrindo)
Bila ditinjau dari konstruksinya, mesin-mesin penggiling padi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP). Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah pada ukuran, kapasitas dan aliran bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap kadangkala dilengkapi dengan pembersih gabah sebelum masuk mesin pemecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai hasil sampingan dari proses penyosohan.
B. Rice Milling Unit.
Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). RMU rata-rata mempunyai kapasitas giling kecil yaitu antara 0.2 hingga 1.0 ton/jam, walau mungkin sudah ada yang lebih besar lagi. Mesin ini bila dilihat fisiknya menyerupai mesin tunggal dengan fungsi banyak, namun sesungguhnya memang terdiri dari beberapa mesin yang disatukan dalam rancangan yang kompak dan bekerja secara harmoni dengan tenaga penggerak tunggal. Di dalam RMU sesungguhnya terdapat bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi memisahkan BPK dan gabah dari sekam lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan gabah yang belum terkupas untuk dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang berfungsi melakukan pemutuan berdasarkan jenis fisik beras (beras utuh, beras kepala, beras patah, dan beras menir). Kesemua fungsi tersebut dikemas dalam satu mesin yang kompak dan padat, sehingga praktis dan mudah digunakan. Salah satu bentuk RMU.

Rice milling unit merupakan suatu mesin yang berpungsi untuk mngupas kulit luar padi dan memutihkan padi supaya mutu serta kualitas padi tetap terjaga. Rice milling unit memilliki berbagai kelabihan dibandingkan dengan pengupasan padi tradisional diantanya adalah sebagai berikut:
1. beras yang dihasilkan lebih bersih dan mengkilap sehingga meningkatkan harga jual
2. proses produksi lebih cepat mudah dan menyenangkan
3. mengurangi kebutuhan tenaga kerja
4. hasil produksi lebih banyak dengan waku yang singakat
5. minimalnya beras pacah (broken) sehingga dapat mempertahankan mutu

a. Jenis-jenis Rice Milling
Ada beberapa jenis pengiling padi diantaranya adalah:
 Bur mill
 Hamer mill
 Role mill

C. Analisis Pendapatan Bersih Usaha RMU
Komponen biaya total terdiri dari biaya-biaya variabel (biaya tidak tetap) dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas, dengan kata lain biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, akan tetapi biaya variabel per unit sifatnya konstan. Sedangkan biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas (Garrison dan Norren, 2001).
Keuntungan = Penerimaan Total – Biaya Total
D. Analisis Finansial RMU
Analisis finansial yaitu menghitung tingkat imbalan yang diterima dari modal yang sudah diinvestasikan pada usaha RMU. Kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Present Value (NPV), Net B/C, dan IRR.. (Pujosumarto, 1998 ; Gitinger, 1986)
Net Present Value (NPV) :

Keterangan :
B = Manfaat penerimaan tiap tahun
C = Manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun
t = Tahun kegiatan usaha (t = 1,2,...n)
i = Tingkat discount yang berlaku

Kriteria NPV yaitu :
NPV > 0, berarti usaha RMU yang telah dilaksanakan menguntungkan;
NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan;
NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.
Internal Rate of Returns (IRR) yaitu :
= 0

Keterangan :
Bt = Manfaat penerimaan tiap tahun
Ct = Manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun
t = Tahun kegiatan usaha (t = 1,2,...n)
i = Tingkat bunga yang berlaku







BAB III. PEMBAHSAN

A. Prosedur
Adapaun prosedur praktek Rice Milling Unit adalah sebagai berikut.
1. Persipan Bahan dan Alat
adapun bahan dan peralatan yang dibuthkan adalah sebagai berikut:
a. Gabah kering
Gabah kering yang disiapkan adalah sekitar 4.5 kg dan diusahakan kering, supaya tidak hancur ketika proses penggilingan untuk itu perlu di keringkan sampai kadar air 14 % agar baik tidak hancur dan standar untuk dikonsumsi.

b. Timbangan
Timbangan merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengetahui bobot dari setiap bagian gabah yang akan di giling, karena gabah yang digiling sedikit jadi menggunakan RMU yang kecil supaya lebih efektif dan efisien.

c. Wadah
Dalam proses penimbangan, dan penggilingan kita memerlukan wadah yang cukup supaya tidak bluberan kemana-mana, leh karena itu tempat penampungan (wadah) sangan penting disediakan supaya praktek berjalannya dengan lancer. Adapun wadah yang dipergunakan adalah ember, baskom dan serokan.

2. Penimbangan pertama
Setelah gabah siap proses selanjutnya adalah penimbangan, penimbangan dilakukan tiga kali karena dibagi menjadi tiga wadah yang masing-masing wadah berisikan 3 kg gabah agar sesuai dengan kafasitas RMU yang ada. Proses penimbangan dilakukan sebganyak dua kali perkelompok (wadah) yang pertama sebelum pengilingan dan yang kedua setelah penggilingan.

3. Penggilingan
Pengilingan padi dilakukan dengan menggunakan model RMU kecil yang digerakan dengan tengga listrik. Sehingga tidak bising akan tetapi beras yang dihasilkan kurang putih karena tidak dilengkapi dengan pemutih. Beras yang digiling masing-masing tiga kg, setiap kali memasukan dengan penyetelah rubber roll yang berfariasi.

4. Penimbangan kedua
Setelah dilakukan penggilingan kemudian hasil pengilingan ditimbang dan dipisahkan menjadi tiga kali penimbangan yaitu:
a. Beras kepala
b. Beras patah
c. Sekam
Untuk penimbangan beras kepala dan beras patah menggunkan alat timbang kecil karena hasil gilingan gabah hanya menghasilkan beras yang seditik akan tetapi untuk sekam digunkan timbangan yang besar agar seseui dengan kafasitanya.

B. Hasil
Adapun hasil praktek pengilingan padi yang dilakukan dilab alsin 4 sepetember 2009 adalah sebagai berikut:
1. Penimangan pertama
a. Beras pecah
Penimbangan pertama dengan gabah kotor 3,5 kg, berat bersih 65,5 gr.
Beratnampan 85 gr – berat kotor 378 = berat bersih 293 gr
b. Sekam
Berat nampan 85 gr – berat kotor 1050 gr = berat bersih 965 gr.
c. Beras kepala
Berat awal – berat total giling = 1500 – 1323,5 = 176,5
Kehilangan persentase pecah kulit = 0,88 %

2. Penimbangan kedua
a. Beras pecah
Berat kertas 3,5 gr – beras pecah 85 gr = 81,5 gr

b. Sekam
Berat nampan 85 gr – berat sekam = 417 gr

c. Beras kepala
Berat bersih beras kepala = 332 gr

3. Penimbangan ketiga
a. Beras pecah
Beras gabah 63 gr – berat kertas 3,5 = 59,6 gr

b. Berat sekam
Berat sekam 286 – berat sekam 216,6 = 502,6 – berat nampan 85 gr = 417,6 gr

c. Beras kepala
Beras utuh 580 – 503 = 1083 – 85 = 998 gr






BAB IV. KESIMPULAN

Dari peraktek hari rabu tanggal 01 juli 2009 saya dapat menyimpulkan bahwa; Rice Milling Unit (RMU) adalah suat alat yang sangat diperlukan untuk mempertahankan kualitas dan sangat efektif serta efisien karena dapat meningkatkan harga jual beras petani. Pemecahan padi secara manual dengan cara ditumbuk menyebabkan harga jual beras petani menjadi sangat murah dibawah standar. Sehingga penulis yakin bahwa RMU dapat membawa kehidupan petani kearah yang lebih baik.

0 komentar:

 

Blogroll

Site Info

Text

HIDUP ADALAH TANTANGAN Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template