Jumat, 18 September 2009

LAPORAN MAGANG INDUSTRI

PEMBUATAN TUNGKU PENGERING ABC
DI BALAI BESAR PADI SUKAMANDI SUBANG


LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN




Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Persyaratan Penyelesaian Praktik Kerja Lapangan Pendidikan Diploma 4 Manajemen Agroindustri
Bidang Peminatan Rancangbangun Peralatan Pertanian





Disususn Oleh:

SAEPUDIN
K4060608




MANAJEMEN AGROINDUSTRI
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) PERTANIAN CIANJUR
Kerjasama Dengan
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2008



KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kahadirat ALLOH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidaya-Nya sihingga penulis dapat menyelesaika laporan ini dengan baik tanpa hambatan apapun.

Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Subang, Jawa Barat, sekitar 20 KM dari Cikampek kearah Cirebon, yang dilaksanakan selama 5 bulan mulai bulan September 2007 sampai dengan bulan Februari 2008. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Dedy H karwan, MM, Selaku Kepala Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian Cianjur.
2. Ir Anton Sugiri, MP. Selaku Kepala Program Diploma 4 VEDCA.
3. Ir. Asmuji, MM Selaku Direktur Politeknik Negeri Jember.
4. Drs. Hasil Sembiring, selaku Kepala Balai Besar Padi Sukamandi.
5. P. Edi Siswanto, S. Sos., selaku Penanggung Jawab Jurusan Rancangbangun Peralatan Pertanian.
6. Ir. Nurdi Ibnu Wibowo, MP., selaku Pembimbing II.
7. Ir. Sutrisno, MS., selaku Pembimbing I.
8. Seluruh keluarga yang mendukung penuh dalam penyusunan laporan ini.
9. Semua pihak yang telah mendukung penyusunan laporan ini baik secara materil maupun moril.

Penulis berharap semoga amal dan ibadah semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan PKL ini diterima oleh ALLOH SWT, amin. Manun demikian penulis masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan penulis. Dengan demikian penulis menerima serta mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun atas kekurangan tersebut, sehingga penulis bisa belajar dari kesalahan tersebut demi menuju kesempurnaan. Kurang dan lebihnya penulis minta maaf yang sebesar-besarnya khususnya bagi pembaca yang budiman pada umumnya.





Subang. 22 Februari 2008


Penulis





BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Praktik kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu program D4 VEDCA join program Politeknik Negri Jember yang dilaksanakan di luar kampus pada tingkat II selama 10 bulan dan setiap akhir PKL setiap mahasiswa wajib membuat laporan hasil PKL tersebut.

Dengan adanya kegiatan PKL tersebut diharapkan mahasiswa akan lebih terampil dan profesional serta mempunyai kompetensi sesuai tuntutan dunia kerja. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu diadakan penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang memudahkan keahlian profesi dan akademis yang serasi antara pendidikan di kampus dengan pengalaman kerja di industri.

Praktik kerja lapangan merupakan salah satu sarana untuk mengetahui dan mengenal lebih jauh tenang mesin pengering padi (box dryer) karena seperti yang kita tahu bahwa pengolahan pasca panen padi sangat mendukung stabilitas ekonomi rakyat Indonesia dan faktor penghalang petani dalam penanganan hasil panen pada musim hujan adalah kebutuhan luas lahan yang memadai untuk pengeringan dan ketergantungan pengeringan pada cuaca. Sementara itu, padi harus bisa kering siap simpan/giling kurang dari enam hari untuk menghindari kerusakan gabah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, telah ada temuan paket teknologi pengeringan gabah menggunakan ruang pengering dengan tungku berbahan bakar sekam yang dapat mengeringkan gabah dengan cepat dan menghasilkan mutu serta rendemen beras giling yang meningkat dibandingkan dengan penjemuran.

B. Tujuan PKL (Praktik Kerja Lapangan)

Adapun tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah agar mahasiswa:
1. Mengetahui proses produksi alat tungku pengering (Box dryer)
2. Memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang nyata tentang produksi Box dryer.
3. Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah tahun pertama.
4. Dapat memenuhi persyaratan akademik dalam menempuh pendidikan Diploma 4 VEDCA Agribisnis Pertanian Managemen Agroindusri kerja sama antara PPPPTK (Pusat Pengemangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) Pertanian Cianjur dengan Politeknik Negri Jember.

C. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di dunia industri adalah meningkatkan pengeahuan dan keterampilan mahasiswa dengan ilmu dan pengalaman langsung mengenai produksi alat mesin pertanian ( mulai dari membaca gambar, praktik bengkel, teknik teknologi penyambungan, kerja mesin dan produksi rancangbangun alat). Melalui kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat dibangku kuliah dengan praktik langsung di lapangan.

Dengan demikian akan meningkatkan pola pikir mahasiswa dalam pengembangan gagasan yang dapat membantu baik di dalam meningkatkan kualitas, produktivitas maupun kinerja dalam suatu kegiatan produksi alat mesin. Selain itu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari mahasiswa maka akan terjadi pula peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) yang akan menciptakan calon-calon profesional dalam bidang teknologi alat mesin pertanian yang akan menunjang pengembangan permesinan di Indonesia khusunya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Tungku Pengering

Perbaikan budidaya tanaman padi di lahan pasang surut yang sampai saat ini terus terpacu, mengakibatkan meningkatnya produksi gabah per ha di beberapa wilayah seperti Delta Telang, Delta Saleh, Karang Ulu, Delta Upang dan Air Sugihan. Dilain pihak penanganan panen dan pasca panen belum mendapatkan sentuhan yang berarti. Kesenjangan ini mengakibatkan terciptanya kondisi kontra produktif, sehingga hasil yang dicapai tidak dapat dimamfaatkan secara maksimal. Penanganan pasca panen padi secara tradisisonal yang diwarnai kurangnya tenaga kerja, menyebabkan waktu yang diperlukan untuk panen, perontokan dan penjemuran padi menjadi sangat panjang. Penurunan mutu beras giling sehingga harganya rendah tidak dapat dielakan lagi.

Dengan semakin maraknya merk beras inpor di pasar-pasar domestik di Indonesia, ternyata beras produksi dalam negeri mempunyai daya saing yang sangat rendah dibandingkan dengan beras ixport misalnya Vietnam, beras kita mempunyai mutu yang sangat rendah tetapi harganya lebih tinggi. Oleh karena itu agar beras produksi dalam negeri mampu bersaing di pasar global, maka mutu dan efisiensinya harus ditingkatkan. Salah satu dari kegiatan pasca panen yang perlu diperbaiki untuk mencapai tujuan di atas yaitu proses pengeringan. Dengan menggunakan teknologi pengeringan buatan (tungku pengering), maka mutu dan rendemen beras giling akan meningkat dibandingkan dengan penjemuran. Beberapa tungku pengering buatan yang telah dibuat adalah sebagai berikut:


1. Tungku Pengering ABC

Tungku pengering ABC merupakan suatu teknologi pengeringan dengan menggunakan bahan bakar sekam. Nama tungku sekam ABC itu sendiri diambil dari nama unsur-unsur pemanas dan pemasak yang menggunakan bahan bakar sekam. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu heat exchanger tungku pengering bahan bakar sekam (BBS) APESSI, Stuktur tungku yang terpisah dari plenum dari mesin pengering BBS Bimasakti, dan tungku pengolah tahu dari pabrik milik petani di Cilamaya.

Tujuan pengeringan adalah menurunkan kadar air sampai kadar tertentu sehingga rendemen dan mutunya tinggi, dengan proses penghembusan udara panas oleh blower keruang plenum sehingga terciptalah udara panas yang akan mengeringkan gabah. Adapun bagian-bagian tungku sekam ABC adalah sebagai berikut:
a. Motor 7.2 PK/PS
b. Blower aksial
c. Tutup cerobong asap
d. Cerobong asap
e. Dinding cerobong asap
f. Nako
g. Tungku
h. Pintu Tungku
i. Rumah tungku
j. Saluran penghubung tungku dan plenum
k. Outlet
l. Roda
Pengering Model ABC mempunyai beberapa komponen pembantu yang masing-masing komponen mempunyai peranan penting dalam proses pengeringan, komponen tersebut yaitu ruang pengering dan flow meter.

a. Ruang Pengering

Ruang pengering berbentuk bak dengan kapasitas 3 ton dengan ukuran panjang 4 m. Lebar 3 m. dan tinggi 1,1m. Ketinggian ruang pengering dibagi dua bagian yaitu, 0,5 m untuk ruang plenum (ruang kosong) dan 0,1 m untuk pengaman gabah supaya tidak tumpah. Ukuran bak pengering diambil dari densitas gabah, densitas gabah yaitu berat gabah/volume. Jadi apabila berat gabah 3 ton (3000 kg) maka diperlukan ruang sebesar 6 m3, dan apabila menginginkan pengeringan dalam pengringan dengan kapasitas besar dapat diukur dari densitas tadi. Ruang pengisian tidak boleh lebih dari 0,5 m supaya tidak perlu dibolak-balik karena itu apabila pengisian melebihi ukuran tarsebut dan gabah tidak dibolak-balik maka gabah akan kering sebelah bahkan bagian bawah gabah akan gosong.

Ruang plenum (ruang kosong) dan ruang pengering dibatasi oleh plat lubang dengan diameter 2,2 mm. Ukuran ruang plenum adalah setengah dari ukuran ruang pengisian.

1) Prinsip Kerja

Prinsip kerja ruang pengering adalah menampung udara panas yang disalurkan oleh blower ke dalam ruang palenum dan menyalurkannya keruang pengisian.


2) Bagian-Bagian Ruang Pengering
a) Pintu unloading
b) Tangga
c) Plat poros
d) Ruang plenum
e) Termometer jarum

b. Flow Meter

Flow meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara yang menembus gabah, sehingga operator dapat dengan mudah melakukan pangaturan suhu pengeringan.

1) Prinsip Kerja Flow Meter

Mengukur tekanan udara panas yang keluar dari atas gabah yang menyebabkan naiknya palampung pada pengukur tekanan, sehingga diketahui besarnya tekanan udara yang keluar dari atas gabah.

2) Bagian-Bagian Flow Meter
a) Plat stainless
b) Fiber
c) Corong
d) Senar
e) Palampung
f) Plat strip

c. Menurut Sutrisno (Sutrisno et al., 1999) tungku pengering ABC mempunyai banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan mesin pengering berbahan bakar minyak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Dapat menghemat BBM karena udara panas yang dihasilkan merupakan hasil pembakaran sekam.
2) Bahan sekam tidak akan menghasilkan bau minyak karena udara panas yang dihembuskan berasal dari pembakaran sekam.
3) Beras yang dikeringkan dengan mengunakan tungku pengering ABC berbahan bakar sekam telah teruji mempunyai rendemen dan mutu yang tinggi dibandingkan dengan beras jemuran.
4) Dapat digunakan pada waktu dan cuaca buruk sekalipun.
5) Suhu dan kadar air dapat diatur sesuai keinginan.

2. Tungku Gama

Tungku gama adalah suatu teknologi pengeringan gabah yang menggunakan ruang pengering dengan tungku berbahan bakar sekam yang di dalamnya terdapat gas panas yang dapat mengalir melewati susunan rak gabah (kontak langsung).
Aliran gas panas itu berlangsung secara alami karena disedot oleh efek tarikan cerobong. Proses pengeringannya berlangsung secara terus-menerus sehingga dengan cepat gabah dapat mencapai tingkat kekeringan yang sesuai dengan keinginan.



a. Menurut Sutrisno (Suara Merdeka 13 April 2004) tungku pengering gama mempunyai banyak sekali kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Sistem pengeringan gabah berbahan bakar sekam ini memamfaatkan tarikan cerobong sehingga tidak perlu blower listrik, sehingga dapat dibuat di daerah terpencil yang tidak ada listrik sekalipun. Hanya perlu sedikit latihan untuk mengoprasikan pengering itu secara optimal.
2) Berdasarkan penelitian, pengaruh pengeringan dengan pengasapan gas panas sensorik yang dihasilkan tidak terdeteksi dan bahkan mulai tampak indikasi pengaruh positif gas panas pada tingkat keawetan selama penyimpanan.
3) Pada kondisi lingkungan kurang ideal, pengeringan gabah hingga kering siap giling/simpan memerlukan waktu dua hari untuk tiap kali pengeringan.
4) Proses pembakaran dalam tungku tersebut hampir sempurna, gas buang berkadar CO di bawah 2% tanpa warna dan tidak berbau.

b. Menurut Saepudin (Mahasiswa VEDCA Cianjur) tungku pengering merupakan suatu teknologi pengeringan buatan yang sangat efektif apabila diterapkan di masyarakat, karena sistem pengeringan dengan tungku sekam tidak begitu membutuhkan tenaga dan waktu yang lama juga dapat meningkatkan mutu dan rendemen gabah. Pengering dengan tungku ini juga dapat menjadi peluang usaha yang baik dalam bisnis pengeringaan dan hanya perlu sedikit latihan untuk mengoprasikannya.




B. Pemecahan Masalah Yang Pernah Dilakukan

1. Masalah Proses Pengeringan dan Pemecahanya
Dalam proses pengeringan kadang timbul masalah yang sering terjadi pada waktu pengoprasian tungku pengering. Beberapa masalah yang sering timbul diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Gabah gosong
Gabah gosong merupakan suatu kejadian yang mungkin akan terjadi apabila kita tidak jeli dan selektif pada saat melakukan pengeringan.

1) Identifikasi Masalah
Beberapa faktor penyebab terjadinya masalah di atas adalah sebagai berikut:

a) Suhu Pengeringan Terlalu Tinggi
Suhu pengeringan sangat berpengaruh terhadap hasil pengeringan itu sendiri, oleh karena itu suhu pengeringan tidak boleh melebihi 40 oC untuk benih dan 45 oC untuk konsumsi karena apabila suhu pengeringan lebih dari 45 oC maka gabah yang dikeringkan bisa gosong atau beras yang digiling akan hancur.

b) Matinya Aliran Listrik
Matinya aliran listrik akan menyebabkan tidak berputarnya blower (yang menggunakan motor listrik), sehingga tidak tersalurkannya udara panas hasil pembakaran, akibatnya udara panas yang ada dalam ruang plenum tidak naik dengan sempurna, sehingga terjadi penumpukan udara panas pada gabah lapisan bawah yang dapat mengakibatkan gabah lapisan bawah menjadi gosong.

c) Lapisan Gabah Terlalu Tebal
Lapisan gabah yang terlalu tebal dapat mengakibatkan terjadinya gabah yang gosong, dikarenakan udara panas tidak dapat menembus gabah lebih dari 50 cm dengn sempurna, yang akan mengakibatkan gosongnya gabah bagian bawah dan tidak tercapainya kadar air yang diharapkan.

2) Pemecahan Masalah
Gabah gosong bisa diantisipasi apabila operator mau lebih sabar dan teliti dalam melaksanakan pengeringan, karena biasanya kelalaian operator dalam mentaati prosedurlah yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut. Cara mengantisipasi terjadinya gabah gosong adalah sebagai berikut:
a) Perahatikan suhu pengeringan dengan melihat termometer jarum yang terpasang di samping tungku.
b) Jangan meninggalkan gabah yang sedang dikeringkan.
c) Apabila listrik mati segera buka tutup rumah tungku untuk mengeluarkan udara panas yang tidak tersalurkan ke plenum.
d) Apabila suhu terlalu tinggi segera rubah kecepatan mesin.

b. Terjadinya Kebakaran
Kebakaran, dari namanya mungkin kita sudah merinding mendengarnya, karena dalam pengeringan padi bisa saja terjadi, bahkan sangat disayangkan sekali apabila gabah yang sedang kita keringkan terbakar dengan tempat pengeringannya, karena itu sangat jauh dari harapan kita. Harapan kita ingin mendapatkan keutungan dan mutu besas yang tinggi dari pengeringan buatan tersebut, tapi malah mendapatkan musibah.

1) Identifikasi Masalah
Beberapa sebab terjadinya kebakaran dalam pengeringan gabah diantaranya adalah sebagai berikkut:

a) Matinya Aliran Listrik
Matinya aliran listrik juga dapat menyebabkan tidak berjalannya blower, yang mengakibatkan udara panas tidak tersalurkan ke bak pengering dan apabila udara panas itu tidak tersalurkan ke dalam ruang plenum oleh blower maka api akan naik ke cerobong yang mengakibatkan terjadinya kebakaran.

b) Operator Yang Ceroboh
Operator adalah orang yang sangat berperan penting dalam proses pengeringan karena baik buruknya pengeringan itu diteuntukan oleh operator, kecerobohan operator bisa berakibat fatal, karena bukan hanya gabah yang gosong yang akan terjadi bahkan pabrik/ ruangan tempat pengeringan bisa terbakar.

2) Pemecahan Masalah
Kebakaran merupakan suatu tragedi yang tidak ada satu orang pun yang mengharapkannya, akan tapi itu bisa terjadi apabila ada kelalaian dalam pengeringan gabah. Cara mengantisipasi terjadinya kebakaran pada waktu pengeringan adalah sebagai berikut:
a) Jangan meninggalkan tempat pengeringan pada waktu proses pengeringan
b) Buka pintu rumah tungku apabila aliran listrik mati
c) Bersikap teliti dan laksanakan prosedur pengeringan yang telah diteuntukan.

c. Beras Giling Yang Hancur
Beras giling yang hancur bukanlah impian kita akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa beras giling yang kita keringkan dengan mesin pengering bisa hancur tanpa beras kepala.

1) Identifikasi Masalah
Beberapa penyebab terjadinya beras giling yang hancur, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Pengeringan Yang Terlalu Cepat
Pengeringan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan pecahnya beras dalam gabah dikarenakan minimalnya kadar air yang tersisa dalam gabah, akibatnya ketika gabah digiling maka beras kepala akan jauh lebih sedikit dibandingkan beras patahan.

b) Api Yang Terlalu Besar
Api yang sedang, akan menghasilkan mutu beras yang baik dibandingkan dengan pengeringan yang menggunakan api yang besar, karena semakin lama pengeringan maka mutu beras yang dihasilkan akan semakin baik.

2. Pemecahan Masalah
Beras giling hancur atau pecah pada waktu pengilingan padi merupakan masalah yang sudah tidak asing lagi di dalam pengeringan, karena penanganan pengeringan yang kurang baik dan operator yang tidak mentaati prosedur pengeringan. Cara mengantisipasi terjadinya beras pecah adalah sebagai beikut:
a) Jangan melakukan pengeringan dengan api yang teralu besar.
b) Usahakan pengeringan jangan sampai kurang dari 9 jam.
c) Suhu pengeringan tidak boleh lebih dari 40 oC untuk benih dan 45 oC untuk konsumsi.
d) Pengeringan yang lebih lama akan lebih meningkatkan kualitas beras.



BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan PKL (Praktik Kerja Lapangan) dimulai pada tanggal 17 September 2007 s/d 22 Februari 2008. Kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) dilakanakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) yang beralamat di Jl. Raya 9 Sukamandi, Subang 41256 Jawa Barat. Dengan NO Telepone (0260) 520157, Fax: (0260) 520158, E-mail : balitpa@telkom.net. Kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) dilaksanakan setiap hari kerja yaitu Senin sampai Jum’at, istirahat 12.00-13.00. Pelaksanaan PKL di Balai Besar Penelitian Padi tepatnya di Laboratorium Makanisasi meliputi membaca gambar, praktik bengkel, teknik teknologi penyambungan, kerja mesin dan produksi, rancangbangun alat.

B. Metode

1. Orientasi

Sebelum mengikuti kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) mahasiswa dikumpulkan di Labolatorium Makanisasi untuk mengikuti orientasi yang dibimbing oleh Ir. Sutrisno selaku kepala bengkel Makanisasi. Dalam orientasi ini mahasiswa menerima petunjuk, pengarahan dan pengenalan Laboratorium Makanisasi serta peraturan yang berlaku selama PKL. Setelah itu kami juga diperkenalkan kepada para staff Makanisasi lainnya serta stuktur organisasi yang ada di Laboratorium Makanisasi.

Selain itu untuk persiapan mengikuti PKL, mahasiswa juga diberikan penjelasan tentang lingkup kegiatan industri yang bisa diikuti selama PKL, dimulai dari teknologi penyambungan, kerja mesin dan produksi, rancangbangun alat.

2. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan setelah orientasi yang bertujuan agar mahasiswa mengetahui ruang lingkup tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Dalam kegiatan ini mahasiswa mengadakan survei langsung untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi perusahaan/instansi tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL). Selain itu dengan observasi mahasiswa juga dapat mengetahui peralatan yang dipakai dalam produksi alat mesin pertanian seperti, dalam pembuatan Tungku Pengering. Peralatan yang digunakan antara lain:
a) Mesin gergaji
b) Mesin las listrik AC
c) Gunting plat
d) Mesin bubut
e) Klem penjepit
f) Mesin hamplas
g) Mesin gerinda tangan
h) Mesin bor tangan
i) Mesin bor duduk
j) Mesin gerinda duduk



3. Adaptasi

Adaptasi lingkungan kerja pada saat Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dengan cara mengikuti semua kegiatan yang dilakukan di Makanisasi sebaik mungkin serta selalu mentaati semua peraturan yang berlaku di Makanisasi. Dengan demikian akan tejalin hubungan kekerabatan antara mahasiswa PKL dan staff Makanisasi, hal ini akan membuat kondisi tempat PKL menjadi nyaman serta mempermudah dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya selama PKL termasuk pencarian data/infomasi yang berkaitan dengan kegiatan PKL.

4. Pelaksanaan PKL

Mahasiswa mengikuti kegiatan PKL dengan cara mahasiswa dilibatkan langsung pada proses produksi dan aktivitas-aktivitas yang dapat memenuhi kompetensi mahasiswa sesuai dengan bidang peminatan dan SKS yang diteuntukan oleh pihak Kampus yaitu:
a. Membaca Gambar
b. Teknologi Penyambungan
c. Kerja Mesin dan Produksi
d. Rancangbangun Alat
e. Praktik Bengkel

Selain praktik langsung di lapangan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk mencari informasi yang berhubungan langsung dengan proses Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya:
a) Pembinaan yang dilakukan oleh pembimbing untuk memberikan pengarahan prosedur kerja sebelum praktik dilaksanakan.
b) Wawancara kepada teknisi atau pihak yang bersangkutan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tambahan yang diperlukan.
c) Diskusi dengan tujuan memecahkan masalah maupun kendala-kendala yang dijumpai di lapangan.
d) Study Referensi yaitu pengumpulan referensi dan literature sebagai perbandingan dan data lengkap di lapangan.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Balai Besar Padi (BB Padi)

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) barada di Sukamandi, Subang Jawa Barat, sekitar 20 KM dari Cikampek ke arah Cirebon. Semuanya berawal dari didirikannya Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) Cabang Sukamandi pada tahun 1972. Pada tahun 1980 diadakan rekturisasi di tingkat badan Litbang dan LP3 cabang Sukamandi berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan (BALITAN) Sukamandi. Selanjutnya berdasarkan SK Mentan No. 769/kpts/OT.210/12/94 Balai Balitan Sukamandi mendapat mandat khusus untuk penelitian padi sehingga namanya berubah lagi menjadi Balai Penelitian Tanaman Padi (BALITPA) pada tahun 1994. BALITPA mengemban tugas utama malakukan penelitian untuk menghasilkan ilmu dan teknologi padi yang mampu meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

Sebagai insitut riset, Balitpa mempunyai berbagai fasilitas fisik seperti gedung perkantoran serta perlengkapannya, rumah kaca, laboratorium dan tempat kebun percobaan. Tempat kebun percobaan tersebut berlokasi di Sukamandi, Pusaka Negara, Kuningan dan Muara Bogor, tersedia untuk evaluasi lapangan berbagai genotip Padi yang ada.

Sebagai satu-satunya insitut yang menangani penelitian Padi di Indonesia, pamerintah memandang perlu memberikan mandat yang lebih luas untuk menghasilkan dan menyebarkan inovasi teknologi padi. Dengan pertimbangan tersebut, diterbitkan SK Mentri Pertanian No.12/mentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 maret 2006 tentang organisasi dan tata kerja Balai Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)

2. Visi dan Misi

Visi dari Balai Besar Padi adalah sebagai sumber IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) tanaman padi terdepan, profesional mandiri dan mampu menghasilkan teknologi padi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Sedangkan misi Balai Besar Padi adalah sebagai berikut:
a) Menghasilkan IPTEK (Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi) tinggi strategis dan unggul tanaman padi untuk pembangunan nasional sesuai dengan dinamika kebutuhan pengguna.
b) Meningkatkan kemandirian dalam melaksanakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tanaman padi.
c) Meningkatkan profesionalisme dalam penyediaan informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tanaman padi.











3. Stuktur Organisasi Balai Besar Padi

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.12/Permentan/OT.140/3/2006, secara stuktur Balai Besar Padi dipimpin oleh seorang pejabat eselon II-B (Kepala Balai Besar) dan dibantu oleh 3 orang pejabat eselon III-B yaitu Kepala Bagian Tatausaha, Kepala Bidang Program Evaluasi Dan Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Bidang dibantu oleh dua orang pejabat eselon IV. Disamping pejabat stuktural tesebut Kepala Balai Besar Padi dibantu oleh ketua-ketua kelompok peneliti dan kepala kebun percobaan. Berikut adalah bagan stuktur organisasi Balai Besar Padi.


Stuktur Organisasi Balai Besar Padi (BB Padi)
4. SDM dan Fasilitas

Sampai pertengahan 2007, seluruh karyawan PNS Balai Besar Padi berjumlah 339 orang. Berdasarkan latar belakang pendidikan akademis, komposisi tenaga kerja terdiri dari 19 orang S3 (doktor), 28 orang S2, 49 orang SD, SLTP, dan SLTA. Sedangkan berdsarkan jabatan fungsional 13 orang menjabat peneliti utama dimana 3 orang di antaranya telah dikukuhkan sebagai profesor riset, 11 orang peneliti madya, 8 orang peneliti muda, dan 6 orang peneliti pertama. Selain itu terdapat 49 orang teknik litkayasa, 2 pustakawan dan 1 arsiparis.

Balai Besar Padi (BB Padi) memiliki sarana dan prasarana penelitian yang relatif memadai. Dalam penyelenggaraan penelitian, Balai Besar Padi ditunjang oleh gedung perkantoran, rumah kaca, laboratorium tanah, dan tanaman, laboratorium entamologi, laboratorium makanisasi, laboratorium fitofatologi, laboratorium tikus, laboratorium kultur anter, laboratorium benih (terakteditasi ISO 17025), laboratorium pasca panen dan kimia mutu (terekridasi ISO 17025 untuk analisis proksimat). Untuk kegiatan penelitian di lapangan, Balai Besar Padi mengelola 4 kebun percobaan Sukamandi (300 ha), kebun percobaan Pusaka Negara (24,5 ha), kebun percobaan Kuningan (15 ha), dan kebun percobaan Muara Bogor (23,1 ha).









B. Hasil Kegiantan PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) secara mandiri dilakukan penyusunan setelah mengikuti pelatihan keterampilan, pengoprasian mesin dan teknik-teknik pengerjaan lainnya secara terbimbing.

Keberhasilan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan dapat tercapai apabila ada kerja sama yang baik dari berbagai pihak, baik dari pembimbing, operator, maupun karyawan lainnya. Setelah itu tingkat kedisiplinan dan keterampilan yang tinggi akan mendukung terciptanya alat mesin yang diharapkan. Langkah kegiatan magang ini meliputi:

1. Persiapan
Sebelum memulai pembuatan tungku pengering, ada beberapa hal yang perlu disiapkan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan Bahan Baku
Sebelum memulai pekerjaan terlebih dahulu membeli bahan di toko, Selanjutnya bahan tersebut dibawa ke ruang produksi.

b. Membersihkan Bahan Baku
Untuk memudahkan dan menjaga keselamatan kerja operator mesin Kondisi bahan baku harus bersih dari sisi tajam, oleh karena itu bahan yang akan dikerjakan dibersihkan tarlebih dahulu dengan gerinda.

c. Mempersiapkan Peralatan Yang Dibutuhkan
Guna mengefektifkan waktu dan tanaga, maka sebelum memulai pekerjaan telebih dahulu mempersiapkan peralatan pendukung yang akan digunakan pada proses pekerjaan nantinya. Peralatan yang dibutuhkan diantaranya: alat ukur, kunci-kunci, mesin, mata bor, pahat bubut, batu gerinda, daun gergaji, tap.

2. Pelaksanaan
Kegiatan pembuatan tugku pengering dibuat di makanisasi BB Padi oleh karyawan dimana mahasiswa hanya membantu proses pembuatannya. Adapun proses pengerjan pembuatan Tungku Pengering ABC adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan Kerangka Rumah Tungku
Dalam pembuatan kerangka ada beberapa proses pengerjaan, diataranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan Bahan
a) Persiapan Bahan dan Alat
 Besi siku
 Meteran
 Daun gergaji mesin

2) Pemotongan
Langkah Kerja
a) Ukur bahan (besi siku) yang akan dipotong dengan gergaji mesin. Hasilnya adalah panjang 173 cm. lebar 81 cm. dan tinggi 96 cm.
b) Letakan besi siku yang akan dipotong pada ragum.
c) Cekam besi siku dengan ragum.
d) Sentuhkan daun gergaji pada besi siku sesuai dengan ukuran besi siku yang akan dipotong.
e) Hidupkan mesin dan biarkan pemotongan berjalan dengan otomatis.
f) Setelah pemotongan selesai, lepas besi siku dari cekaman.

3) Pengelasan
Langkah Kerja
a) Rakit potongan besi siku yang akan dilas.
b) Tempelkan ujung-ujung besi siku.
c) Setelah besi siku siap dilas, pasang elektroda las.
d) Hidupkan mesin las dan atur Amper untuk penyambungan.
e) Sentuhkan elektroda las dan mulai pengelasan.
f) Pengelasan dilakukan secara perlahan sampai pengelasan selesai.
g) Setelah pengelasan selesai, matikan mesin las.

b. Pembuatan Rumah Tungku
Dalam pembuatan rumah tungku ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan Bahan
Langkah Kerja
a) Ukurlah terlebih dahulu plat besi yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 137 cm. lebar 81 cm dan tinggi 96 cm.
b) Angkat handle gunting dan letakan plat besi yang akan dipotong.
c) Sentuhkan plat besi yang akan dipotong pada ujung gunting dan paskan.
d) Setelah gunting pas, tekan handle gunting secara perlahan sampai ukuran yang diiginkan.

2) Pengelasan
Langkah Kerja
a) Tempelkan plat besi yang sudah dipotong di atas kerangka rumah tungku.
b) Atur plat sesuai dengan ukuranya dan rapatkan pada kerangka.
c) Setelah semuanya siap, hidupkan mesin las listrik pasang elektroda las dan atur amper.
d) Setelah mesin hidup, mulai pengelasan dengan cara menempelkan elektroda las pada ujung plat dan besi siku yang akan dilas.
e) Ketukan elektroda las sampai terjadi percikan dan jalankan bunga api secara perlahan sampai pengelasan selesai.

c. Pembuatan Tungku
Dalam pembuatan tungku ada beberapa proses pengerjaan yang harus di kerjakan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan Bahan
Langkah Kerja
a) Ukurlah terlebih dahulu plat yang akan dipotong dengan mengunakan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 132 cm. lebar 156 cm.
b) Sentuhkan plat besi yang akan dipotong pada ujung gunting dan paskan.
c) Setelah gunting siap, tekan handle gunting secara perlahan sampai ukuran yang diiginkan.
d) Setelah pemotongan selesai, angkat plat yang sudah dipotong simpan untuk pengerjaan selanjutnya.


2) Pengerolan
Pengerolan dilakukan di luar makanisasi disebabkan keterbatasan peralatan yang ada serta untuk lebih mempersingkat proses produksi.

3) Pemberian Lubang
Pemberian lubang dilakukan dengan cara mengelas lubang yang sudah digambar, dengan menggunakan mesin las listrik AC.

d. Pembuatan Kerangka Pintu Tungku
Dalam pembuatan kerangka ada beberapa proses pengerjaan, diataranya adalah sebagai berikut:

1. Pemotongan
Langkah Kerja
a) Ukur terlebih dahulu bahan (besi siku) yang akan dipotong dengan gergaji mesin. Hasilnya adalah panjang 85,5 cm. lebar 42 cm.
b) Letakan besi siku yang akan dipotong pada ragum.
c) Cekam besi siku dengan ragum.
d) Sentuhkan daun gergaji pada besi siku sesuai dengan ukuran besi siku yang akan dipotong.
e) Hidupkan mesin dan biarkan pemotongan berjalan dengan otomatis.
f) Setelah pemotongan selesai lepas besi siku dari cekaman.

2) Pengelasan
Langkah Kerja
a) Rakit potongan besi siku yang akan dilas.
b) Tempelkan ujung besi siku.
c) Setelah besi siku siap dilas pasang elektroda las.
d) Hidupkan mesin las dan atur Amper untuk penyambungan.
e) Sentuhkan elektroda las dan mulai pengelasan.
f) Pengelasan dilakukan secara perlahan sampai pengelasan selesai.
g) Setelah pengelasan selesai matikan mesin las.

e. Pembuatan Pintu Tungku
Dalam pembuatan kerangka pintu ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diataranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan Bahan
Langkah Kerja
a) Ukurlah terlebih dahulu plat besi yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 90 cm. lebar 47 cm.
b) Angkat handle gunting dan letakan plat besi yang akan dipotong.
c) Sentuhkan plat besi yang akan dipotong pada ujung gunting dan lepaskan.
d) Setelah gunting pas dengan plat, tekan handle gunting secara perlahan sampai ukuran yang diiginkan.
e) Setelah pemotongan selesai angkat plat yang sudah dipotong simpan untuk pengerjaan selanjutnya

2) Pengelasan
Langkah Kerja
a) Tempelkan plat besi yang sudah dipotong di atas kerangka rumah tungku.
b) Atur plat sesuai dengan ukuranya dan rapatkan pada kerangka.
c) Setelah semuanya teratur hidupkan mesin las listrik pasang elektroda las dan atur amper.
d) Setelah mesin hidup mulai pengelasan dengan cara menempelkan elektroda las pada ujung plat dan besi siku yang akan dilas.
e) Ketukan elektroda las sampai terjadi percikan dan jalankan bunga api secara perlahan sampai pengelasan selesai.

f. Pambuatan Saluran Penghubung Tungku dan Plenum
Dalam pembuatan saluran penghubung tungku dan plenum ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan
Langkah Kerja:
a) Ukur terlebih dahulu bahan yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 92 cm. lebar 137 cm. tinggi 173 cm (bagian atas) dan lebar 31cm. serta tinggi 40 cm (bagian bwah).
b) Sentuhkan plat pada pada gunting.
c) Pegang handle gunting dan potong plat secara perlahan sampai plat habis tepotong.
d) Setelah plat terpotong, rapihkan dengan gerinda untuk di lakukan pekerjaan selanjutnya.

2) Pengelasan
Langkah Kerja
a) Ambil dan rakit potongan plat yang sudah dipotong.
b) Hidupkan mesin las, Pasang elektroda dan atur amper sesuai dengan tebalnya plat.
c) Rapatkan plat yang akan dilas dengan plat yang lainnya.
d) Ketukkan elektroda las pada plat yang akan dilas sampai timbul percikan bunga api las.
e) Dan jalankan bunga api las secara perlahan sampai pengelasan selesai.

f. Pembuatan Outlet
Dalam pembuatan Outlet ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan
Langkah Kerja
a) Ukur terlebih dahulu bahan (besi siku) yang akan dipotong dengan gergaji mesin. Hasilnya adalah panjang 40 cm, lebar 31cm.
b) Letakan besi siku yang akan dipotong pada ragum.
c) Cekam besi siku dengan ragum .
d) Sentuhkan daun gergaji pada besi siku sesuai dengan ukuran besi siku yang akan dipotong.
e) Hidupkan mesin dan biarkan pemotongan berjalan dengan otomatis.
f) Setelah pemotongan selesai lepas besi siku dari cekaman dan simpan untuk pengerjaan selanjutnya.

2) Pengelasan
Langkah Kerja
a) Ambil dan rakit potongan plat yang sudah dipotong.
b) Hidupkan mesin las, Pasang elektroda dan atur amper sesuai dengan tebalnya plat.
c) Rapatkan plat yang akan dilas dengan plat yang lainnya.
d) Ketukkan elektroda las pada plat yang akan dilas sampai timbul percikan bunga api las.
e) Jalankan bunga api las secara perlahan sampai pengelasan selesai.
g. Pembuatan Hopper
Dalam pembuatan hopper ada beberapa proses pengerjaan, diataranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan
Langkah Kerja:
a) Ukur terlebih dahulu bahan yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 55,5 cm dan lebar 69 cm.
b) Sentuhkan plat pada gunting.
c) Pegang handle gunting dan potong plat secara perlahan sampai plat habis tepotong.
d) Setelah plat terpotong, ratakan dengan gerinda untuk dilakukan pekerjaan selanjutnya.

2) Pengelasan
Langkah Kerja
a) Ambil dan rakit potongan plat yang sudah dipotong.
b) Hidupkan mesin las, pasang elektroda dan atur amper sesuai dengan tebalnya plat.
c) Rapatkan plat yang akan dilas dengan plat yang lainnya.
d) Ketukkan elektroda las pada plat yang akan dilas sampai timbul percikan bunga api las, dan jalankan bunga api las secara perlahan sampai pengelasan selesai.





h. Pembuatan Nako
Dalam pembuatan nako ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diataranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan
Langkah Kerja:
a) Ukur bahan besi siku dan plat stip yang akan dipotong dengan gergaji mesin. Hasilnya adalah panjang 50 cm, tinggi 33 cm dan panjang 48 cm ( plat strip).
b) Letakan besi siku yang akan dipotong pada ragum.
c) Cekam besi siku dengan ragum.
d) Sentuhkan daun gergaji pada besi siku sesuai dengan ukuran besi siku yang akan dipotong.
e) Hidupkan mesin dan biarkan pemotongan berjalan dengan otomatis.
f) Setelah pemotongan selesai, lepas besi siku dari cekaman.

2) Pengelasan
Langkah Kerja
a) Rakit potongan besi siku yang akan dilas.
b) Tempelkan ujung-ujung besi siku.
c) Setelah besi siku siap dilas, pasang elektroda las.
d) Hidupkan mesin las dan pengaturan amper.
e) Sentuhkan elektroda las dan mulai pengelasan.
f) Pengelasan dilakukan secara perlahan sampai pengelasan selaesai.
g) Setelah pengelasan selesai matikan mesin las.


i. Pembuatan Cerobong Asap
Dalam pembuatan cerobong asap ada beberapa proses pengerjaan yang harus dilakukan, diataranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan
Langkah Kerja:
a) Ukur terlebih dahulu bahan yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang100 cm lebar 62,8 cm.
b) Sentuhkan plat pada pada gunting.
c) Pegang handle gunting dan potong plat secara perlahan sampai plat habis tepotong.
d) Setelah plat terpotong ratakan dengan gerinda untuk di lakukan pekerjaan selanjutnya.

2) Pengerolan
Pelaksanaan
Pengerolan dilakukan di luar bengkel makanisasi karena tidak adanya alat pengerol plat dan untuk mempercepat pengerjaan mesin.

3) Pengelasan
Langkah Kerja
a) Ambil dan rakit potongan plat yang sudah dipotong dan dirol.
b) Hidupkan mesin las, pasang elektroda dan atur amper sesuai dengan tebalnya plat.
c) Rapatkan plat yang akan dilas dengan plat yang lainnya.
d) Ketukkan elektroda las pada plat yang akan dilas sampai timbul percikan bunga api las, dan jalankan bunga api las secara perlahan sampai pengelasan selesai.

j. Pembuatan Pelindung Cerobong Asap
Dalam pembuatan pelindung cerobong asap ada beberapa proses pengerjaan, diataranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan
Langkah kerja:
a) Ukur terlebih dahulu bahan yang akan dipotong dengan gunting plat. Hasilnya adalah panjang 30 cm. dan lebar 64,8 cm (4 buah).
b) Sentuhkan plat pada pada gunting .
c) Pegang handle gunting dan potong plat secara perlahan sampai plat habis tepotong.
d) Setelah plat terpotong ratakan dengan gerinda untuk di lakukan pekerjaan selanjutnya.

2) Pengerolan
Pelaksanaan
Pengerolan dilakukan di luar bengkel makanisasi karena tidak adanya alat pengerol plat dan untuk mempercepat pengerjaan mesin.

3) Pengelasan
Langkah Kerja
a) Ambil dan rakit potongan plat yang sudah dipotong dan dirol.
b) Hidupkan mesin las, pasang elektroda dan atur amper sesuai dengan tebalnya plat.
c) Rapatkan plat yang akan dilas dengan plat yang lainnya.
d) Ketukkan elektroda las pada plat yang akan dilas sampai timbul percikan bunga api las, dan jalankan bunga api las secara perlahan sampai pengelasan selesai.

k. Pembuatan Roda Tungku
Dalam pembuatan roda tungku ada beberapa proses pengerjaan, diataranya adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan
Langkah Kerja:
a) Ukur bahan pipa besi yang akan dipotong dengan gergaji mesin. Hasilnya adalah diameter 12 cm.
b) Letakan pipa besi yang akan dipotong dengan ragum.
c) Cekam pipa besi dengan ragum.
d) Sentuhkan daun gergaji pada pipa besi pada ukuran yang akan dipotong.
e) Hidupkan mesin dan biarkan pemotongan berjalan dengan otomatis.
f) Setelah pemotongan selesai lepas besi siku dari cekaman dan keluarkan.

2) Pembubutan
Langkah Kerja
a) Letakan pipa besi yang akan dicekam dengan ragum sampai rata
b) Kencangkan mulut ragum.
c) Pasang pisau bubut pada dudukannya dan kencangkan dengan kunci.
d) Sentuhkan pisau bubut pada ujung pipa pipa.
e) Hidupkan mesin bubut dan mulai eretan kedepan secara perlahan.
f) Setelah ukuran yang dikehendakai tercapai, ratakan hasil pembubutan.
g) Setelah rata, keluarkan pipa tadi dari ragum dan diamkan beberapa saat untuk pengerjaan selanjutnya.
3) Pengelasan
Langkah kerja
a) Rakit potongan besi siku yang akan dilas pada besi pipa.
b) Tempelkan (dekatkan) ujung-ujung besi siku.
c) Setelah besi siku siap dilas, pasang elektroda las.
d) Hidupkan mesin las dan pengaturan amper.
e) Sentuhkan elektroda las dan mulai pengelasan.
f) Pengelasan dilakukan secara perlahan sampai pengelasan selaesai.
g) Setelah pengelasan selesai matikan mesin las.

2. Finishing
Tahapan akhir adalah penyelesaian atau sentuhan akhir dimana ada beberapa proses yang dilakukan dalam tahapan akhir pembuatan tungku pengering, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Perataan
Perataan dimaksudkan untuk menghilangkan bekas pengelasan dan sisi tajam sisi pengerjaan yang dapat membahayakan orang banyak. Perataan juga dimaksudkan untuk memberikan tampilan yang rapi dan bagus saat dicat.

b. Pendempulan
Pendepulan dilaksanakan setelah dilakukannya perapihan atau perataan pada hasil pengerjaan. Pendempulan dimaksudkan untuk meratakan bagian-bagian tungku yang tergores pada saat dilakukan pengerjaan, sehingga pada waktu dilakukan pengecatan tampilan tungku akan baik dan indah dipandang.


c. Pengecatan
Pengecetan dimaksudkan untuk memberikan tampilan yang berbeda dan lebih indah untuk dipandang, sehingga mempunyai nilai jual tinggi.

3. Pengujian Mutu Hasil Pekerjaan

Dengan menggunakan teknologi pengeringan buatan, maka mutu dan rendemen beras giling akan meningkat dibandingkan dengan penjemuran. Hasil uji coba pengeringan gabah terhadap 4 varietas padi di lahan pasang surut sumatera selatan, menunjukan bahwa rendemen rata-rata meningkat menjadi 2 % yaitu dari 60% (penjemuran) menjadi 62 % (pengering buatan), kandungan beras kepala meningkat sebesar 29,92 % yaitu dari 34,83 % (penjemuran) menjadi 64,75 % (pengeringan buatan) (sutrisno et al., 1999). Pengeringan berlangsung rata-rata pada suhu 45 oC, waktu pengeringan berkisar antara 8-9 jam dan kecepatan udara tumpukan gabah berkisar antara 6-7 m/menit.

C. Pembahasan

1. Ulasan Hasil
Banyak sekali kendala dalam pembuatan box dryer di Makanisasi BB Padi, baik kedala yang ringan maupun sedang, akan tetapi semua kendala dapat di atasi dengan kesabaran dan keuletan para karyawan makanisasi. Beberapa kendala dalam pembuatan box dryer adalah masalah peralatan diantaranya adalah sebagai berikut:




a. Pembuatan Tungku

1) Kendala yang dihadapi
Dalam pembuatan tungku di Balai Besar Padi ada beberapa kendala yang dihadapi, diataranya adalah sebagai berikut:

a) Pemotongan Plat
Pemotongan bahan plat 3 mm adalah suatu pekerjaan yang cukup sederhana akan tetapi dengan keterbatasan peralatan di Makanisasi Balai Besar Padi itu menjadi sulit karena untuk pemotongaan plat yang cukup tebal hanya mengunakan gunting plat dan bukan dengan las asetilin, sehingga pemotongan kurang maksimal dan terlalu menghabiskan tenaga dan waktu.

b) Pengerolan Plat
Pengerolan bahan plat merupakan suatu pekerjaan yang hampir tidak mungkin dilakukan di sana karena keterbatasan alat dan peralatan yang ada. Pengerolan bahan di Balai Besar Padi (BB Padi) hanya menggunakan pipa besi di mana plat yang akan dibentuk dipukul-pukul sampai mencapai bentuk yang diinginkan, akan tetapi ternyata hal itu terlalu banyak menguras tenaga dan memakan waktu.

c) Pembuatan Lubang
Pembuatan lungang akan lebih baik dilakukan dengan menggunakan las asetilin dan mengunakan blender potong, akan teapi karena terbatasnya peralatan di sana sehingga pembuatan lubang menggunakan las listrik akan menjadi lebih boros dan memakan banyak biaya dan juga waktu serta tenaga.
2) Pemecahan Masalah

a) Pemotongan Bahan
Memang pemotongan bahan yang cukup tebal masih makan waktu dan tenaga. Akan tetapi untuk memaksimalkan pemotongan, kami dapat mengatasinya dengan langkah-langkah sebagai berikut, seperti penajaman kembali mata gunting, perbaikan handle, pengencangan baut yang kendor dan penggantian baut-baut yang sudah aus. Dari pemakain peralatan yang sederhana itu, kami lebih mengerti bahwa untuk menciptakan suatu inovasi teknologi bukan hanya bisa dilakukan oleh peralatan yang modern saja, akan tetapi dengan keinginan dan tekat yang kuat serta ilmu yang berimbang walaupun dengan pralatan yang sederhana itu bisa saja dilakukan.

b) Pengerolan
Proses pengerolan di Makanisasi Balai Besar Padi tidak bisa dilakukan dengan baik sehingga untuk mengefisienkan waktu dan tenaga serta biaya, kami menyerahkannya ke bengkel lain untuk dilakukan pengerolan. Akan tetapi untuk proses selanjutnya dikerjakan di Makanisasi. Dari pengalaman tersebut kami dapat menyimpulkan bahwa untuk membuat suatu alat kita tidak perlu membut semua komponen apabila itu dirasa tidak mungkin, kita bisa memesanya atau membeli komponen tersebut dipihak lain karena hal itu akan jauh labih baik demi kelancaran dan untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan juga biaya.

c) Pembuatan Lubang
Pembuatan lubang untuk cerobong tungku di makanisasi Balai Besar Padi dapat di atasi dengan mengunakan las listrik, dengan mengatur amper meter yang tinggi, sehingga panas dari cairan elektroda dapat menembus plat. Memang pembuatan lubang dengan menggunakan las listrik masih memerlukan ketelitian dan kesabaran, karena pembuatan lubang memerlukan waktu yang lebih lama dari las asetilin. Dari pembuatan lubang tersebut kami jadi lebih mengerti bahwa peralatan yang ada bisa kita mamfaatkan dengan semaksimal mungkin apabila memungkinkan.

b. Pembuatan Cerobong

1) Identifikasi Masalah
Dalam pembuatan cerobong ada beberapa kendala yang dihadapi, diataranya adalah sebagai berikut:

a) Pemotongan Bahan
Pemotongan bahan untuk cerobong menggunakan plat 2 mm dengan alat pemotong gunting plat. Mungkin lebih tipis akan tetapi masih mempunyai tingkat kesulitan yang sama.

b) Pengerolan
Pengerolan juga masih menghadapi kendala yang sama dengan masalah di atas, yaitu pada peralatan kurang lengkap dan bahkan untuk pengerolan tidak ada alat yang khusus jadi sangat sukar sekali.

c) Pemasangan
Pemasangan (perangkaian) cerobong memang cukup sulit kerena pada saat dirangkai cerobong harus pada posisi di atas, jadi pengangkatan ke atas sangat memerlukan tanaga dan alat yang memadai.

2) Pemecahan Masalah

a) Pemotongan plat
Pemotongan plat (2 mm) memang masih cukup tebal untuk dipotong dengan menggunakan gunting, sehingga masih meboroskan waktu dan tenaga, akan tetapi untuk memaksimalkan pemotongan kami dapat mengatasinya dengan langkah-langkah sebagai berikut seperti penajaman kembaki pisau gunting, perbaikan handle, pengencangan baut yang kendor dan penggantian baut-baut yang sudah aus. Dari pemakaian peralatan yang sederhana itu sehingga kami lebih mengerti bahwa untuk menciptakan suatu inovasi teknologi bukan hanya bisa dilakukan oleh peralatan yang modern saja, akan tetapi dengan keinginan dan tekat yang kuat serta ilmu yang berimbang dan teknik-teknik pengerjaan walaupun dengan pralatan yang sederhana bisa saja dilakukan.

b) Pengerolan Plat
Proses pengerolan di Makanisasi Balai Besar Padi tidak bisa dilakukan dengan baik sehingga untuk mengefisienkan waktu dan tenaga serta biaya kami menyerahkannya ke bengkel lain untuk dilakukan pengereolan. Akan tetapi untuk proses selanjutnya di kerjakan di Makanisasi. Dari pengalaman tersebut kami dapat menyimpulkan bahwa untuk membuat suatu alat kita tidak perlu membut semua komponen apabila itu dirasa tidak mungkin kita bisa memesanya atau membeli komponen tersebut dipihak lain karena hal itu akan jauh labih baik demi kelancaran dan untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan juga biaya.

c) Pemasanagan (Perangkaian)
Pamasangan cerobong bisa dilakukan dengan menggunakan tanaga manusia atau kursi sebagai penahan cerobong pada waktu cerobong dinaikan dan dua atau tiga orang mengangkatnya secara perlahan. Dari pemasangan cerobong ini saya bisa memepelajari bagaimana cara bersosialisasi dan kerja sama dalam tim.



2. Analisa Usaha
Penelitian pengeringan gabah bertujuan untuk meningkatkan mutu dan rendemen beras giling, serta mutu benih dan meningkatkan daya jual masyarakat, dilaksanakan di BALITPA Sukamandi. Berikut hasil analisa usaha pengeringan gabah dengan menggunakan Box Dryer Vs. Penjemuran.


Tabel 1. Analisa Ekonomi Pengeringan Gabah Dengan Menggunakan
Box Dryer Bbs Vs. Penjemuran per ha (1 ha  6000 kg GKP)

Box dryer BBS Penjemuran Keterangan
Pengeluaran Pengeluaran
GKP =6000 kg Rp15.000.000 GKP =6000 kg Rp.15.000.000 Pengadaan gabah
GKG=5250 kg Rp 180.000 GKG=5.100 kg Rp.150.000 Biaya pengeringan
BG=3.412,5 kg Rp 945.000 BG=3162 kg Rp.918.000 Biaya penggilingan
Jumlah Rp16.125.000 Rp.16.068.000
Pemasukan Pemasukan
BG= 3.412,5 kg Rp19.792.500 BG=3162 kg Rp.17.391.000 Hasil penjualan BG
Keuntungan Rp3.667.500 Rp.1.323.000
Nilai tambah Rp2.344.500




BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Padi (BB Padi) berlangsung selama 5 (lima) bulan. Pada kesempatan tersebut mahasiswa banyak memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan, terutama di bidang permesinan, yaitu penggunaan-penggunaan mesin perkakas yang ada di makanisasi BB Padi.
Mahasiswa juga memperoleh kesempatan untuk menerapkan dan mengembangkan keterampilan yang diperoleh selama kuliah, maupun yang diperoleh selama PKL di balai tersebut.

Setelah melaksanakan magang selama 5 bulan, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Pengolahan pasca panen dapat mengakibatkan turunnya mutu dan kualitas beras, kerena itu perlu penanganan yang baik dan benar.
2. Untuk menciptakan suatu teknogi tepatguna bukan hanya diperlukan peralatan yang modern, tapi juga pemikiran dan juga keinginan yang keras serta tujuan yang jelas dari perancangnya.
3. Dengan peralatan yang sangat sederhana, Makanisasi Balai Besar Padi dapat menciptakan alat (Tungku Pengering) yang praktis dan ekonomis.
4. Untuk dapat berhasil seseorang harus mempunyai keberanian dan keyakinan akan apa yang menjadi mimpinya.

Pelaksanaan PKL industri ini berjalan lancar dan mahasiswa memperoleh banyak pengetahuan dalam proses produksi mesin pengering. Dalam pengerjaan permesinan, mahasiswa banyak megetahui teknik-teknik menggunakan mesin-mesin perkakas, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, serta hasil yang baik.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu:
1. Dalam melepaskan / memberangkan mahasiswa magang, hendaknya pihak PPPPTK Pertanian melakukan pengantaran mahasiswa magang ke industri tempat mahasiswa melaksanakan magang, sehingga tercipta suatu hubungan kerjasama dan kekeluargaan yang baik.
2. Diharapkan makanisasi BB Padi lebih memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya.
3. Diharapkan makanisasi BB Padi menata kembali bengkel serta peralatan yang ada, agar terlihat lebih rapi, dan lebih mudah dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Meningkatkan produksi, mengingat kebutuhan pasar sangat tinggi.
5. Penambahan sarana dan prasarana untuk lebih meningkatkan peran dan fungsi Labolatorium Makanisasi BB Padi .
6. Meningkatkan disiplin waktu, mengingat banyak waktu luang yang tidak termanfaatkan secara optimal.




DAFTAR PUSTAKA

Pustaka (acuan)

Sutrisno, Sugih Nugroho, dan Syafarudin Lubis. 2004c. Pengering padi varietas padi Cilosari menggunakan mesin pengering bahan bakar sekam tungku model ABC. Di Desa Baturimpang NTB. Laporan teknis interen Balai Besar Penelitian Pasca Panen.

Suara Merdeka selasa 13 April 2004.

Sutrisno, M. Wahyudi, dan E. Eko Ananto. 1994. Perancangan dan pengujian Pengering Padi Kapasitas Menenganh Bahan Bakar Sekam ”ABC”. Seminar nasional strategi penelitian dan perkembangan bidang teknik pertanian (Agriculural Engginering) di Indonesia dalam PJP II.



0 komentar:

 

Blogroll

Site Info

Text

HIDUP ADALAH TANTANGAN Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template